lost my Hero

5.1K 230 1
                                    

Bintang dulu

Happy reading

Air mata Rere terus mengalir menyaksikan papanya terbaring lemah di ranjang rumah sakit  . Nafasnya sangat lemah , seluruh peralatan rumah sakit tertancap di badan papanya yang ringkih . Ia tahu semua ini akan terjadi , tubuh tua papanya tak akan kuat menahan padatnya persiapan pernikahannya.

Rere menatap  sinis tante Dewi,  dialah penyebab papanya terbaring lemah di sana. " Papa tidak akan pernah  menikah  , Rere tidak akan mengijinkannya... " bukan cuma Revan,  Dewi pun yang ada disitu langsung  menatap heran pada Rere.

Sebenarnya inilah yang Dewi takutkan , tubuh Albert sangat riskan untuk terserang penyakit lagi . Bahkan sebenarnya Dewi sudah melarang Albert untuk melakukan hal gila ini. Tapi laki laki ini sangat berkeras hati hingga Dewi tidak bisa menolaknya , pria itu selalu beralasan waktunya tidak lama lagi , bagaimana kalau hal itu benar benar terjadi hari ini sebelum rencana mereka terlaksana .

Dewi memijat pelan pelipisnya , sebenarnya apa yang terjadi dengan anak perempuan Albert ini . Renata masih muda dengan wajah manisnya , bahkan Dewi langsung jatuh hati pada anak ini begitu mereka bertemu . Kenapa Albert harus senekat ini hanya untuk memuluskan rencananya , sejuta pertanyaan berkecamuk di kepala Dewi , bola matanya melirik Revan yang sedari tadi juga shock melihat kondisi tubuh orang tuanya yang langsung drop . Revan seakan mengerti kemana arah pikiran Dewi , pria itu mengangguk menenangkan rasa cemas Dewi .

" Renata,......" Belum sempat Revan menenangkan hati adiknya , tapi gadis itu sudah menyambar ucapan nya .

" Cukup bang! Aku gak mau dengar alasan  lagi pokoknya pernikahan papa dibatalkan ! "

" Dengar kan Abang dulu Re..."

Rere menghela nafas panjang bermaksud membalas kata kata abangnya tapi seorang suster datang menyela mereka .

" Maaf ya bapak ibu , ini rumah sakit kami harap kalian tidak membuat keributan disini , biarkan pasien istirahat..." Semua orang yang ada disitu saling pandang , tapi memang benar perkataan suster tadi , Albert butuh istirahat , bukan argumen pertengkaran mereka .

Tapi disaat semua orang hendak melangkah keluar , Albert membuka matanya dan mengucap nama anak gadisnya dengan sangat perlahan .

" Re...., Renata ....." Renata langsung menghambur mencium telapak tangan papanya , bersyukur karena pria yang sangat dia kasihi akhirnya membuka mata dan memanggil namanya . Betapa bodohnya dia jika sampai hal buruk terjadi pada orang tuanya satu satunya .

Revan hendak ikut menghampiri papanya tapi Regina istrinya mencekal lengannya , menggeleng lemah dan membiarkan papa dan Rere punya waktu berdua saja .

Rere tersedu menggenggam telapak tangan papanya , dalam hatinya ia begitu bersyukur masih diberikan kesempatan berkumpul dengan orang tua satu satunya .

Albert mengusap kepala anaknya pelan , " sayang , tolong.... jangan... menangis... papa baik baik saja ...."

Rere menggeleng mengusap air matanya kasar , bagaimana ini bisa dianggap baik baik saja , Albert sekarang terbaring di ruang ICU , karena serangan jantung mendadak . Beruntung nyawanya masih bisa tertolong .

" Gak....pa....ini gak baik baik saja...., Pokoknya pernikahan papa harus dibatalkan ...!" Albert mencoba mengatur nafasnya susah payah bagaimana ia harus berbicara dengan anak keras kepalanya ini .

" Sayang , kamu tahu papa gak bisa , undangannya Re sudah tersebar ..."

" Persetan dengan undangan pa ! " Nafas Rere tersengal sengal , disaat hidup dan mati seperti ini bagaimana papanya masih memikirkan tentang undangan dan harga diri .

" Mungkin papa akan mati saat ini juga Re , nama baik keluarga kita dipertaruhkan ..."

" Demi tuhan pa ! Papa sedang sekarat dan masih memikirkan tentang penikahan ...!"

Albert tersenyum lembut , berusaha menenangkan anak gadis semata wayangnya .

" Mungkin papa akan sekarat lagi jika sesuatu terjadi pada keluarga kita, " Albert ganti meremas pelan tangan anaknya .

" Papa mohon selamatkan keluarga kita sayang ...."

*********

Rere menangis lagi , kenapa dia mengiyakan permintaan papanya kemarin , menggantikan posisi papanya dan Tante Dewi sebagai pengantin . Entah dengan siapa Rere harus menikah , pacar saja Rere tidak punya. Tapi kegundahan hatinya itu langsung dijawab senyuman lembut oleh papanya seolah papanya mempunyai seribu jawaban untuknya .

" Papa tahu kamu memang tidak punya pacar sayang ,...."

Rere mengusap air matanya , mungkin papanya berubah pikiran , Rere berharap ada secercah harapan untuknya . " Ya udah kalau gitu Rere gak perlu nikah kan pa ..."

Albert tersenyum lagi , " kan papa sudah bilang kamu harus menggantikan papa ..."

" Dengan siapa papa ? Udah dibilang Rere gak punya pacar...." Rere cemberut kesal .

Albert tergelak melihat tingkah manja anaknya ," kamu jangan khawatir , kamu akan menikah dengan kerabat Tante Dewi ..."

" Re...., Kamu baik baik saja..." Rere menoleh kaget , abangnya sudah berdiri tegap di depan pintu kamar hotelnya .

Rere mengusap setitik air mata yang menggenang di pelupuk matanya . " Kamu baik baik saja kan Re..." Revan duduk di ranjang king size tepat dimana Rere sedang duduk termenung .

Rere menggeser duduknya , menggenggam erat tangan abangnya , " Abang....Rere mohon  bantuin Rere ya bang...."

Alis Revan saling bertaut heran karena tidak mengerti maksud ucapan adiknya , " bantuan apa Re..."

" Rere gak mau nikah bang... bantuin Rere kabur dari sini ya bang..."

Revan menarik tangan yang sejak tadi di genggam adiknya , pandangannya mulai berubah serius , " Abang bisa saja membantumu keluar dari sini , tapi setelah ini Abang pastikan kamu akan menghadiri pemakaman Papa..."

Mata Rere melotot tajam , tidak menyangka ucapan Revan akan sebegitu menyakiti hatinya .

pengantin penggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang