"Jimin, tunggu!"
Pria mungil itu berlari bersama air mata yang bercucuran. Ia berharap ini terakhir kalinya dimana Jungkook dapat melihat betapa lemah dirinya.
Hanya untuk yang terakhir, dan selanjutnya bila ia bisa maka Jungkook tak perlu melihatnya kembali.
"Jimin, aku--kau harus mengerti!" Bahu Jimin dicengkram kuat agar pria mungil itu tak dapat bergerak banyak. Tertahan dimana Jungkook mengurungnya.
"Bagian mana yang harus ku mengerti, Jeon Jungkook?" Sebenarnya Jimin ingin sekali mengumpati Jungkook, memaki dan menghardiknya namun ia tidak bisa. Jimin yakin hal itu hanya akan menyakitinya lebih dalam.
"Kau sudah tahu kan? Aku mencari seseorang yang menolongku dulu." Rambutnya ia acak frustasi, menunjukkan betapa sulit untuk Jungkook memulai dengan baik apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan pada Jimin.
"..dan orang itu adalah kakakku,"lanjut si mungil mengusap air matanya dengan kasar dari wajah yang sudah basah itu.
Jungkook mengangguk cepat, ia juga tidak menyangka tapi apa mau dikata sebab itulah kenyataannya. Tangannya dilepas sepenuh tenaga dari bahu Jimin.
"Pasti kau sangat menyesal menikah denganku, ya? Mencintaiku?"tawa miris mendengung masuk ke telinga Jungkook.
Jimin tampak kacau dan berantakan, membuat siapapun yang melihatnya merasakan kehancuran seorang Jeon Jimin detik itu juga, termasuk Jungkook yang melihat di depan mata kepalanya sendiri.
"B-bukan begitu, Jimin!"
"Kau bahkan tidak bisa percaya pada omonganmu sendiri."
"Bagaimana aku mengatakannya?--" ia mulai bergerak tak tenang, tangan Jungkook mampir di kepalanya sebagai tanda ia sedang berpikir keras.
" Kau juga punya masa lalu yang berharga bukan? Sejun? Atau dengan siapapun itu."
Jimin memilih bungkam, ia ingin mendengar pembelaan macam apa lagi yang akan Jungkook lontarkan padanya.
"Siapa yang tahu, bisa saja kau masih punya perasaan padanya tapi aku tetap memaafkanmu kan?"raut wajah Jungkook yang tampak enteng membuatnya sakit hati.
Jimin menyesali keputusannya untuk memberi Jungkook kesempatan berbicara.
Plak.
"Jika itu yang terpikir di kepala pintarmu, maka teruslah berpikir seperti itu."
"H-hyung..?" Pria bergigi kelinci itu spontan memegang pipinya, terkejut dengan aksi sang istri.
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu!hiks, semuanya sudah berakhir, Jeon."
Degh.
Jimin benar-benar pergi setelah melayangkan satu tamparan di pipi kanan Jungkook, menyadarkan Jungkook dari banyaknya kebodohan yang ia perbuat.
Bukan hanya pipinya yang panas, jantungnya di dalam sana sudah meronta karena rasa ngilu ketika telinganya menangkap dengan jelas kata yang terangkai dan tertuturkan dari bibir itu.
Semua terjadi begitu cepat, bagaikan kilat yang datang sebelum suara gemuruh berkelanjutan mengikutinya. Jungkook dibuat gempar akan kelakuannya sendiri.
YOU ARE READING
Run! [Kookmin] Ⓡⓔⓥⓘⓢⓔⓓ
FanfictionJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Ketulusan Jungkook masih membuatnya meragu, apa mungkin menaruh rasa secepat itu? Harus curiga atau terharu? Jimin pun tak tau. Yang jelas ia bersikeras menjaga k...
![Run! [Kookmin] Ⓡⓔⓥⓘⓢⓔⓓ](https://img.wattpad.com/cover/136443791-64-k399853.jpg)