PROLOG

531 24 7
                                    

Kalian tahu terpaksa? Iya terpaksa adalah kata lain yang berarti mau tak mau harus mau.

27 July 2016

-Tiara Rastari

"Saya terima nikahnya Tiara Rastari binti Rastra dengan maskawin sebuah cincin seberat dua gram tunai," singkat padat dan jelas. Di ucapkan tanpa salah oleh pemuda di sampingku ini.

Tanpa di beritahu, kalian sudah pasti tahu kalimat apa yang di ucapkan oleh pria tadi di depan penghulu dan para saksi sambil menjabat tangan ayahku. Tentu saja itu adalah kalimah qobul yang biasa di ucapkan saat proses ijab.

Tepatnya kurang lebih lima menit lalu aku sudah resmi menjadi seorang istri dari seorang pemuda yang duduk di sampingku ini. Sepertinya ia begitu bahagia telah memperistriku hari ini.

Jangan tanya aku bahagia atau tidak. Aku sangat tidak bahagia. Ingin sekali aku melompat keluar dan kemudian berlari dari pernikahan ini.

Kalian tahu tidak bagaimana rasanya menikah dengan orang yang baru kalian kenal beberapa waktu lalu.

Aku masih ingat, satu bulan lalu aku masih berada di Amerika menjalankan rutinitas ku sebagai tenaga medis.

Sekitar satu tahun setelah kelulusan ku dari universitas tempatku menuntut ilmu akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku.

Bukankah ibu pertiwi adalah tempat ternyaman yang ada di dunia ini? Jadi aku memutuskan pulang dan merencanakan untuk berpindah tugas ke tanah airku.

Tapi entah apa yang papahku fikirkan hingga ia dengan mudahnya menjodohkanku dengan anak seorang Driver papahku yang meninggal beberapa tahun lalu.

Tentu saja aku menolak. Tapi pada akhirnya ada sebuah alasan yang membuatku menyetujui pernikahan ini.

Dan sekarang, di sinilah aku. Di pelaminan sederhana tengah duduk dengan seorang pemuda yang baru aku kenal belum lama ini.

Ingin rasnaya aku melompat dan lari dari pernikahanku tadi pagi. Tapi, apa boleh buat. Aku yang menyetujui pernikahan ini tanpa paksaan beberapa hari yang lalu.

Tentu saja dengan syarat agar tidak ada yang tahu kalau aku sudah menikah. Dan pernikahan juga harus di rahasiakan.

Aku tak tahu dengan apa yang di rasakan pemuda di sampingku. Tapi aku merasa kalau dia malah senang dengan perjodohan ini. Aku merasa dia memiliki sebuah tujuan dari pernikahan ini.

Tentu saja aku takkan membiarkan tujuannya berhasil. Meskipun ia adalah suamiku, tapi pada hari ini aku berjanji kalau aku takkan pernah mencintainya.

"Ara, mari berfoto dulu. Untuk kenang kenangan," ucap papah membuyarkan lamunanku.

"Isssh, kamu kenapa?? Melamun?" Tanya pemuda di sampingku yang tak lain bernama Reza.

"Ingin tahu saja hidupmu," ucapku ketus.

"Coba pengantin pria bisakah kamu merangkul istrimu? Dah sah kan?" Ucap fotografer meledek.

"Bisakah tak usah dekat dekat dengan aku?" Tanyaku ketus.

"Kami berfoto biasa saja," jawab Reza mengalah.

"Tentu saja dia harus tahu diri. Aku tak mungkin mau dekat dekat dengan dia," ucapku dalam hati.

Tapi fotografer itu terus saja memaksa agar kami berdekatan. Alhasil senyumku nampak sangat tak ikhlas dalam foto itu.

***
-Reza Husain

Aku adalah Reza Husain seorang pemuda yatim piatu. Anak dari seorang mantan driver Tuan Rastra atau yang kerap di panggil Tuan Ata. Beberapa waktu lalu Tuan Ata menghubungi saya dan memberitahukan soal putrinya yang telah kembali dari Amerika.

Tiara Rastari namanya. Bisa kalian tebak? Dia cantik? Tentu saja sangat cantik. Dia manis? Tentu saja sangat manis karena aku tak pernah bosan memandang wajahnya. Meski tak pernah sekalipun aku melihatnya tersenyum dengan tulus padaku.

Pagi ini pada akhirnya aku meikah juga dengan dia. Semua acara lancar aman terkendali. Tentu saja karena yang hadir di acara pernikahan kami memang tidak banyak. Hanya beberapa orang saja.

Beberapa saudara, beberapa tetangga dan beberapa rekan Tuan Ata.

Dia adalah gadis cantik nan terunik yang aku kenal. Dia awalnya menolak perjodohan kami. Memakiku dengan segala kata kata terburuk yang pernah ia ucapkan.

Kasar? Tidak dia tidak kasar. Bagiku makian itu adalah ungkapan rasa cintanya padaku.

Menurutku dia gadis yang sangat lembut namun dapat menusuk dengan kelembutannya.

Oh dan ya, sungguh aku tak tahu apa yang terjadi pada gadis aneh bernama Tiara ini. Tiba tiba saja ia menyetujui perjodohan kami dengan sendirinya. Wallahi aku ataupun Tuan Ata tidak pernah memaksanya sama sekali.

Dan kini, esok dan seterusnya aku harap aku dapat membuatnya bahagia. Jika tidak jangan sampai aku membuatnya menderita.

Meskipun sikapnya tak pernah baik padaku sebelumnya, tapi aku percaya kalau dia adalah gadis baik. Gadis yang lembut dan penuh tatakrama.

Dan kini, disinilah kami. Di pelaminan sederhana. Dudu berdua tapi tak berbicara atau sekedar hanya bertatap muka. Jangankan berbicara tersenyum atau menatapku-pun tidak. Ia memalingkan wajahnya ke sisi yang berlainan denganku. Aku takut kalau nanti dia akan sakit leher.

Aku tahu sendari tadi ia melamun. Entah apa yang ia lamunkan. Ingin menyapa tapi aku tak mau ia malu karena salah bersikap kali ini. Aku tahu, jika aku menyapanya, sudah pasti moodnya yang buruk itu akan menguasainya dan membuatnya bersikap tak baik padaku. Sedang disini banyak orang. Jadi biarlah aku tak usah menganggunya dulu hingga ia tenang.

"Ara, mari berfoto dulu. Untuk kenang kenangan," ucap tuan Rastra yang nampaknya membuyarkan lamuna Ara. Ya Ara, itulah panggilan yang biasa disematkan oleh orang orang di rumah ini pada Tiara.

"Isssh, kamu kenapa?? Melamun?" Tanyaku.

"Ingin tahu saja hidupmu," sahutnya ketus.

"Coba pengantin pria bisakah kamu merangkul istrimu? Dah sah kan?" Ucap fotografer meledek.

"Bisakah tak usah dekat dekat dengan aku?" Ucapnya ketus.

"Kami berfoto biasa saja," jawabku agar Tiara tidak merasa marah dan bersikap buruk. Aku takut jika Ara bersikap buruk orang orang akan berfikir kalau dia istri yang tidak baik.

Namun fotografer terus saja memaksa kami berdekatan dan akhirnyapun kami berfoto dengab pose yang di inginkan fotografer. Aku tahu Ara sama sekali tak tersenyum dalam semua pose yang di arahkan sang Fotografer.
Aku tahu, artinya ia memang tak bahagia.
Setidaknya, jika Allah ijinkan aku akan membuatnya selalu bahagia sebisaku.

_____

Assalamualaikum. Pembaca semua?
Semoga cerita kali ini kalian juga suka. Semoga kalian dapat membantu memberi saran lewat komentar kalian.
Trimakasih untuk yang memberi vote dan juga telah membaca.
Kalau ada kesalahan kata mohon di komentari saja agar dapat saya revisi.
Terimakasih.
Selasa, 18 Dzulqo'dah 1439H

Mawar PutihWhere stories live. Discover now