TWO

26 6 21
                                    

          

Focus: Claudia, Cadyna, Doyoung.

Claudie tak dapat menahan tawanya saat Vio selesai menceritakan kejadian tak terduganya tadi dengan Renjun di pinggir jalan. Sejujurnya, melihat pertengkaran antara Vio dan Renjun adalah moodbooster untuknya. Mengingat moodnya tadi sempat rusak karena lelaki bernama Doyoutra August yang tak pernah bisa berhenti mengganggu hidupnya.

Ting!

Doyoung A.

Sering sering ya, ketawa kayak gitu.

Mendadak, tawa yang sedari tadi menghiasi wajahnya hilang dan digantikan dengan wajah juteknya kembali. Sial. Lelaki itu tahu bagaimana cara membuatnya badmood.

"Kenapa?" Tanya Adyn yang menangkap perubahan ekspresi Claudie setelah melihat notifikasi dari handphonenya tersebut. Merasa tak ada jawaban, Adyn langsung merebut handphone milik Claudie dan melihat siapa yang berani mengganggu sahabatnya itu.

'Doyoung? Ah. Doyoung, ya..' Batin Adyn sedih. Tetapi ia tak memperlihatkan kesedihan itu diwajahnya. Wajah gadis tersebut masih datar, tak berekspresi apapun. Adyn langsung mengembalikan handphone tersebut dan mengelus pundak Claudie pelan. "Biarin aja, gausah lo tanggepin kalau ga suka."

Claudie mengangguk dan tersenyum, lalu kembali memfokuskan dirinya kepada Vio yang masih menekuk wajahnya dengan kesal. Jelas, masih ada kekesalan yang membara disana. Sontak membuat Claudie tertawa kembali.

"Benci banget gue sama Renjun. Ah. Kenapa harus dia sih? Yang lain kek gitu?!" Seru Vio untuk yang kesekian kalinya.

Claudie terkekeh sebelum akhirnya mengeluarkan suaranya, "Mau siapa? Mark?" ucapannya tersebut langsung saja membuat Vio salah tingkah dengan hampir menggigit kukunya sendiri, kebiasaannya saat sedang gugup.

"Dia ga akan mau sama lo. Udah ngga usah berharap. Di mata dia tuh cuma ada Herin." Ucap One dengan nada mengejek.

Adyn yang sedari tadi diam mendadak tertawa melihat Vio yang di sudutkan oleh sahabat sahabatnya tersebut. Tiba tiba, matanya menangkap sosok lelaki yang tengah menatap kearah sahabatnya. Terselip perasaan tak suka di sana, tetapi ia tahan dan dengan cepat ia langsung mengalihkan pandangannya.

Claudie memerhatikan Adyn yang mendadak diam dengan pandangan bingungnya, tetapi tak berlangsung lama karena ia jelas langsung tau apa yang terjadi pada sahabatnya tersebut.

"Ngomong ngomong, kenapa lo semua pada masuk sih? Gue gimana?" Ucapan Vio tersebut berhasil menarik perhatian Claudie dari Adyn.

Vio bangkit dari duduknya dan membetulkan bajunya yang sedikit terangkat, lalu melirik sahabat sahabatnya itu sekilas sebelum pergi begitu saja tanpa berkata apapun disusul One dan Queera yang Fakultasnya berada di barat. Lalu Yesy dan Hillari mengikuti mereka tetapi berjalan kearah sebaliknya.

"KENAPA LO SEMUA JADI IKUTAN PERGI! GUE KAN LAGI MARAH!" Teriak Vio tak terima tetapi tak digubris oleh yang lainnya.

Vio menghela nafas kesal lalu pergi begitu saja. Mendadak ia merutuki dirinya sendiri karena melupakan sesuatu yang penting. mengapa ia tidak membawa mobilnya kesini.

Claudie menatap awan diatasnya dengan pandangan kosong, entah apa yang sedang ia fikirkan. "Udah, lo harus masuk kelas kan, Dyn?" Claudie tiba tiba saja mengeluarkan suaranya dan berhasil mengembalikan Adyn kedunia nyata. Ia langsung menatap Claudie dengan pandangan bingung.

"Yang lain—?"

"Udah duluan." Jawabnya. Claudie menepuk celananya sebelum akhirnya melangkah menjauh dari tempat duduknya. Lalu berhenti sebentar dan menghadapkan dirinya kembali kepada Adyn yang masih menatapnya dengan pandangan bingung. "Jangan terlalu di fikirin, Cadyna. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Dan lo tau sendiri, seberapa gilanya laki laki itu. Dia Psycho, lo tau sendiri kan? Masih banyak cowo lain di dunia ini."

Adyn mendadak gelagapan. "Gue—,"

Claudie terkekeh, "Apa lo mau gue kenalin ke temen gue?"

"Urusin aja dulu kisah cinta lo sendiri, jomblo!" Seru Adyn sembari berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Claudie.

Keduanya berjalan beriringan karena fakultas mereka bersebelahan.

"Dyn."

Adyn berdeham sebagai jawaban.

"Kenapa.. Makhluk bangsat itu ada didepan kita sekarang sambil senyum ya?"

Sontak, Adyn langsung mendongakkan kepalanya dan matanya langsung beradu pandang dengan mata tajam yang selalu Adyn benci. Tapi bukan Cadyna Loretta Savian namanya kalau mengalah dengan musuh terbesarnya, Taeyong. Keduanya masih terus bertatapan hingga kedua mata mereka terasa panas, tetapi tetap tak ada yang mau mengalah. Mereka berdua bahkan tak sadar sudah berjalan mendekat satu sama lain. Berbeda dengan Claudie yang masih di tempatnya dan menatap Doyoung dengan pandangan jijiknya.

"Claudia Aerilyn,"

"Claudie," Panggilnya sekali lagi

Claudie berdecak kesal, "Don't "Claudie" me!"

Doyoung tersenyum lembut, "Kenapa lo jutek banget sama gue sih, Die?"

Doyoung terus berjalan mendekat kearah Claudie, yang jelas saja membuat gadis itu mendadak takut. Entah apa yang ia takutkan. Saat Doyoung hampir melewati Adyn yang tengah sibuk beradu pandang dengan Taeyong, lengannya mendadak dicegat oleh gadis itu.

Kedua mata Adyn menatap Doyoung dengan pandangan bencinya, "Jangan lo berani deketin Claudie lebih dari ini, Doyoung. Gue peringatin sama lo. Untuk yang terakhir kalinya."

Taeyong menatap pemandangan didepannya dengan pandangan bosan. Itu selalu terjadi. "Cadyna," Panggil Taeyong meminta perhatian.

Tetapi Adyn tetap menatap Doyoung dan tak menghiraukan Taeyong sedikitpun. "Cadyna, lawan lo itu gue. 1 lawan 1. Kenapa lo nyerang temen gue gini?" Ucap Taeyong sambil melepas cengkraman Adyn di lengan Doyoung.

"Lo diem." Ucap Adyn ketus. "Lo gabisa liat temen gue ketakutan?!" Adyn benar benar kehabisan kesabarannya.

MADE FOR EACH OTHER. - NCTWhere stories live. Discover now