level 2.

15.8K 1.8K 181
                                    


Mark is a lot of things, two of the worst being clumsy and forgetful.

Serius deh, kalau ada dua hal yang paling sering dijadikan bahan omelan sama mamanya tentang Mark, pasti itu tentang kecerobohan dan kecenderungannya yang gampang banget lupa.

Sifat-sifat buruk ini sudah menempel pada diri Mark sejak dia kecil, dan tak jarang keduanya merugikan sang empunya di beberapa kesempatan. Mulai dari yang sepele macam kelupaan bawa topi yang berakibat dihukum saat upacara bendera atau ninggalin buku PR mata pelajaran yang gurunya super galak, sampai yang super fatal seperti waktu dia lupa membawa passport saat keluarganya hendak berlibur ke Jepang. Untung saja mamanya menanyakan saat mereka di tengah perjalanan menuju bandara dan masih ada waktu beberapa jam sebelum masa check-in terakhir. Coba kalau enggak? Nggak kebayang deh.

Anyways, kali ini Mark teringat saat hendak menstarter mobil kalau dia meninggalkan jam tangan kesayangannya di ruang ganti lapangan indoor setelah mencuci tangan dan berganti baju tadi. Alhasil, dia harus kembali berjalan jauh ke dalam sekolah untuk mengambilnya. Bukan apa-apa, tapi jam itu adalah kado ulang tahun ke-15 dari kedua orang tuanya yang sudah lama Mark idam-idamkan. Jadi tentu saja Mark sangat menghargai jam tersebut. Meski ya... tetap saja dia kelupaan dan meninggalkannya. Memang dasar ceroboh akut.

Mark tiba-tiba teringat kalau Jaemin tadi masih ada di sana saat ia pergi. Apakah anak itu masih berlatih? Atau masih menunggu temannya? Apa dia bakal kesal kalau melihat Mark balik lagi?

"Ah, semoga dia udah pulang."

Saat sudah berada di depan lapangan, Mark mengintip dari celah pintu sambil berusaha memaksimalkan pendengarannya, mengira-ngira apakah Jaemin masih ada di dalam. Entah kenapa, rasanya Mark lagi tidak ingin melihat tatapan tak bersahabat dari adik kelasnya itu.

Merasa yakin kalau sudah tak ada siapa pun di dalam, Mark akhirnya membuka pintu dan melangkah ke dalam. Dan benar saja, lapangan sudah kosong. Mark pun menghembuskan napas yang tanpa sadar ditahannya sejak melangkah masuk tadi dan segera berjalan menuju ruang ganti.

Brak!

"Aw- ah- pelan-pelan dong, Kak- hmpph!"

What the fuck? Mark cuma bisa terdiam dan melongo, berusaha supaya dirinya tidak mengeluarkan suara sekecil apa pun. Jelas-jelas dia baru saja mendengar sesuatu menabrak loker dan suara orang dari dalam ruang ganti. Siapa? Apa yang orang ini lakukan di dalam sana? Kenapa kedengarannya sangat mencurigakan?

Orang ini... bukan Jaemin, kan?

Dengan berjinjit, Mark mendekati ruang ganti kemudian menempelkan telinga kirinya pada daun pintu. Selama beberapa detik Mark bertahan pada posisinya, tapi anehnya ia tak bisa mendengar suara apa pun.

Haruskah Mark mulai merasa takut dan pergi dari sana? Mark tidak percaya hantu atau apa pun itu makhluk mistis lainnya yang Renjun seringkali takuti, menurutnya hal-hal seperti itu tidak masuk akal. Lagipula, selama ini di sekolahnya tidak pernah ada cerita-cerita mistis dan aneh macam itu kok, apalagi lapangan indoor yang sering dipakai sampai malam untuk latihan rutin berbagai ekskul.

Alih-alih takut, Mark malah penasaran. Dia punya satu tebakan di kepalanya tentang apa yang dilakukan oleh siapa pun di dalam sana. Meskipun belum pernah melakukannya, dia tetap seorang remaja laki-laki yang tidak buta soal hal macam itu. Dia cuma tidak habis pikir saja, di sekolah? Really? Memangnya tidak ada tempat lain?

Mengingat kalau jam tangannya ada di dalam sana dan harus diambil, Mark memutuskan untuk membuka pintu ruang ganti, tetap dengan sangat perlahan tentunya. Untung saja pintunya terbuat dari kaca yang tak mengeluarkan suara.

a losing game ✧ markminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang