6

5.9K 923 89
                                    

"Sekarang istirahatlah," Karin mengarahkan si remaja bersurai pirang agar berbaring di ranjang.

Narutoㅡsi remaja pirangㅡmenurut; merebahkan tubuhnya dan menarik selimut hingga dada. Dia menatap perempuan dewasa di sebelahnya dengan shappire birunya yang agak meredup, "Teme, neechan?" Ia bermaksud bertanya dimana si 'Teme'.

Si gadis Uzumaki tidak menjawab. Dia cuma menatap iris biru yang masih memandangnyaㅡmenunggu jawaban atas pertanyaan barusan. Karin tidak tahu ... tidak mengerti. Saat ini perasaannya kacau. Sangat! Mereka baru kembali dari Rumah Sakitㅡsesuai yang disarankan oleh sensei yang memeriksa Naruto sebelumnya, Karin mengikuti dan ... dan mendengar sesuatu yang benar-benar mengejutkan. Ketika di perjalanan sesungguhnya ia merapal doa dalam hati agar apa yang dikatakan oleh sang sensei tidak benar. Hanya kesalahan diagnosa. Namun ....

Sensei dari Rumah Sakit Konoha memberitahu hal yang sama. Mereka sangat terkejut terhadap keadaan Naruto. Beberapa kali dilalukan tes, hasilnya tetap sama; Naruto positive hamil. Kandungannya berusia tiga minggu. Masih sangat muda dan rentanㅡdi tambah umur si remaja yang memang masih anak-anakㅡini ... ini sesuatu ... ah, Karin tak sanggup berpikir lagi. Hari ini ... dia sukses sport jantung!

Karin menghela sebentar, "Aku akan menghubunginya. Kau tidurlah."

Melihat anggukan dari Naruto, sekali lagi si gadis Uzumaki menghela napas lalu beranjak dari kamar yang ditempati si remaja pirang. Menutup pintu dan menyandarkan punggung di sana. Menarik napas dalam-dalam kemudian menghembus kasar. Matanya memerah dan segera cairan bening menumpuk di kantung mata. Karin terisak.

Naruto ... remaja lelaki itu sudah seperti adik baginya. Karin sangat menyayanginya. Mengetahui kondisi si pirang tentu membuatnya terpukul. Kakak mana yang akan tertawa bahagia mendengar kabar jika adiknya hamilㅡdi luar nikah dan masih remaja? Dia menangis. Merasa gagal menjaga dan mengawasi si pirang. Siapapun orang yang tega menjadikan adiknya seperti ini, Karin tidak akan memaafkannya. Dia akan mengutuk orang itu. Naruto ... Naruto yang seperti itu; tega sekali!

Menghapus kasar buliran bening yang sempat mengalir, dia berdiri tegap. Berusaha tegar. Dia mengambil langkah meninggalkan kamar si pirang dan berjalan menuju ruangannya sendiri yang tidak terlalu jauh. Menutup pintunya dan duduk di tepi ranjang. Mengeluarkan sebuah alat komunikasi modern; ponsel kemudian mendial sederet angka yang tersimpan di Buku Telepon.

"Moshi-moshi, Sasuke-san ...," ia menyapa seseorang di seberang telepon. Si pemuda Uchiha. Sasuke; yang ia tahu adalah teman dekat Naruto, "Ada ... ada yang ingin ku sampaikan."

[Ya?]

"Tadi Naruto pingsan dan kami memanggil sensei kemari. Tapi, sensei itu menyarankan agar membawa Naruto ke Rumah Sakitㅡ"

[Parah?] Si remaja Uchiha menyerobot.

"Bukan begitu ...," Karin menggigit bibir, "Sensei itu dan sensei di Rumah Sakit menyatakan ... Naruto ... Narutoㅡ" ia sungguh tak kuasa menahan isak dan air mata yang kembali menguasai, "ㅡmereka mengatakan jika Naruto hamil."

[Nani?!]

Karin sudah menduga si pemuda Uchiha pasti terkejut juga. Dia menarik napas kembali, mencoba menenangkan diri. "Mereka sudah melakukan tes berkali-kali dan hasilnya sama; Naruto hamil. Tiga minggu! Akuㅡaku ... apa kau tahu mengapa hal ini terjadi?"

Tidak ada jawaban dari seberang.

Si gadis Uzumaki menunggu. Hingga tiga puluh detik terlewati, masih belum ada sahutan dari Sasuke.

"Sasuke-san?"

"Aku akan datang malam ini." Hanya ini. Singkat. Lalu sambungan telepon putus.

Sasuke ... pasti khawatir. Apa yang Karin pikirkan. Dia tidak memikirkan kemungkinan lain yang bisa terjadi mengenai pelaku yang menghamili Naruto. Dia percaya pada si raven dan mengira bila Sasuke menyayangi Naruto sebagaimana dirinya juga. Setelah telepon di putus, Karin menyimpannya. Mengeringkan wajahnya yang dialiri air mata lagi.

The TruthWhere stories live. Discover now