Chapter 08

922 194 19
                                    

Woojin menggaruk perutnya yang gatal dari balik piama bergambar telur ceplok dengan mata setengah terbuka. Tengah mencari keberadaan salah satu teman sekamarnya yang tidak berada di kasur. Kakinya melangkah ke arah ruang tengah sembari menguap lebar.

"Dwaanyiill hwyuuoooonggg--hooaaahhkkhmm"

Pria yang tengah membaca surat itu berdiri, meletakkan kertas surat di tangannya ke meja. Mengusap bekas air mata yang mengalir di pipinya yang akhir-akhir ini berubah makin tirus

"Anak baru itu kulihat sedang cari angin tadi, jangan khawatir"

Woojin mengerjapkan matanya beberapa kali. Baru beberapa saat kemudian sedikit tersadar ia sedang diajak bicara dengan salah satu hyung-nya di ruang tengah.

"Taehyung-hyung" ujar Woojin masih mengucek sebelah matanya

Taehyung terkekeh, berjalan pelan menghampiri yang lebih muda. Mengusap surainya usil dan membalikkan tubuh Woojin, mendorongnya kembali ke kamar.

Anak baik tidak boleh tidur terlalu larut

"Tidur saja sana. Anak baru itu sebentar lagi juga kembali" ujar Taehyung

"Hng.. Tapi kenapa hyung belum tidur? Ini sudah pukul satu lho" tanya sang adik dengan kaki yang terpaksa berjalan kembali ke kamar

Tep!

Diam

Dorongan sang kakak terhenti. Keduanya terdiam dengan tangan Taehyung yang masih menggantung di bahu sang adik, membuat Woojin mendongakkan kepalanya, menatap raut hyung-nya yang berubah sendu. Senyum kosong itu--

"Aku membaca surat"

Woojin mengernyitkan dahinya bingung

"Surat?"

Taehyung menunjuk tumpukan amplop di sebuah kotak antik yang ia letakkan di meja ruang tengah.

Woojin tahu kotak itu. Benda yang sangat berharga,

Bagi Taehyung

"O-oh.. Dari orang itu?"

Taehyung mengangguk kecil dengan senyum sendunya

'Sial, harusnya aku tidak tanya'

"Ah.. Ka-kalau begitu tolong ya hyung, aku tidur dulu"

Klek!

Mendengar suara pintu yang tertutup dan debukan kasur yang terdengar, Taehyung kembali ke meja di ruang tengah. Namun tak menggaet kertas yang tadi sempat ia letakkan itu.

Masih berdiri, bahkan menatap keluar jendela dengan rasa cemas dan curiga.

'Urusan dia kabur atau tidak.. Bukan urusanku, kan? Aku tidak punya hak menasihatinya'

×××

Lelaki manis itu menekan pelipisnya kuat, memaksa tiap neuronnya untuk bekerja melampaui batas yang sudah terlewat entah sejak kapan. Malam itupun, sepertinya lelaki malang itu tak akan bisa tidur nyenyak.

"Eum.. Hukum coulomb menjelaskan tentang teori kedua kutub.."

Terlalu fokus hinga ia tak mendengar suara pintu yang terbuka

Kriiieeettt

"Kubantu" ujar Daniel yang baru saja masuk

Daniel membuka suara, namun Jihoon benar-benar fokus. Tak ada jawaban atau sambutan, hanya gumaman Jihoon yang terus berlanjut. Membuat Daniel mengernyitkan dahinya kesal.

Out [Nielwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang