xxii : janji semanggi

10.2K 1.9K 57
                                    

"jamnya nggak lari, nggak usah diliatin setiap lima menit sekali."

jungkook decak kesal, tatap taehyung yang duduk di kasur hotel sambil baca komik, rautnya datar.

"udah malem begini masa kakak ku belum pulang? temen kamu nggak beres."

"jangan ganggu orang pacaran,"

dengus dan tatap jalanan seoul lewat kaca pembatas antar kamar dan balkon, "pacar apa. temen bukan juga. tinggalin karena nggak bisa tunggu lebih lama, terus sekarang kaya enggak punya dosa culik kakak ku. dasar cowok."

"missgendering diri sendiri deh mulai."

"kak taehyuuuuuung."

ketawa dan tutup komiknya, tatap jungkook yang rautnya kusut. "iya-iya. lelaki favorit saya."

" ... "

"apa?"

geleng dan balik tatap bias lampu kota, cukup manjain mata sebetulnya, tapi masalah yoongi yang belum sampai hotel di jam segini buat jungkook luar biasa khawatir. "kakak,"

"ya, adek?"

"ayo jalan-jalan."

"capek."

decak kesal lagi dan beranjak dekati mantan yang balik baca komiknya. ambil paksa dan tatap mata taehyung dalam radius dekat. "ayo ayo ayo ayooo."

"pake baju hangat ya."

"hehehe, terimakasih!"

hoodie abu-abu jungkook kontras sama sweater putih taehyung, celana training dan sendal hotel jadi pelengkap. "ayo?"

jalan lagi. berdua lagi. buat kenangan lagi. terlalu jelas buat dibilang buram. nikmati aja, begitu katanya.






















jalan kaki telusuri pinggiran jalan seoul khusus pejalan kaki yang ramai persis jakarta, cari angin dan sekedar hilangin bosan, modus juga sebetulnya.

hening memang, karena jungkook nggak pintar buat topik dan taehyung yang kadang kaku.

"kamu," garuk tengkuk dan lirik jungkook sedikit. "habis saya pergi, kamu gimana?"

jungkook tatap taehyung bingung, beberapa detik kemudian ketawa kecil. raut taehyung lucu, tapi topik pembahasannya sedikit banyak buat hati Jungkook rasain cubitan kecil.

"nggak ada yang oke abis ditinggal pacar," jungkook ketawa, tatap kosong ke arah depan dan dua tangannya masuk ke saku hoodie. "—ngga ada kata selesai, kamu pikir gimana perasaan ku?"

"buruk."

jungkook angguk pelan, "pergi pake cara brengsek, dan sekarang balik lagi dan tebar janji. pikirmu aku seneng?"

gila. salab bawa topik. mau mampus.

"betul kata kak yoongi," pandangan jungkook terus lurus ke depan. "—yang paling disayang justru yang paling brengsek."

"aku minta maaf."

"don't be." jungkook senyum kering, "pasti kamu punya alasan."

taehyung betah tatap jungkook selama lelaki itu luapin perasaannya. betah lihat banyak ekspresi-ekspresi yang belum pernah dirinya tau.

"kalo kamu pikir aku cowok polos yang bakal nangis dan benci kamu setelah lihat catatan sialan itu, kamu salah."

taehyung nggak paham, tatap Jungkook binging dan baru sadar kalau ternyata jungkook terlalu susah buat dipahami. atau memang dirinya yang nolak buat mengerti.

kemudian jungkook berhenti, putar badan dan tatap taehyung yang cuma beku dari tadi. "beberapa hal mungkin punya alasan yang nggak ada penjelasannya. dan dibiarin seperti itu." jungkook senyum tipis, "alasanmu, pasti rumit. jadi..."

jungkook tangkup pipi taehyung, pipinya ditarik gemas. "berenti bilang maaf, oke?"

















mereka pulang tengah malam, dan jungkook langsung tidur setelah ketemu kasur.

kemudian pagi ini, jungkook kaget karena dua hal; kakaknya yang nggak pulang dan satu sticky notes kuning serta clover daun empat jadi penghias.



















" orang bilang; clover daun empat bisa kabulin permohonan, jadi.. jungkook, tiga permohonan dan aku bakal jadi pengabul. setuju?" -adinata.



pagi itu jungkook senyum akan satu hal pasti; taehyung lepas embel-embel saya-kamu. jelas betul ada sesuatu yang berubah diantara mereka sekarang.













"kenapa kok saya-kamu terus?"

"kita masih asing, jungkook."























notes.

ini ga lazim, guise.
gue geli sama ketikan gue sendiri.

jangan tanya kenapa lama update, mpls buat gue males mikir.




















ᝰ. direvisi

ex › tk.Where stories live. Discover now