4 - War Of Hormon

288 33 2
                                    

"Nugu ttemune?" -BTS -War Of Hormone.

*

Yoongi sedang memutar otak. Sementara bekerja, dirinya terus saja dibayangi dengan ancaman kepala sekolah Taehyung. Yoongi hanya tak ingin menambah masalah. Kalau saja Taehyung itu anak yang penurut, Yoongi akan mengajaknya pindah sekolah, masalahnya ini Taehyung itu anak alien. Susah di prediksi.

Ceklek.

Pintu rumah Yoongi akhirnya terbuka. Ada Taehyung yang sedang menonton TV di ruang tengah.

"Makan." kata Yoongi.

Taehyung sebenarnya enggan melirik, hanya saja kata yang diucapkan Yoongi sedikit menarik. 'Makan'

Sementara mengunyah, Yoongi akhirnya bersuara. "Besok kita ke sekolahmu meminta maaf. Aku sudah membuat janji."

Pak.

Meja itu dipukul keras. Tapi Yoongi tak bergeming sedikitpun. "APA KATAMU?" teriak Taehyung seraya menarik kerah baju Yoongi.

"Aku yang akan berbicara. Ikuti saja aku."

Sert.

Tubuh Yoongi terhempas keras. Taehyung memilih meninggalkan makanannya dan masuk kedalam kamar.

Dalam diamnya, Yoongi hanya terus mengunyah dan ikut masuk kedalam kamarnya.

.

.

.

.

Uuueeekk...

Suara seorang seperti sedang menahan keinginannya untuk memuntahkan isi perutnya, terdengar di rumah sederhana milik Yoongi.

"Ah, Lagi." runtuk Yoongi. Beberapa hari terakhir ini Yoongi sering kali memuntahkan sesuatu dan hidungnya mengeluarkan darah.

Hal itu seolah tak menjadikan alasan untuk segera memeriksakan keadaannya. Hanya berpegang teguh pada keyakinan kalau dirinya baik-baik saja.

*

Pagi akhirnya tiba. Dengan sangat malasnya Yoongi beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar yang ditempati Taehyung.

"Bangunlah dan pakai baju sekolahmu." teriaknya.

Sementara tanpa Yoongi ketahui, Taehyung sudah bersiap dengan seragam sekolahnya bahkan sejak beberapa jam yang lalu.

.

.

.

Sertt seertt serrt

Suara langkah kaki terdengar ketika si empunya langkah hanya terdiam. Mereka berdua kini sedang berjalan kaki menuju halte untuk menunggu bus menuju sekolah Taehyung. Sebenarnya Taehyung penasaran dan ingin bertanya kenapa Yoongi tak menggunakan mobil? Hanya saja Taehyung yakin, masa muda berharganya akan sia-sia jika melakukan itu.

Di dalam bus pun sama heningnya. Bahkan Yoongi memilik tempat duduk yang jauh dari Taehyung. Sekilah orang akan melihat mereka sebagai orang yang tak saling kenal.

Mereka akhirnya tiba. Seperti perjanjian, disana sudah ada beberapa wartawan yang siap untuk mengabadikan momen tersebut. Akan diberitakan bahwa sekolah ini memiliki garis kedisiplinan yang berbeda. Dimana ketika siswa bersalah, mereka akan meminta maaf dengan sang wali.

Tak ada kata satupun sampai akhirnya mereka masuk kedalam lingkungan sekolah tersebut.

.

.

.

"Saya tidak setuju dengan hukuman seperti ini."

Sebuah kalimat yang mampu membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi bingung. Bahkan sang kepala sekolah yang agung itu terlihat kaget mendengar itu.

"Apa ada sanggahan Tuan Kim?" tanya Tuan Choi, berusaha meluruskan ekspressi wajahnya. "Kami akan mendengarkan sanggahanmu." lanjutnya.

"Ahhaha..." Yoongi tertawa kecil. Posisi saat ini adalah mereka berada ditengah lapangan luas, dikelilingi para siswa, dan wartawan, Yoongi berbicara pun harus menggunakan mic atau pengeras suara agar terdengar oleh semua.

"Maksud saya begini." sambung Yoongi. "Sanggahan itu kita tetapkan ketika adik saya baru menerima hukuman. Masalahnya adalah, anda tidak pernah sama sekali mendengarkanku untuk sanggahan, jadi saya berbesar hati menyampaikan ini disini, dihadapan para siswa, anak anda, anda sendiri dan tentunya para wartawan."

Tuan Choi sedikit mengerutkan keningnya.

"Apa anda terluka Tuan Choi?" tanya Yoongi pada Seungcheol, yang kemudian hanya dijawab dengan anggukan kecil. "Ya. Pasti, lihatlah wajah tampanmu harus diperban. Tapi pernahkan ayah anda menanyakan latar belakang masalah ini?"

Tuan Choi dan anaknya kini hanya bisa saling menatap. "Sudah hal biasa mengganggunya." jawab Seungcheol.

Yoongi akhirnya mengangguk. "Aaah, teror kah?" tanya nya sambil sedikit tersenyum.

"Yak! Apa maksudnya?" Seungcheol kini meninggikan nada bicaranya.

"Mengganggu dengan terus menerus, itu merupakan sebuah teror. 'Sudah hal biasa mengganggunya', tapi apa anda pernah bertanya kenapa sampai akhirnya ia bisa memukul anda? Itu karena sakit. Mengatai orangtuanya adalah hal sepele bagi anda, tapi tidak dengan dia. Kadang, ada 'Kata-kata' yang lebih menyakitkan dari pada pukulan."

Sekilas, Taehyung melirik Yoongi yang masih tersenyum kecil. Sementara Taehyung sendiri sudah jatuh ke alam lain. Alam dimana tubuhnya memaksa untuk mengingat kembali kedua orangtuanya.

"Orangtuanya sudah meninggal beberapa minggu yang lalu akibat kecelakaan. Tak ada yang tau hal itu bahkan sekolah ini. Ketika anda mengatai orangtuanya, tapi orangtuanya masih hidup, reaksinya akan berbeda ketika anda menghina orangtuanya ketika mereka sudah tiada."

Taehyung berlari. Berlari menembus beberapa kerumunan siswa. Sementara Tuan Choi tak bisa lagi berkata apa-apa.

"Apa anda sedang mempermalukan saya?" katanya.

"Ani Tuan. Saya sudah coba bernegosiasi dan menghambat anda mengundang wartawan. Agar kita bisa leluasa melakukan hal seperti ini. Mungkin tanpa mereka, saat ini anda bisa saja langsung mengeluarkan adikku. Tapi, hal itulah yang aku cari. Aku ingin adikku keluar dari sekolah ini." Yoongi tersenyum sejenak. "Saya, atas nama adik saya, Kim Taehyung meminta maaf atas kejadian ini. Tolong dimaafkan, dan saya berjanji kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali."

Flashback On.

Ketika Taehyung memasuki kamarnya, Yoongi menuliskan sesuatu di kertas kecil dan menyimpannya tepat di atas makanan.

"Kita akan ke sekolah. Dan kau akan pindah sekolah."

Itu adalah tulisannya. Tulisan yang Taehyung baca ketika ia mengendap keluar untuk makan karena lapar.

Flashback Off.

Sementara Yoongi duduk terdiam di dalam bus, Taehyung kini berada di tempat yang berbeda. Tempat yang selalu ia kunjungi ketika suasana hatinya sedang tak baik.

Danau. Kolam. Air mancur. Laut. Atau apa saja yang berhubungan dengan air. Disana ia bisa menangis. Ia percaya, bahwa ketika ia menangis di air, air matanya akan ikut bercampur bersama air tersebut tanpa meninggalkan jejak. Dan juga, Taehyung percaya pada air, kalau saja waktu kecelakaan itu tersedia air sangat banyak, mungkin keluarganya akan selamat.

Menangis. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Ia baru saja mendengar satu pembelaan atas dirinya oleh orang yang paling ia benci. Orang yang ingin ia musnahkan secara pelahan dan lebih sakit dari yang ia rasakan. Akar dari air mata Taehyung bukanlah pembelaan itu, tapi ada satu kata yang menurutnya membuat hatinya teriris.

'Orangtuanya meninggal akibat kecelakaan'

Bukan itu yang ia inginkan. Yang Taehyung inginkan adalah, 'si Pembela' mengakui bahwa orangtuanya mati karena ulah dari dirinya.







TBC...

Huft, selesai juga.

Voment yah..
Terimakasih sudah mampir ❤❤❤

'Cause My PastWhere stories live. Discover now