Bagian 23: I'll Walk Through Hell with You

2.2K 203 36
                                    

Di rumah Kakek Brian, Malam hari sebelum ulang tahun Bagas

"Gas, jangan cepet-cepet dong. Bapak saja belum balik kan?" Ibu Bagas (Nenek Brian) mengelus punggung anaknya. "Bapak gak mau ketemu kali, Bu?"

Nenek menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, nang."

"Besok kamu ulang tahun kan?" tanya Nenek ramah. Bagas tersenyum mengiyakan. "Mau dirayain kecil-kecilan aja, Bu. Sama Brian dan beberapa teman. Ibu ikut ya?"

Saat itu pintu terbuka dan Bapak Bagas alias kakek melewati mereka. "Kamu masih di sini toh," jawab Kakek singkat. Bagas tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Bri, ucapin bapak pas bapak ulang tahun. Kenapa gak ada balasan?"

"Bapak belum sempat lihat."

"Sudah sebulan, Pak. Brian salah apa sama Bapak."

"KAMU YANG SALAH SAMA BAPAK! SAMA IBU! KAMU BIKIN MALU KELUARGA INI!" ujar Kakek berteriak.

"PAK! ITU SUDAH 18 TAHUN YANG LALU. BRIAN GAK SALAH APA-APA! BRIAN HANYA MAU PUNYA KAKEK!"

"Bagas.. Bagas... Kalau kamu dulu ikutin rencana Bapak, hidup kita gak kayak gini. Bapak itu malu. Kamu juga ngotot mau besarin Brian sendiri. Mana bisa dia jadi anak baik yang besarkan saja bukan orang baik. Sama perempuan gak jelas asal usulnya!"

"Bapak gak pernah tau Brian. Brian bukan anak yang kayak gitu."

"Dia akan jadi sama saja dengan kamu!"

"BRIAN GAK AKAN NGELAKUIN HAL HAL SEPERTI ITU. Kalau Bapak mau menyematkan kenal dekat sama dia, Bapak akan sadar. Bapak terlalu egois! Bu, Bagas pulang!" Bagas mencium tangan Nenek dan pergi meninggalkan rumah orang tuanya.

"Nang... tunggu nang," sang Ibu tiba tiba keluar menyusulnya.

"Ya bu?"

"Nang, ini ibu baru jahitkan mantel rajutan untuk Brian dan kamu. Lihat, cocok kan?"

Bagas menerima dua buah mantel rajutan karya sang ibu yang terkenal sebagai pengrajin dan penjahit handal. "Wah bagus sekali, Bu."

"Ibu kangen sama Brian. Ayuk, ajak ibu main sama Brian. Sudah sejak lebaran loh belum ketemu."

"Iya bu," Bagas memeluk ibunya. "Bri, sehat?"

"Sehat bu. Dia mau tanding di lomba bola nasional. Ibu mau nonton?"

"Mau, nangggg."

"Siap, Bu. Entar Bagas jemput ya. Bagas pamit ya bu."

Saat itu Bagas berjalan pulang dan ia berjalan dengan gelisah. Ada sesuatu yang mengganjal . Apa apa? Ia mengambil hp nya dan menelpon Brian.

Brian yang baru turun dari motornya langsung mengangkat telepon Bagas. "Pi, bentar Bri lagi ada urusan penting. Bentar aja! Sabar ya. Tenang aja. Kado udah ada. Tinggal disurprisin. Bye Pi." Brian langsung mematikan telepon dari Bagas.


Di depan rumah Kirana

Brian memencet bel berkali di pintu gerbang rumah Kirana namun tidak ada suara. Mobil Kirana terparkir di sana dan lampu kamar Kirana pun menyala.

Brian merasa ada yang aneh. Seharian Kirana tidak bisa dihubungi. Rasikha pun tidak tau Kirana di mana. Harusnya hari ini dia gak ada shooting atua kegiatan lain Kirana pun tidak meng-upload apapun di social medianya. Hal ini tentu saja membuat Brian berpikir dan khawatir.

Brian clingak-clinguk keheranan dan memutuskan memanjat pagar samping. Brian memanjat pagar tinggi tersebut dan meloncat turun dengan lancar meninggalkan anjing yang menggonggong di luar. Sementara Mbak Tince menggelengkan kepala. "Rejeki eke akhir akhir ini rame ya. Untung tetangga cewek cakep, banyak bawa cowok. Waktu itu dapat bule naked sekarang dapet brondong manis. Ahhh sudahlah."

Mio FiglioWhere stories live. Discover now