Kerel Gerald Kyle

2.6K 154 10
                                    

Having fun with Barbie Veya.

__________________

Veyara sedang bermain di ayunan yang ada di klinik dokter Alvian. Wajahnya yang selalu tegang setiap datang kini mulai berubah ceria setiap kali berada di taman bermain ini. Alvian benar, cepat atau lambat Veyara pasti akan menyukai taman bermain ini. Selain tempatnya yang memang di sukai oleh anak-anak seumuran Vey ini, kehadiran teman-teman seumuran nya juga cukup banyak membuat Vey bisa sedikit menghilangkan traumanya meski tak banyak.

"Halo baby, apa Uncle Dokter bisa ikut bermain?" Alvian berjongkok mendekati Veyara yang sedang duduk di ayunan.

Veyara nampak berpikir sejenak sebelum menganggukan kepalanya setuju.

Alvian tersenyum lantas duduk di ayunan lain yang tepat berada disebelah Vey.

"Bagaimana perasaan Vey hari ini sayang? Apa kamu senang meskipun Umi gak nemenin?" Tanya Alvian, berusaha mengajak si kecil itu berkomunikasi.

"Vey cenen Oncle tapi...Vey kaen Umi," jawabnya lirih.

Alvian tersenyum maklum, ini adalah pertama kali untuk Vey tanpa Prilly disampingnya.
Itu memang yang disarankan oleh Alvian agar Vey mulai percaya diri lagi dan tak selalu bergantung kepada orang tuanya.
Semuanya juga bertahan, tidak mendadak. Awal-awal Prilly datang dan menemani Vey hingga jam pulang, lalu seminggu kemudian dia datang lalu menemani Vey sebentar lalu pulang dan akan menjemputnya lagi. Dan kali ini Prilly benar-benar hanya mengantar, di depan sekolah. Lalu segera pergi setelah Vey sudah berada di tangan seorang suster yang mulai dekat dengan Vey di minggu kedua anak itu pergi ke Taman kanak-kanak di klinik Alvian. Itu sesuatu kemajuan yang menakjubkan bagi mereka semua, setidaknya gadis kecil itu tidak lagi gemetar jika melihat orang baru. Dia memang masih sering ketakutan manun tidak sampai membuatnya menangis meraung seperti awal-awal.

"Sebentar lagi Umi akan jemput, bukankah Umi udah janji akan jemput Vey ketika jam 12 kan? Dan coba Vey lihat jam berapa sekarang," kata Alvian seraya mengelus pucuk kepala Vey dengan penuh kelembutan.

Mata bulat itu lantas melirik kearah dinding dimana jam bergambar kartun tayo bertengger di dinding yang baru menunjukan angka 10, itu berarti ia harus menunggu dua jam lagi sampai Umi nya datang untuk menjemput.

"Uncle!" Jeritan seorang pria kecil berseragam SD memenuhi taman bermain,diikuti di belakangnya oleh wanita muda berseragam babysitter.

"Hai, El! Ada apa sayang?" Seru Alvian seraya menerima pelukan dari pria kecil itu.

"El hari ini bagi raport lalu El dapat juara dua, apa bearti El itu pintar Uncle?" Kerel Gerald Kyle, atau lebih akrab disapa El itu menunjukan sebuah buku laporan bersampul biru tua kehadapan Alvian, membuat pria berprofesi dokter itu tersenyum lebar.

"Wah! Keponakan Uncle pintat sekali, apa Daddy dan Mommy mu sudah tau?" Kerel mengangguk semangat. "El baru saja dari ruangan Mom tadi sebelum kesini dan Dad, dia yang mengambilkan raport El hari ini Uncle," jawabnya.

Ya, Jessica Iskandar adalah seorang dokter di klinik Alvian. Sebenarnya Richard sudah melarangnya namun karena kecintaan dengan anak kecil membuat Jess melakukan apapun agar di beri izin.
Lagipula ini adalah klinik milik adiknya sendiri, jadi ia akan mempunyai banyak waktu luang dan itu cukup membuat Richard memberinya izin.

Sepasang Om dan Keponakan itu asyik bertukar cerita sampai lupa jika sedari tadi seorang gadis kecil hanya memperhatikan mereka.

"Uncle doktel, Vey lapel!" Veyara berseru membuat Alvian menepuk dahinya karena hampir saja melupakan bocah cantik di belakangnya.

"Oh, baby! Maaf Uncle ampe lupa sama kamu, yasudah ayo kita temui suster Lisa, El ayo ikut Uncle!" Alvian membawa Vey dalam gendongannya sementara Kerel digandengnya. Sejak tadi mata bulat milik El tak berhenti menatap gadis kecil yang ada di gendongan Unclenya.
Wajahnya tersenyum ketika Vey menatapnya datar tanpa ekspresi.

El nampak terkejut sebentar karena biasanya anak-anak perempuan akan sangat senang jika El tersenyum kearah mereka tapi mengapa gadis kecil itu malah terlihat... tidak suka?

*****

Veyara sudah menggendong tas bergambar princess sofia miliknya. Ia duduk di bangku menunggu jemputan sang Umi, disampingnya ada suster Lisa.

"Halo Veya! Apa kamu akan pulang sekarang?" Kerel berlari menemui Veyara yang duduk dengan tenang disamping suster Lisa.

Sementara Vey hanya menatap datar bocah menyebalkan disampingnya.
Sejak makan siang tadi Kerel terus menganggunya, membuat Vey hampir menangis karena kesal. Untunglah ada suster Lisa yang dengan cepat melerai mereka.

"Ncuss, napa Umi lama baet jeputnya? Vey pen pulang!" Vey berujar keras kepada suster Lisa. Kerel yang lagi - lagi mendengar suara cadel itu merasa gemas pada Vey. Lalu tanpa di duga anak lelaki itu mencium pipi Vey membuat si empunya melotot begitu juga dengan suster Lisa. Suster Lisa segera menenangkan Vey karena wajah bocah empat tahun itu sudah mulai memerah memandang Kerel yang berlari masuk kembali ke klinik.

Dan ketika mobil sang Abi mulai terlihat Vey segera berlari dan menangis di gendongan sang Umi.

Membuat Ali dan Prilly menatapnya bingung, tatapan mereka lantas mengarah pada Suster Lisa yang berdiri tidak jauh dari mobil mereka.

"Umi ayo pulaangg! Vey mu pulang!" Vey menjerit ketika Prilly baru akan membuka mulutnya untuk bertanya pada Suster Lisa.

Prilly akhirnya hanya bisa mengembuskan nafasnya lalu permisi pulang.
Ia bisa bertanya nanti, yang penting sekarang adalah putrinya.

Di dalam mobil Vey sudah berhenti menangis karena di bujuk dengan Video di tab miliknya.

Ali melirik Vey melalui spion dalam.

"Apa yang terjadi hari ini, nak?"

Vey mengalihkan pandangan kearah Ali.

"Vey kecel cama kak El!"

"Kesel kenapa sayang? Dan siapa itu El?" Tanya Ali.

"El anaknya dokter Jessica Bi, dia emang sering di ajak ke klinik karena anak itu gamau di rumah sendirian," sahut Prilly kemudian menoleh ke belakang untuk melihat sang putri.

Sekarang mereka sedang berada di lampu merah sehingga Ali juga datang menoleh kebelakang menatap sang putri.

"Kak El tadi cium pipi Vey dan Vey kecel Abi!"

Mata Ali lekas melotot, "APA?!"

Prilly memutar bola matanya jengah dengan tingkah laku Ali.

"Prill apa-apaan ini? Kenapa Alvian bisa seceroboh ini? Ck! Berani-beraninya dia nyium pipi anakku!"

"Ck! Kamu berlebihan Li, Kerel cuman anak berumur 6 tahun!"

Ali melotot kearah Prilly lantas menekal pedal gas ketika lampu sudah berubah menjadi hijau.

"Tetap saja! Tidak ada lelaki yang boleh mencium putriku selain keluarga! Enak saja!"

Prilly hanya bisa menggelengkan kepalanya, sepertinya Ali sudah terkena serangan daughter complex! Ck! Entah bagaimana nasib Veyara nantinya. Prilly berdecak dalam hati.
Memikirkan nasib sang Putri yang akan di akan di jaga oleh sang ayah yang super duper protecktif!

............

Selingan doang ini karena kangen sama Vey. Yang baca IAM pasti inget adegan dimana vey bilang El nyium pipi dia kan.
Emang agak beda sih percakapannya karena emang sengaja. Hahaha

Selamat menikmati aja deh! Bye.. entah kapan lagi aku bakal up di lapak ini. Hehe

16 feb 2019







Story Of VeyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang