fifteen

12K 2.4K 378
                                    

Selepas membersihkan tubuhnya, Paris mulai merasakan hal yang aneh pada dirinya sendiri. Nafasnya tersengal tanpa sebab, beberapa kilas balik masa lalu berpendar di kepalanya. Paris paham, dirinya sedang dalam kondisi tidak baik. Dia pernah merasakan hal ini beberapa kali sebelumnya, namun itu sudah lama sekali dan berakhir pada sesuatu yang menurutnya mengerikan.

Baekhyun sialan. Dia sendiri yang meminta agar Paris menelepon jika sesuatu aneh terjadi. Tapi apa ini? Pria itu masih belum mengaktifkan ponselnya hingga sekarang.

"Argh!" Paris menjambak rambutnya sendiri. Saat ini ia bahkan belum mengenakan pakaian selain handuk putih kecil yang melilit pada tubuhnya. "Baek...hyun..."

Paris menyesal tidak menyimpan nomor ponsel Chanyeol saat pria itu dengan senang hati menawari. Ia pikir, memiliki Baekhyun saja sudah lebih dari cukup. Sayangnya Baekhyun tidak ada saat ini.

Setidaknya Chanyeol juga pernah menangani Paris saat kejadian ini berlangsung. Hanya dua pria itu, Baekhyun dan Chanyeol yang tahu akan sisi lain seorang Paris.

"Argh! Pergi!" jeritnya tertahan. Kepalanya menggeleng keras, tubuhnya meringkuk di lantai marmer kamar.

Seharusnya Paris tidak berurusan dengan bunga Lily. Bunga yang merupakan salah satu simbol masa lalunya. Bunga yang kini malah membangunkan keinginan lain dari diri Paris.

Setelah beberapa saat sibuk melawan dirinya sendiri, Paris kehilangan sadarnya. Gadis itu tertidur lelap di lantai, meringkuk seperti biasanya. Nafasnya yang sedari tadi tersengal tak teratur kini perlahan mulai stabil seperti biasa.

🍁🍁🍁

Sehun membanting kuat-kuat berkas yang baru saja disodorkan padanya. Nafasnya memburu akibat emosi. Ia kembali menatap Kyungsoo, sekretarisnya itu hanya bisa berharap Sehun tidak akan melampiaskan amarah padanya. Ayolah, dia hanya membawa laporan dan kabar tapi bukan dirinya yang melakukan kesalahan.

"Apa maksudnya ini, Kyungsoo?"

Kyungsoo berdehem sebentar sebelum mulai berbicara. "Leeseung Corp berhasil mendapatkan salah satu cabang kita di Ilsan."

"Bagaimana bisa?!"

Kyungsoo sedikit terlonjak dengan teriakan Sehun, dalam hati ia sudah mengeluarkan sumpah serapahnya. Apa Sehun tidak memiliki sopan santun sama sekali? Bagaimanapun, Kyungsoo lebih tua daripada Sehun.

"Saham kita menurun drastis, banyak hutang yang baru saja kita tutupi hingga keuangan kita saat ini semakin menipis."

"Bukan itu masalahnya! Yang tidak bisa kucerna adalah, sejak kapan Leeseung Corp ikut-ikutan berniat menjatuhkan perusahaanku?"

Kyungsoo terdiam. Dia tahu Sehun memiliki hubungan baik dengan perusahaan itu. Salah satu calon pewaris Leeseung Corp adalah Lee Seunghyun, tetapi sudah jelas pria itu dicoret dari daftar karena sudah tewas terbunuh beberapa hari yang lalu.

"Katakan padaku apa yang kau ketahui, Kyungsoo."

"Aku belum yakin apakah berita yang kudengar ini benar atau salah, tetapi mereka pernah menggunakan anda sebagai bahan taruhan untuk mendapatkan posisi pewaris utama."

"Maksudmu?"

"Mereka memiliki tiga calon pewaris yang posisinya setara, Lee Seunghyun salah satunya. Saya kira anda sudah paham soal hal ini."

Sehun mengangguk pelan, ia membiarkan Kyungsoo tetap melanjutkan penjelasannya.

"Anda masih ingat peristiwa penyerangan beberapa bulan lalu? Saat anda bersama saya pulang dari Busan, ada beberapa pembunuh bayaran yang mengincar mobil anda. Setelah saya telusuri hingga hari ini, mereka adalah utusan Lee Seunghan, putra kedua Leeseung Corp."

NUMBWhere stories live. Discover now