|1.4| Menjadi teman

8.5K 681 27
                                    

Happy Reading...

"Karna semua dimulai dari sebuah pertemanan, biarlah nantinya Tuhan menentukan apakah kita akan menjadi teman hidup selamanya atau hanya sebagai teman seperjuangan saja. Dan aku selalu berharap kita saling memperjuangkan untuk hidup bersama selamanya"

"Mario?" Adel melepaskan tangan lancangnya yang melingkari perut Mario dan memandangnya dengan kesal. Mario mengarahkan kameranya dan memfoto Adel.

"Lo ngapain sih tadi?!"

Mario terkekeh melihat hasilnya. Ia menggoyangkan kameranya menjawab pertanyaan Adel bahwa ia sedang mengambil foto bukan berniat untuk bunuh diri.

"Lo bediri ditempat bahaya kaya tadi cuma buat foto-foto? Lo mau ma-ish" Adel tak jadi melanjutkan kalimatnya. Lalu berkacak pinggang."Lo mau gue dipanggil ke pengadilan sebagai saksi? Atau lo mau gue jadi tersangka dengan tuduhan sudah mendorong lo jatuh dari atas gedung?"

Mario mengambil sticky note lalu menempelkannya dipunggung tangan Adel."Jangan marah. Gue gak niat bunuh diri kok"

"Tau ah gue turun aja. Lo mau loncat, mau terbang, mau kayang. Terserah, asal jangan bawa-bawa nama gue nantinya" Adel ingin pergi meninggalkan dan Mario menahan tangannya lalu menempel sticky note lagi dilengannya yang terbuka.

"Gue tau lengan gue berlemak, pake ditempel disitu segala" Mario tersenyum dengan Adel malam ini yang terlihat lebih jutek dari biasanya.

"Acara masih 2 jam lagi. Masuk atau mau duduk temani gue di sini?"

Adel menahan senyum namun masih mempertahankan wajah juteknya. "Boleh deh" jawabnya.

Mario mengajaknya duduk ditempat yang lebih tinggi membuatnya takut sehingga refleks berpegangan pada lengan Mario. Adel baru sadar jika Mario telah menanggalkan jasnya dan menyisakan kemeja putih yang sialnya sangat pas ditubuh Mario.

Jika saja tidak dalam posisi ambang kematian seperti ini, Adel lebih memilih memandangi Mario sampai puas. Adel sangat takut sekarang bahkan ia berpikir angin malam bisa saja mendorongnya tubuhnya dari belakang. Tiba-tiba Mario melepaskan pegangan tangannya membuat dirinya memekik ketakutan."Jangan! Gue takut jatoh kalo gak pegangan"

Mario mengulurkan tangan dan Adel meraihnya. Tangan kecil Adel terlihat sangat pas ditangan besar Mario. Entah mengapa Adel jauh merasa lebih aman sekarang.

Mario membawa Adel duduk sambil menjuntaikan kaki kebawah. Adel sejujurnya masih takut dan tidak berani melihat kebawah. Mario tersenyum geli melihat wajah tegang Adel. Mario membawa tangan Adel untuk melingkari pinggangnya. Adel kaget ketika tangannya lagi-lagi bersentuhan dengan Mario. Mario mengambil sticky note."Pegangan disana aja. Gue mau ambil foto. Susah kalo pakai tangan satu"

Adel yang awalnya geer akhirnya mengerti alasan mengapa Mario memindahkan tangannya kepinggang. Mario mengarahkan kamera kebawah mengambil foto pemandangan kota malam ini.

"Lo kemana-mana bawa sticky note?"Tanya Adel. Mario mengangguk kemudian menulis sesuatu disticky note lagi, "Iya. Persiapan kalo gue ketemu lo lagi"

Jawaban Mario membuat Adel kembali menyembunyikan senyum. Dan teringat kejadian konyol tadi yang membuatnya kembali malu. "Ng...soal tadi gue minta maaf ya karena udah meluk lo, soalnya gue refleks"

Mario menulis di sticky note lagi. Entah mengapa ia tidak pernah merasa keberatan sekarang ketika harus menulis panjang sekalipun agar dapat berkomunikasi dengan orang lain yang tidak mengerti bahasa isyarat. Tersebab itulah ia tidak mau memulai pertemanan dengan orang baru karena yang ada nantinya ia harus menulis seperti ini.

Save Us (Tersedia di play store)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang