21.1 Disaster

10.5K 907 119
                                    


"Ya! Lee Minhyuk!" Suho meneriaki namanya cukup keras membuat Minhyuk tiba-tiba tersadar dengan sedikit terkejut.

"E-oh?" Minhyuk kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi. Apa yang terjadi padanya dan apa yang mereka bicarakan barusan? "Ada apa?" tanya Minhyuk bingung.

"Astaga, kau sudah melamun sejak sejam yang lalu aku rasa!" Suho menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pria itu. "Kau melamun apa, hah? Bahkan paman Irene sampai masuk ke dalam kamar karena bosan melihatmu melamun tidak jelas."

"Ma-maksudmu masuk ke dalam kamar? Bukannya kita tadi ditodong oleh pistol?" tanya Minhyuk masih tidak mengerti.

Suho pun memasang wajah bingungnya juga. Apa Minhyuk sedang berhalusinasi? Atau Minhyuk sedang tidak sehat? Bagaimana bisa mereka ditodong oleh pisau? Ini benar-benar membingungkan Suho.

"Kau aneh sekali, kita hanya mengobrol singkat! Memangnya siapa yang bawa pistol, hm? Tsk! Sudahlah, aku mau tidur! Jangan lupa matikan lampunya!" Suho berdiri namun Minhyuk menahan tangan pria itu.

"Apa?" tanya Suho.

"Apa yang aku katakan sebelum paman Irene datang?" tanya Minhyuk cemas dengan wajah masih kebingungan.

"Oh, kau hanya bilang kalau kau memiliki pekerjaan sampingan menjadi polisi."

"Hanya itu? Aku tidak bercerita tentang hal lain?"

Suho mengangguk. "Tidak, karena setelah mengatakan itu kau melamun cukup lama. Kenapa memangnya?"

"A-ania!" Minhyuk menggeleng dan membiarkan Suho masuk ke dalam rumah.

Jadi Minhyuk sedang berhalusinasi tadi? Ia berhalusinasi tentang paman Irene? Astaga, apa yang ia pikirkan tadi? Kenapa bisa ia berhalusinasi seperti tadi? Dan juga, halusinasi itu terlalu nyata hanya untuk sebuah halusinasi. Sangat nyata dan bahkan ia bisa merasakan jantungnya berdegup sangat kencang. Tapi, bagaimana bisa ia berkhayal hal seperti tadi?

"Astaga! Apa yang aku pikirkan tadi? Bukankah semuanya sudah ketahuan? Bukankah pria tua itu sudah menyatakan dirinya?" Minhyuk memijat keningnya bingung. Ia merasa sedikit bodoh sekarang. Ia melewatkan beberapa menit karena lamunan bodohnya, dan juga ia melewatkan introgasinya dengan pria itu. Semuanya kacau dan ini akibat kesalahannya.

Mungkin ini efek dari keinginannya mengakhiri semuanya. Mengakhir segala kerumitan ini, membebaskan Irene dari orang-orang jahat di sekitarnya, seperti janjinya kepada orang tua Irene sebelum mereka meninggal. Minhyuk berjanji untuk menjaga Irene dengan sepenuh hatinya dan menganggapnya seperti keluarganya sendiri. Dan, ya. Sudah Minhyuk lakukan selama ini, meski dari kejauhan dan meskipun Irene tidak mengetahui apa pun tentang pekerjaannya ini.

〰♥〰

Irene membuka matanya, dan nyatanya ia tidak menemukan keberadaan sang suami di ranjang mereka. Sejenak, Irene melirik ke arah jam beker di atas nakas. Dan waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, tidak mungkin Suho bersiap sepagi ini, kecuali ia sedang berolahraga. Tapi, akhir-akhir ini Irene juga jarang melihat Suho berolahraga. Jadi, ke mana pria ini pergi?

Irene pun mencoba bangun dari tidurnya dan perut buncitnya itu sepertinya sedikit menyusahkannya.

Setelah berdiri, ia keluar dari kamar dan memeriksa beberapa tempat, dan akhirnya, Irene bisa bernapas lega menemukan Suho berada di dapur sembari melakukan pekerjaan yang menurut tidak akan cocok dengannya sampai kapan pun. Namun Suho tidak pernah putus asa mencobanya lagi dan lagi. Entah kali ini apa yang pria itu masak lagi.

• Fake Wedding | Surene ✔Where stories live. Discover now