Second

8 2 1
                                    

Yerim masuk ke dalam rumah membawa dua kotak pizza yang wanginya sudah menusuk indra penciumannya. Yerim duduk di sofa ruang tamu sembari nonton serial kartun kesayangannya. Karena jadwal penayangan drama Korea dimulai nanti malam. Sekarang sudah jam 12 siang. Pantas saja Yerim sudah lemas tidak ada tenaga. Tanpa basa-basi Yerim langsung membuka kotak pizza itu dan melahapnya seperti sedang kerasukan. Tidak separah kerasukan setan sih, hanya saja sangat lahap sampai lupa bernafas.

Baru habis setengahnya saja, selera makan Yerim menguap entah kemana. Padahal tadi ia berpikir sanggup memghabiskan sepuluh kotak pizza.

Sekarang rasanya Yerim ingin makan ramen.

Rasanya juga Yerim ingin makan buah-buahan.

Atau Yerim ingin makan yang manis-manis.

Jatuhkan uang dari langit sekarang juga.

Teringat Ibunya, Yerim segera memulai panggilan dengan Ibu kesayangannya. Namun setelah tiga kali panggilan, tidak diangkat juga karena nomornya sedang tidak aktif.
Yerim jadi khawatir Ibunya kenapa-kenapa. Menyusahkan sekali.

To : Ibu
Aku harap Ibu baik-baik saja. Jika ada waktu, kabari aku dan kirim aku uang ya. Dirumah tidak ada makanan. Aku sayang Ibu.

Jika mengingat masalah keuangan, Yerim teringat Ayahnya yang sudah pergi karena penyakit jantung yang mengidap ditubuhnya. Meski sekarang Ibu dan Yerim tidak ada kekurangan dalam masalah keuangan, tapi Yerim teringat masa dimana Yerim selalu minta uang kepada Ayahnya. Tidak pernah Yerim tidak dikasih uang, asal untuk kebaikan itu tidak masalah.

Yerim berstatus anak tunggal. Melihat Ibunya sekarang yang bekerja demi dirinya, Yerim juga ingin bekerja untuk menghidupi diri sendiri. Tapi Ibunya melarang, karena Yerim lebih baik fokus kuliah.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sore dengan Yerim yang masih bermalas-malasan di sofa sejak siang tadi sambil menonton televisi dan memainkan ponselnya.

Dan di detik kemudian, Yerim baru teringat bahwa ia belum mandi dari pagi. Benar-benar pelupa.

Setelah memakai bajunya, bel rumah Yerim berdering. Untung saja ia sudah selesai mandinya. Segera saja Yerim berlari keluar kamar untuk membuka pintu. Sambil berharap ada yang berbaik hati lagi membawakannya ramen atau buah-buahan.

"Seokjin? Bukankah kau sedang sibuk?" Satu pertanyaan Yerim saat menemukan Kim Seokjin ada di hadapannya sekarang.

Bukannya menjawab, Seokjin justru menatap handuk yang ada di genggaman Yerim. Gadis itu mengikuti arah pandang Seokjin.

"Ah, ini. Aku habis mandi. Aku lupa menaruhnya tadi karena buru-buru untuk membuka pintu." Yerim tersenyum tipis, "Ayo masuk dulu."

Seokjin mengikuti langkah kaki Yerim masuk kedalam rumah.

"Aku juga ingin mandi." Ujar Seokjin yang membuat Yerim berhenti, "Mandi disini."

Yerim berbalik menghadap Seokjin, keningnya berkerut. "Kenapa disini? Memangnya tidak bisa mandi di rumahmu sendiri?"

"Tidak bisa. Sedang ada masalah."

"Masalah apa? Kalau mandi disini, memangnya kau bawa baju ganti? Tidak mungkin kau pakai bajuku kan?"

"Aku bawa baju ganti. Aku tidak akan pinjam bajumu, tenang saja. Lagipula tidak akan cukup juga karena badanku kecil dan badanmu besar." Seokjin tertawa kecil.

Menjadi perempuan, sudah tahu hobinya makan, tapi tidak mau disebut berbadan besar. Yerim pun sama. "Kau mau mati karena aku mengamuk ya?"

Seokjin mengangkat sebelah alisnya. Bingung kenapa Yerim jadi terkesan seperti akan marah. "Maafkan aku. Aku salah bicara. Ampuni aku."

Kini Yerim yang diam. Jika disinggung perihal bentuk badan, Yerim akan kesal setengah mati. Memang, Yerim akui badannya bukanlah tipe ideal benar-benar langsing dan tinggi. Tapi Yerim juga tidak terlalu besar kok. Sungguh. Meski ya badannya memang kurang tinggi.

"Yerim, jangan marah. Kumohon sekali saja ya aku mandi disini. Badanku gerah. Lagipula aku juga tidak akan melakukan sesuatu selain mandi." Seokjin menatap Yerim dengan tatapan memohon, yang sialnya sulit untuk Yerim tolak.

Yerim merasa dirinya adalah gadis baik hati. Dan merasa mungkin ini saatnya ia membalas Seokjin karena sudah membelikannya pizza tadi siang.

"Yasudah silahkan." Izin Yerim dengan sedikit ketus, sebenarnya ia masih kesal.

Seokjin tersenyum sumringah. "Terimakasih Yerim. Jangan marah lagi ya. Kau tahu? Kau cantik saat marah. Kalau nanti aku menyukaimu bagaimana?" Kemudian laki-laki itu berjalan dengan santai melewati Yerim menuju kamar mandi.

Yerim baik-baik saja untuk saat ini.

"JANGAN BUANG-BUANG AIR! BAYAR AIR MAHAL, KAU TAHU?!" Yerim teriak karena ia sudah tahu pasti Seokjin sudah masuk ke kamar mandi.

Dia tidak mendadak bekerja menjadi tukang bangunan untuk membelikanku pizza kan?

----

Hubungan Yerim dan Seokjin hanya sebatas pertemanan yang dimulai sejak satu tahun lalu. Seokjin merupakan kakak tingkat Yerim di kampus. Perbedaan umur mereka hanya terpaut satu tahun. Awal mula pertemanan ini berjalan adalah saat Yerim datang ke sebuah restoran untuk bertemu temannya saat masih duduk di sekolah menengah, yang katanya ada urusan penting sekali yang harus dibicarakan. Temannya itu mengajak Yerim dengan embel-embel akan mentraktirnya makan. Datanglah Yerim ke restoran atas usulan temannya itu. Yerim saja baru pertama kali datang ke restoran ini. Namun sampai restoran itu akan tutup di malam hari, teman Yerim masih belum datang. Untung saja janji pertemuan mereka jam tujuh malam, dan Yerim hanya menunggu setidaknya dua jam sampai restoran itu tutup di jam sembilan malam.

Kim Seokjin yang rupanya adalah pemilik restoran tersebut bertemu Yerim untuk pertama kalinya saat akan pulang dan menutup restorannya. Seokjin saat itu menawarkan Yerim untuk diantar pulang, namun Yerim menolak karena takut pada Seokjin. Ibunya bilang, jangan percaya dengan laki-laki yang baru dikenal jika tidak ingin kenapa-kenapa. Kejahatan sudah marak dimana-mana sekarang. Karena Yerim adalah anak yang berbakti, maka ia akan menuruti semua apa kata Ibunya.

Seokjin sempat memaksa Yerim saat itu, karena Seokjin tidak mau melihat seorang gadis pulang sendiri di malam hari. Tapi Yerim tetap menolak ajakan Seokjin. Maka saat Yerim pergi ke halte bus, Seokjin diam-diam mengikuti Yerim dengan mobilnya. Mengawasi agar gadis itu tidak mendapatkan bahaya.

Seokjin mengawasi tidak hanya sampai Yerim naik ke dalam bus, tapi bus itu tetap diikuti Seokjin sampai ke lokasi dimana rumah Yerim berada. Seokjin juga benar-benar mengawasi Yerim sampai gadis itu benar-benar masuk rumah.

Awalnya Yerim tidak tahu kejadian Seokjin membuntuti dirinya. Tetapi setelah mereka tidak sengaja bertemu kedua kalinya di kampus dan Seokjin mengatakan bahwa ia ingin melindungi Yerim. Yerim sedikit curiga. Namun Seokjin bilang bahwa Yerim mirip adiknya yang sudah meninggal. Padahal saat Yerim bertanya bagaimana rupa dan sifat adiknya, Seokjin dengan enteng menjawab kalau adiknya meninggal saat masih bayi. Jadi Seokjin juga tidak tahu banyak. Sudah jelas saat bayi dan sudah dewasa akan berbeda.

Aneh, memang. Tapi itulah kenyataan seorang Kim Seokjin. Dan dengan percaya diri, Seokjin bercerita tentang aksinya membuntuti Yerim. Reaksi Yerim hanya tertawa saat itu. Tapi setelah berjalannya waktu, Seokjin mengaku bahwa itu hanya akal-akalan Seokjin untuk mendekati Yerim. Sampai saat ini Yerim masih tetap dianggap adiknya sendiri oleh Seokjin. Dan Seokjin benar-benar ingin menjaga Yerim.

[]

Written by,
Nabilahyun

Tidak sulit untuk menekan tombol vote bukan?

Jangan lupa untuk komentar juga.

Saran dan kritik selalu diterima dengan sepenuh hati.

Terimakasih💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweety ; KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang