I Do Love You Very Much

3.4K 201 23
                                    



"I love you...."

.

.

.

Hai, aku Singto Prachaya. Bagaimana aku mengatakannya? Baiklah, mungkin ini akan sedikit panjang. Semua berawal dari perkenalanku dengan dirinya di perpustakaan saat tahun pertama kami. Perkenalan yang singkat, sama sekali tidak berkesan sedikitpun. Tidak--sampai aku menyadari bahwa aku tidak bisa melupakan semburat merah yang muncul di wajahnya. Manis...

Apakah aku mulai tertarik dengannya? Aku tidak tahu. Masih terlalu dini untuk menyimpulkannya begitu saja. Aku menyadari bahwa setelah hari itu, aku—sengaja—mencari tahu tentang dirinya. Sedikit banyak memperhatikan dirinya saat bersama dengan temannya. Aku semakin ingin tahu...

Semua orang mengatakan aku hebat bahkan ada yang mengatakan aku sempurna. Tapi mereka tidak tahu.... bahkan untuk menyapa orang itu saja aku tidak mampu. Aku tidak menemukan alasan untuk sekadar menyapanya. Jadi, lebih baik seperti ini saja. Menatapnya dalam diam.

Siapa? Dia adalah... Krist Perawat. Seorang pemuda sederhana yang memiliki pipi sangat bulat seperti bakpao. Ia memang semanis itu. Di saat hampir semua orang bersikap seperti dibuat-buat hanya untuk mendapatkan perhatianku, ia tidak. Ia berbeda. Dan karena itulah aku sangat penasaran dengannya. Ia seperti memiliki sesuatu di dalam dirinya yang membuatku selalu ingin memperhatikannya.

Akhirnya di tahun terakhirku, aku bisa sekelas dengannya. Aku sangat bahagia sampai dengan tidak sadar, duduk begitu saja di sampingnya. Aku hampir mengutuk diriku sendiri. Dengan cepat aku berkata...

"Kuharap kau tidak keberatan, Krist. Lihatlah, tidak ada kursi kosong yang bisa kutempati," Ucapku.

Krist terlihat seperti kebingungan dan mengedarkan pandangan lalu setelahnya mengiyakan perkataanku. Ia tidak tahu, aku hampir saja tersenyum senang. Aku harus lebih bisa mengendalikan diriku. Jika tidak...

Oh? Pembagian kelompok? Terkadang aku tidak begitu senang dikatakan sebagai murid tercerdas di sekolah namun jika dengan alasan tersebut aku bisa mendapatkan yang aku mau, mungkin tidak buruk juga. Dan aku tahu pasti kalian sudah bisa menebak apa yang akan aku lakukan selanjutnya—tentu saja—membuatnya satu kelompok denganku. Beralasan untuk mendekatkan New dengan May, akhirnya aku berpasangan dengannya. hampir aku tersenyum senang (lagi).

Sebenarnya aku hanya ingin berpasangan dengannya tanpa memikirkan hal lain—sampai aku tahu bahwa dia sangat buruk sekali di pelajaran kimia. Tapi baiklah, aku akan membantunya. Dan selama beberapa menit ke depan yang kami lakukan hanyalah bertengkar. Menyenangkan sekali bisa menggodanya—pipinya akan memerah karena kesal, alisnya akan menukik, dan matanya akan melotot—sungguh, aku hampir saja tertawa karenanya. Aku menggunakan komikku untuk berpura-pura membaca walaupun sebenarnya yang kulakukan yaitu memperhatikan dirinya yang sedang mengerjakan pertanyaan-pertanyaan dengan serius.

***

"Apa kau pernah jatuh cinta, Krist?"

Aku bertanya berusaha terdengar biasa saja walaupun aku sangat ingin tahu sekali. Tapi tunggu... kenapa ia terlihat sedih? Apakah ada yang salah dengan pertanyaanku?

Pada akhirnya... aku tidak mendapatkan jawaban yang kuinginkan. Sebaliknya, aku malah mendoakan agar orang yang ia cintai dapat membalas perasaanya. Untuk apa?!

Keesokan harinya mungkin bisa dikatakan hari yang sangat buruk sekali. Nana kembali. Aku akui ia adalah cinta pertamaku. Namun, hanya sampai di situ saja. aku memang sangat patah hati saat ia meninggalkanku. Tapi ia menjadi sangat tidak bermakna sekali saat Krist hadir. Aku menyesal kenapa ia harus kembali di saat aku sedang bersama Krist.

The One I LoveWhere stories live. Discover now