3. Déjà Vu

872 58 0
                                    

"Jadi, kenapa kau pindah kemari?" Taehyung bertanya kemudian ia memasukkan suapan Bulgogi besar ke dalam mulutnya dan mengunyahnya lamat-lamat.

Jimin menelan makanan di mulutnya. Meminum Hwachae-nya lalu menjawab "Eomma dan Appaku bercerai. Aku memilih untuk bersama Eommaku disini. Kami menyewa Rumah. Rumah lama kami di tempati oleh Appaku dan Err.. Istri barunya"

Taehyung tersedak. Ia cepat-cepat meminum Hwachae-nya. "Appa sudah menikah lagi? secepat itu?"

"Err.. Sebenarnya. Appaku sudah lama memiliki istri baru. Hanya saja kami baru mengetahuinya Beberapa hari yang lalu. Dan ibuku segera mengajukan gugatan cerai di pengadilan." Jawab Jimin santai. Namun di matanya sudah tampak butiran bening tanda kelemahannya.

"Aku minta maaf Chim. aku tak tahu...seharusnya aku tidak bertanya" Sesal Taehyung. Dia kini menggenggam tangan Jimin.

Jimin menggeleng dan mengusap matanya. Berusaha menghentikan air matanya yang mendesak keluar. "Tak apa Tae. Sungguh. Aku senang punya teman untuk bercerita. Aku lelah menyimpan ini sendirian selama ini."

Tangan Taehyung sudah tak menggenggam tangan Jimin lagi sejak Jimin memgusap air matanya. Kini Taehyung berusaha santai dengan menyuap kembali Bulgoginya. "Lalu kenapa kau tak ikut dengan ayahmu saja?" Taehyung bertanya penasaran.

"Dan membiarkan eommaku sendirian? Kau bercanda? dia sudah menderita terlalu lama. Appaku sering pulang larut malam dalam keadaan mabuk dan dia biasanya akan memukuli eomma. Pernah sekali aku mencoba melindungi eomma namun yang terjadi malah Appa memukuliku hingga pingsan. Aku benci Appaku. Tak ada alasan bagiku untuk ikut dengannya." Jimin menjelaskan. Wajah imutnya kini tak tampak seperti Mochi lagi melainkan tampak mengerikan. Kebencian tercetak dengan Jelas disana.

Taehyung mengelus tengkuk Jimin. Berusaha menenangkannya. "Sudahlah. Lupakan saja. Kita bicarakan yang lain saja. Tapi sebelum itu, Kajja kita habiskan makanan kita sebelum bel tanda masuk kelas berdering"

"Kajja"

***

"Aku tak Percaya" Ucap Nayeon "Kita sudah lulus 3 bulan yang lalu. Benar" tidak terasa" Nayeon masih menunjukan ekpresi tidak percayanya.

"Eum. Aku juga tak memyangka sudah secepat ini" Sahut Jimin. "Tak terasa kurang lebih sudah 7 bulan berlalu sejak aku pindah ke Daegu. Dan selama ini aku selalu bersama kalian" Itu benar. Jimin selalu bersama Nayeon dan Taehyung. Dan terkadang Momo. Kini Momo sudah kembali ke Negara aslinya. Jepang. "Rasanya baru kemarin aku mulai bicara pada orang dari kelas lain. Sekarang malah kita sudah lulus sekolah"

"Kekeke... aku masih ingat saat kau selalu memilih untuk berdiam dikelas dan tak pernah bicara pada siapapun karna kau takut aksen busanmu akan dianggap lucu" Nayeon terkekeh. Jimin memang begitu. Setidaknya di bulan pertamanya di Daegu. Namun setelah aksen busannya itu hilang. Ia segera aktif bicara layaknya seorang hipster.

"Aksen busanku memang lucu. Setidaknya bagi si Alien dari pluto itu" Jimin mengedikkan dagunya ke arah Taehyung.

Taehyung segera mengacak surai Jimin. "YA! Aku bukan alien. Kalian saja yang aneh tidak menganggap aksen busan ChimChim lucu." Taehyung mencebik kesal. Jimin dan Nayeon tertawa.

Déjà Vu lagi. Pikir Taehyung. Perasaan ini sangat familier.Sepertinya Taehyung pernah mengalami hal yang seperti ini dulu. Ia merasa ia pernah memiliki 2 orang yang selalu bersamanya. Dan 2 orang itu selalu bekerja sama untuk mengganggunya. 1 Namja dan 1 Yeoja. Tapi bukan Nayeon dan Jimin. Lalu Siapa? Ia tak bisa mengingatnya. Masih banyak ingatannya yang hilang. Ingatannya yang belum bisa ia raih kembali. Ia butuh sesuatu untuk memicu ingatannya. Masalahnya ia juga tak mengetahui apa yang bisa memicu ingatannya itu. Eomma dan Appanya bahkan sudah tak ingin membantunya mengingat sisa - sisa potongan ingatannya yang masih hilang.

Love Maze | TAENIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang