Part 11

1.1K 97 4
                                    

Jika aku ingin melakukan sesuatu.Aku lebih memilih untuk mrlakukannya bersama. Bersama kalian.

*****

07.00 pm

"El tolong berikan sihir pelindung disini." ujar Zuhair.

"Chintya, tolong pindahkan barang-barang di sini, ke dimensi lain atau terserah kau lah." lanjutnya.

"Santai aja Zu." Rendi menenangkan sahabatnya yang terlihat kalut.

Elisa memindai ruangan dengan sihirnya, melapisi setiap sisi dindingnya dengan sihir pelindung.

Dalam hati ia menggerutu.

Kenapa nggak patung di sebelahnya itu yang kerja sih. Cih, memanfaatkan cewek.

Ia melirik Zuhair. Tapi mata Rendi yang ada di sebelah Zuhair malah menatapnya. Datar. Tanpa ekpresi.

Elisa jadi bergidik sendiri. Ia lalu mengalihkan pandangannya, melanjutkan pemindaiannya yang tertunda.

Tapi tak ia sangka, seolah bisa membaca pikirannya, Rendi membantu Elisa, menciptakan sihir pelindung di sisi-sisi dinding kamar itu.

"Kenapa membantu. Zuhair tak memerintahkanmu 'kan?" Elisa berucap sinis.

Pandangannya tak teralih dari dinding di hadapannya. Mungkin pesona seorang Rendi kalah dengan dinding di hadapannya hingga seorang Elisa tak meliriknya barang sedikitpun.

"Tak apa. Aku hanya kasihan padamu. Mendumel-dumel dalam hati. Cobalah untuk mengungkapkannya. Jangan dipendam. Kalau dipendam, akan muncul garis-garis tipis di wajah. Kau tahu 'kan? Keriput." Rendi mungkin bermaksud becanda. Tapi Elisa mengartikannya lain.

"Oh Jadi kau mengataiku tua ya. Udah puas hah?"

"Bukan begitu. Hanya saja.... Ahh tidak. Tidak begitu penting. Lupakan" Rendi tak berani mengatakannya.

"Terserah." ucap Elisa seolah tak peduli. Ia melanjutkan pekerjaannya. Menciptakan sihir pelindung di sebelah utara. Sedangkan Rendi dibagian selatan.

Disisi lain...

Chintya memfokuskan fikirannya. Berkonsentrasi pada barang barang di ruangan ini untuk menyembunyikannya di dimensinya. Dimensi yang dibentuknya sendiri.

Meskipun begitu, ia tak bisa melakukannya sekaligus saat itu. Bukan karena barang barang yang banyak. Seharusnya ia sanggup. Tapi konsentrasinya terpecah. Di sisi lain ia khawatir pada Dewa. Dari tadi ia menyembunyikan kekhawatirannya dengan bekerja dan bergerak.

Ranie pun gelisah. Dari tadi pekerjaan yang dilakukannya tidak pernah benar.

15 menit kemudian. Ruangan sudah bersih dari gangguan. Nelson sudah dipindahkan ke kamar para girls. Menemani Camelia dan Faricha sambil memulihkan energinya yang terkuras.

Ruangan sekitar 10 kali 10 meter itu cukup luas untuk menjadi saksi bagaimana kerasnya 5 orang anak remaja berlatih.

Rendi mengubah partikel air menjadi pedang, busur dan panah, tombak serta pisau yang tajam serta kuat dari es. Tak akan mencair walau dalam suhu 100 derajat.

✔️The Shadow Of Miracle (END) Where stories live. Discover now