A (newbie) Lover

3K 288 30
                                    

One decisive knock and after about two seconds, three quick ones. And after another two more seconds, one final knock.

"What madness has overcome to you this time?" An Ziyan asked.

"It was a secret code that my mom taught me. It means 'I love You"

- Like Love

Krist ingin melanjutkan jalannya, namun tangan Singto menahannya.

"Krist, maafkan aku jika aku bersikap seperti itu. Aku hanya memikirkanmu. Aku tidak ingin kau dicemooh karena perasaanmu!"

"Ha-ha! Jika aku saja berani mengambil resiko, mengapa kau tidak? Tidak usah munafik, Singto. Kau tidak perlu repot-repot memikirkanku. Aku tidak butuh."

Genggaman Singto semakin erat. Krist berhasil memancing emosinya. Bukan ini yang ia harapkan. Sungguh.

"Hei, kau menyakitiku!" Krist berusaha melepaskan tangannya.

"Dengan apa aku harus membuktikannya padamu?"

"membuktikan apa? Kau tidak harus melakukan apapun! hei, tolong lepaskan tanganku!"

Singto menarik Krist ke dalam dekapannya. Merasakan detak jantung Krist yang terpompa sangat cepat seperti miliknya.

"Kumohon, Krist.." Singto mengelus sayang kepala Krist. Entah dari mana munculnya kesadaran bahwa Krist sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Dengan tidak diperdulikan oleh Krist seharian ini mampu membuatnya seperti kehilangan sesuatu. Otaknya seperti tidak bisa bekerja dengan baik. Yang ada dipikirannya hanya bagaimana cara untuk mendapatkan perhatian itu lagi.

"Kumohon, Krist... jangan pernah berhenti mencintaiku."

Author's POV

Krist dan Singto tetap berada di posisi mereka—berpelukan—bukan tanpa alasan karena Krist masih terkejut dengan apa yang ia dengar dan Singto pun masih enggan melepas pelukannya. Singto heran, ternyata rasanya sangat menyenangkan setelah mengungkapkan apa yang selama ini ia tahan. Ia berjanji mulai sekarang akan berterus terang dengan apa yang dirasakannya.

Setelah berhasil keluar dari keterkerjutannya, Krist mulai bisa mencerna semua, "Kenapa? Kenapa kau melarangku untuk berhenti?"

"Itu... karena aku suka," Singto tersenyum. Inilah saat yang sangat membahagiakan untuknya. Bagaimanapun, Krist sudah menjadi candu baginya. Ia tidak akan pernah melepaskan Krist. Tidak selama ia masih hidup.

Krist melongo. Tidak menyangka akan mendapat pengakuan Singto secepat ini. Krist sudah ingin tersenyum tetapi ia tahan. Ia tidak akan membiarkan ini berjalan dengan mudah.

"Suka? Suka dengan siapa?"

"Suka sama kamu.."

Krist melongo (lagi). Kenapa Singto manis sekali? Aku jadi susah untuk marah padanya! batin Krist.

"hanya suka? Yah, sayang sekali. Hanya suka ternyata," balas Krist sambil berusaha melepaskan pelukannya.

Singto tidak tinggal diam, ia semakin mempererat pelukan mereka. "Ya, hanya suka karena aku membutuhkanmu untuk membuatku mencintaimu."

Warna merah memenuhi pipi hingga telinga Krist, respon yang muncul ketika ia sedang marah atau malu. Singto melirik Krist, lalu mati-matian menahan tawa. Krist-nya sangat menggemaskan sekali. Eh? 'Krist-nya?

"Bagaimana? Apa kau mau membantuku untuk mencintaimu?" goda Singto, senang sekali melihat Krist tersipu malu.

"Membantu apa? Kau gila! Lepaskan aku! Hei, Singto!" Krist masih berusaha melepaskan pelukan Singto walaupun sebenarnya Ia ingin berlama-lama di dalam pelukan seorang Singto Prachaya. Terpujilah sifat gengsimu, Krist.

The One I LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant