[28] Finally, charter

1.4K 96 2
                                    

"Aaaaaa! Hei! Lepaskan aku!" teriak Atsuko sembari memberontak ketika nenek sihir itu berhasil mencengkram pergelangan kaki kanannya, dengan tersenyum menyeringai, ternyata nenek sihir itu berhasil terbangun dari pingsannya.

"Hihihi! Kalian pikir bisa mengalahkanku?" ujar nenek sihir itu ketika segera berdiri dan langsung mencengkeram leher Atsuko yang membuatnya terus memberontak.

"Yah! Kami akan mengalahkanmu!" ucap Atsuko dengan sekuat tenanga meski sulit untuk berbicara dan bernafas sekali pun.

"Kau masih saja ingin memberontah?!" respon nenek sihir itu yang semakin mempererat cengkramannya di leher Atsuko, hingga membuat Atsuko semakin memberontak.

"Hei! Lepaskan dia! Jika kau tak melepaskannya kami akan menghancurkanmu!" ancam Kanzo dengan tatapan dari sudut mata yang sangat tajam.

"Hahahaha! Hihihihi! Hahahii! Tidak semudah itu anak muda, yang ada kau akan menyaksikan satu per satu temanmu akan terbunuh dan setelah itu kau yang terakhir akan kubunuh dengan perlahan-lahan hingga kau dapat merasakan sakitnya! Dan setelah itu tidak akan ada lagi yang menghalangi, dan rencanaku akan berhasil! Hihihiii! Hahaha!" seru nenek sihir itu sembari tertawa dengan sangat keras dengan penuh semangat kemenangan.

"Apa kau yakin? Aku harap ucapkan saja selamat tinggal atas mimpi-mimpimu itu! Percuma saja, mimpi buruk itu tidak akan pernah menjadi kenyataan" ucap Kanzo menyipitkan matanya sambil tersenyum menyeringai dengan gelengan kepala, mendengar ucapan itu membuat raut wajah nenek sihir itu seketika berubah menjadi semakin seram terlihat jelas dengan raut wajah marahnya.

"Benar itu! Kami beri kau kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal!" seru Hikari yang segera muncul bersama dengan Chiyoko, Akeno dan Keitaro.  "Hai!" sapa Akeno sambil melambaikan tangannya pendek.

"Berani-beraninya kalian muncul dari sana! Siapa yang menyuruh kalian pergi ruanganku!" bentak nenek sihir itu yang dengan segera melepaskan Atsuko dan mendorongnya, setelah melihat keempatnya muncul dari tempat yang dianggapnya tidak boleh ada satu pun orang yang menginjakkan kakinya di situ. 

Kini semua menatap nenek sihir itu dengan santai, tak tinggal diam, nenek sihir itu segera menuju ke belakang untuk mengecek sesuatu, dengan buru-buru ia segera merabah-merabah segalanya hingga membuat sekitarnya semakin berantakan, aktivitasnya terhenti ketika menemukan buku mantranya tertera di meja membuatnya semakin geram.

Namun, sepertinya bukan itu yang ia pastikan, ia kembali memeriksa serta merabah-rabah sekitarnya "Tidak boleh hilang! Di mana kau! Tidak boleh hilang! Tidak boleh! Di mana kau berada! " ucap nenek sihir itu terus berulang dengan volume pelan. Dan, ia pun menemukan benda yang ia cari-cari yakni sebuah kunci.

Ia segera menggunakan kunci itu untuk membuka sebuah laci berbentuk persegi panjang yang hampir tak disadari bahwa ternyata ada. Setelah terbuka nenek sihir itu segera memastikan isinya, dan wajahnya tampak terkejut melihat isi laci itu kosong.

"Hei! Apa kau mencari ini?" tanya Keitaro yang tengah berdiri di pintu sembari memperlihatkan sebuah tongkat berwarna hitam, terlihat biasa namun diujungnya terdapat runcing tajam yang berwarna merah.

Melihat itu nenek sihir itu semakin terlihat kaget dan marah. "Kembalikan itu! Itu adalah milikku! Kau boleh lolos dan segera pergi dari sini dengan teman-temanmu jika kau memberikan itu segera kepadaku! Aku tak akan mengganggu semuanya lagi! Kau hanya tinggal perlu mengembalikan itu padaku" bujuk nenek sihir itu dengan sedikit terburu-buru.

"Hmm sepertinya ini sangat berarti, kau pasti sangat membutuhkan ini yah, aku sangat kasian kepadamu" Ucap Keitaro sambil menunjukkan rasa kasiannya. "Namun baiklah, apa kau janji akan meloloskan kami jika aku memberikan ini?" tanya Keitaro lagi.

The Magic School [END]Where stories live. Discover now