Part 44

1.9K 363 107
                                    

Ini adalah panggilan kesekian kalinya, panggilan telponnya selalu berujung suara operator yang menjawab, pesan pun sudah dia kirim, memberi tahu, kalau dia akan menjemputnya di rumah sakit.

Pertemuan dengan clientnya selesai lebih cepat di luar dugaanya, karna tak mendapat jawaban apapun, dia memutuskan untuk langsung ke rumah sakit, keadaan langit yang sudah hujan, membuat dia semakin khawatir pada Shania.

Dan mobilnya baru saja sampai di depan rumah sakit, dia sedikit berlari menerobos hujan.

Dia mulai berjalan, menuju ruangan Shania, kakinya sudah berada didepan ruangan Shania, tapi ruangan itu sudah kosong, bahkan lampunya sudah gelap.

"Apa udah pulang ya?" Katanya bertanya pada diri sendiri.

Dia melupakan sesuatu, kalau hari ini Shania memang pulang lebih cepat, 1 jam lebih cepat dari jadwal pulangnya.

Dia melihat jam ditangannya yang baru menunjukan pukul 3 sore, seharusnya Shania masih ada diruangannya, begitu pikirnya

Dia yang bingung, memutuskan untuk bertanya kebagian informasi, sekedar mencari tahu apa Shania sudah pulang atau sedang ada kerjaan diluar.

"Dokter Shania sudah pulang dari 1 jam yang lalu, mba."

"Oh gitu. Yaudah makasih ya."

Dia sedikit lebih lega, rasa khawatirnya berangsur hilang.

Saktia sama sekali tak pernah menyimpan rasa curiga yang berlebihan pada Shania, dia hanya khawatir kalau terjadi sesuatu pada Shania, dia akan merasa bersalah karna dia tak bisa menjemputnya, unntuk memastikan Shania baik-baik saja, dia memutuskan untuk kerumah Shania.

Sedangkan Beby dan Shania masih terjebak dalam keheningan yang canggung, hujan yang cukup deras membuat jalanan macet, menahan mereka lebih lama untuk berdua.

Hanya derasnya hujan serta sahutan klakson yang mengisi tiap gendang suara mereka, Shania tidak nyaman dengan keadaan seperti ini, dia jadi menyesal karna menerima ajakan pulang dari Beby, menyesal karna sudah membuat hatinya semakin bergejolak.

Dua jam lamanya mereka dalam perjalanan dan pada akhirnya mobil yang dikendarai Beby sampai juga di rumah Shania, sepanjang perjalanan tidak ada obrolan yang berarti mengenai hati, Beby memilih berbicara tentang perkembangan pasien-pasienya.

"Makasih ya Beb, udah repot-repot nganter aku pulang."

"Iya sama-sama, santai aja lah gak merasa direpotin kok."

Shania tersenyum, keadaan hujan memang masih terasa namun tak sederas tadi.

"Yaudah kalau gitu aku turun dulu, sekali lagi makasih ya." Shania mulai membuka seatbelt nya, tapi sayang seatbelt mobil itu tak kunjung bisa terlepas.

"Kenapa?" Kata Beby yang melihat Shania yang tak kunjung bisa membuka seatbeltnya.

"Gak tau nih kok susah ya Beb."

"Coba agak diteken, Nju."

Shania pun melakukan hal yang Beby katakan, tapi sampai tangannya sedikit memerah seatbelt itu tak bisa dia buka. Dia menatap Beby sebentar, kemudia mencoba lagi walau hasilnya tak kunjung bisa.

Dengan ragu Beby mendekat pada Shania, mencodongkan tubuhnya seakan merangkul Shania.

"Sory ya." Kata Beby yang kini berusaha membuka seatbelt Shania.

Shania diam, dia menahan nafasnya melihat Beby yang begitu dekat. Keadaan hatinya semakin tak membaik diperlakukan seperti ini pada Beby.
Mungkin dengan kekuatan yang lebih, Beby berhasil membuka seatbelt itu.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon