62. Rasa bersalah

1K 38 0
                                    

Faro melajukan motornya, di jalanan yang cukup ramai, dengan udara sejuk hingga menusuk ke tulang. Tetapi Faro lupa untuk memakai jaket andalan nya itu. Jadi ia terpaksa menembus jalanan dingin.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, akhirnya ia sampai di salah satu butik ternama milik ibunya itu.

Faro turun dari motor, lalu melepaskan helm nya, dan memasuki butik itu dengan langkah tergesa-gesa.

"Bunda, ayok!" Ucap Faro terlihat tergesa-gesa. Wajahnya pun terlihat khawatir. Karena bagaimana bisa ia meninggalkan Naya sendirian di Kampus.

"Sebentar sayang, ini bunda lagi merapikan baju dulu." Ucap Bunda sambil melipat pakaian yang ada di butiknya.

"Sini deh, Faro bantuin." Agar pekerjaan ibunya cepat selesai, ia memutuskan untuk membantu.

"Kamu kenapa sih kelihatan nya buru-buru banget?" Diana duduk di sofa sambil merapikan baju.

"Tadi Faro ninggalin Ana di kampus sendirian." Ucap Faro khawatir.

"Loh kenapa kamu tinggalin Ana?" Diana pun menautkan kedua alisnya.

"Tadi kan Bunda minta Faro jemput, jadinya Faro buru-buru kesini."

"Tapi kenapa kamu tinggalin Ana sendirian? Padahal ajakin aja Ana main kesini."

Aduh serba salah nih gue. Batin Faro.

"Terus kalo aku ajak Ana, nanti Bunda pulang ama siapa? Kan gak mungkin satu motor bertiga."

Faro menarik nafasnya panjang, lalu duduk di samping ibunya sambil merapikan baju.

"Terus jadinya gimana? Aku balik lagi aja yah Bun?

"Jangan, jangan tinggalin Bunda. Tapi Bunda pengen ketemu sama Ana."

Lah terus gimana Bun? Batin Faro.

"Terus gimana dong?"

"Ya udah mending sekarang kamu anter Bunda dulu ke mall udah gitu kamu jemput Ana, nanti kita makan bareng, gimana?"

"Ya udah deh, ayok, nanti Ana nya keburu pulang."

"Ayok."

"Oh iya Bun, nanti butik gimana?"

"Tenang, sekarang udah ada Mba Vira kok."

"Yaudah deh."

"Mba Vira, saya pamit dulu yah, nitip butik yah, Mba. Eh Faro sebentar yah, bunda mau siap-siap dulu."

"Iya Bun, Faro tunggu di sofa. Bun jangan lama-lama, Aduh gue ngantuk lagi." Ucap Faro sambil mengusap matanya karena mengantuk.

"Iya nyonya." Jawab Mba Vira sambil membersihkan debu dengan kemoceng.

Setelah berdebat panjang, akhirnya Diana memutuskan untuk menunggu Naya di sebuah mall.

Faro dengan cepat menaiki motor dengan ibunya, lalu bergegas pergi dari butik.

Faro menyusuri luasnya Kota Jakarta, dengan menambah kecepatan pada motornya akhirnya mereka sampydi sebuah mall.

Diana turun dari motor dengan keadaan mual, karena Faro tadi terlalu cepat mengendarai motornya.

"Bun, Faro pamit yah."

"Iya hati-hati, jangan ngebut-ngebut, nanti nyusruk." Ucap Diana sambil terkekeh geli.

"Wkwk, enggak lah Bun, assalamualaikum." Ucap Faro sambil mencium punggung tangan Diana, lalu kembali melajukan motor kesayangannya.

Saat ini Faro sudah sampai di kampusnya, lalu ia berlari menuju perpustakaan, tempat dimana tadi Naya membaca buku. Ia mencari ke setiap sudut ruangan hingga semua ruangan ia cari. Namun ia belum juga menemukan sosok gadis itu. Namun ia belum menyerah, ia terus mencari gadis itu, mulai dari ruang perpustakaan, toilet, ruang kelas, hingga rooftop dan masih banyak lagi. Namun usaha nya nihil, ia belum juga menemukan gadis itu.

Destino [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang