Min Yoongi

1.3K 72 5
                                    

Malam ini terasa banget dingin yang menyeruak masuk ke tulang. Bukan karena suasana malam yang memang selalu terasa dingin, tetapi ada yang beda khususnya untuk malam ini.

Hujan turun sejak sore tadi hingga sekarang pukul 9 malam. Kamu benar-benar ingin meringkuk saja di dalam selimut jika bisa. Tetapi, kewajibanmu yang memaksakan agar kamu melanjutkan menulis fanfict yang kamu buat untuk para readers yang tetap setia membaca ceritamu.

Hawa dingin makin menusuk di kala kamu keluar menuju balkon kamarmu, sekedar ingin melihat hujan yang turun. Setidaknya itu membuatmu merasa nyaman dan tenang, sebelum kamu memutuskan untuk melanjutkan mengetik cerita fanfictmu.

Jam pun sudah menunjukkan pukul 9 lebih 30 menit. Cerita yang kamu tulis sudah selesai diketik. Kini kamu mulai beranjak menuju tempat tidurmu yang hangat setelah menutup laptopmu dan merapihkannya di atas meja.

Kamu pun meringkuk di dalam selimut, berusaha mati-matian untuk tertidur. Sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur, kamu pasti memikirkan banyak hal yang langsung saja terlintas di pikiranmu. Contohnya seperti sekarang ini, Min Yoongi salah satunya.

Terbayang-bayang bagaimana lelaki tersebut di siang tadi memutuskan untuk pindah ke luar negri demi mencapai cita-citanya sebagai musisi. Mungkin di luar sana, ia tidak akan di pandang sebelah mata, seperti di sini.

Kamu memutar ulang kenangan yang kalian berdua jalani dari tahun ke tahun. Tepat 3 tahun sudah kalian berpacaran. Kamu tidak sama sekali mengekang ataupun melarang lelaki itu untuk meraih impiannya. Tidak.

Tetapi, kamu hanya tidak bisa jika berjauhan dengannya. Ldr? Tentu saja big no bagimu. Itulah yang terjadi siang tadi, ketika Yoongi memintamu untuk bertemu di salah satu Cafe di pusat kota. Kamu datang seorang diri, tidak seperti biasanya kamu dijemput olehnya.

Yoongi menceritakan semuanya. Hatimu terasa tersayat saat mendengar semua pernyataan yang terlontar dari mulut lelaki yang sangat kamu cintai selama tiga tahun belakangan ini. Hati tidak bisa berbohong, kamu pun meluapkan emosimu kepadanya. Mengatakan bahwa ia, Min Yoongi, tidak boleh meninggalkanmu disini sendiri.

Yoongi yang merasa kamu tidak mendukung ia sepenuhnya, membuka suara. Sungguh kata-kata yang tidak sempat terpikirkan olehmu. Putus.

Ya, Yoongi memilih untuk mengakhiri hubungan kalian berdua yang telah terbina selama 3 tahun lamanya begitu saja. Beban hati dan pikiran makin mencuat saat terakhir kali Yoongi mengatakan kata tersebut. Dan tanpa permisi, lelaki tersebut langsung melengang keluar dari Cafe meninggalkanmu sendiri duduk termenung, berusaha mencerna perkataan darinya barusan.

Sakit? pasti. Kamu selalu mendukung apa yang Yoongi lakukan, termasuk soal impiannya yang ingin menjadi musisi besar. Tetapi, tidak apabila lelaki tersebut meminta untuk meniti karirnya jauh dari negaranya. Tidak bisa, kamu tidak bisa jika harus berjauhan dengannya.

Di kamarmu, sendiri. Kamu mulai merenungkan hal itu lagi. Rasanya ingin menangis saja, tetapi air matamu pun enggan untuk jatuh. Biar hujan malam ini yang menggantikan air matamu saat ini.

"Jadi, apa ini semua sudah berakhir?" Kamu  bertanya pada diri sendiri.

Ingin menghubungi Yoongi hanya untuk memastikan bahwa ini semua hanyalah ilusi belaka, bukannya realita yang benar-benar harus dihadapi dengan lapang dada. Bukan ini yang kamu mau.

Kamu pun mengambil handphone yang berada di samping bantalmu. Kamu pun mencari nama itu di kontakmu. Ketemu. Kamu pun menekan nama itu, tampilan layar pun menunjukkan sedang menghubungkan dengan nomor yang baru saja kamu tekan call.

Selang beberapa detik, telpon pun diangkat.
...

Hanya keheningan yang menerpa si penelpon dengan yang menjawab telpon.

🎼BTS Chatroom🎼Where stories live. Discover now