#16 - Cheers!

1.6K 240 65
                                    

"Ya!"

Mingyu tersenyum ketika ia melihat seseorang yang sudah seminggu ini tidak dilihatnya. Tak disangkanya ia akan bertemu dengan gadis itu di convenience store. Pemuda jangkung itu berjalan mendekatinya, dengan sebuah keranjang belanja yang berisikan beberapa kaleng bir dan botol soju. "Tzuyu-ah, belakangan ini aku tidak pernah melihatmu, ke mana saja kau?"

Tzuyu buru-buru menerima uang kembaliannya dan memasukkannya ke dalam dompet. Ugh, Tzuyu-ah? Apa ia tidak salah dengar? Yang benar saja, sungutnya sambil tersenyum masam. Gadis itu mengambil kantong belanjaannya. "Kau tahu? Sepertinya aku mulai menyesali keputusanku untuk bersikap akrab terhadapmu." Tzuyu tersenyum usil ketika ia melihat perubahan raut wajah Mingyu, "Ngomong-ngomong, senang bertemu denganmu, Mingyu oppa."

Mingyu terdiam beberapa saat setelah mendengar jawaban Tzuyu yang sungguh di luar dugaannya, yang dibalas dengan seringaian puas gadis itu.

"Maaf, bisakah Anda segera membayar belanjaan Anda?" Sela seseorang pria yang mengantre di belakang Mingyu, membuatnya tersadar dari lamunannya.

Mingyu hanya bisa meminta maaf serta langsung meletakkan keranjang belanjanya di meja kasir. "Ya! Chou Tzuyu! Tunggu aku!" serunya, menoleh ke arah Tzuyu.

--

Tzuyu memandangi kaleng bir serta botol soju yang telah kosong sekilas sebelum melihat ke arah Mingyu dengan tatapan cemas. "Sudah, jangan minum lagi." Tzuyu berusaha merebut kaleng bir yang isinya hanya tinggal setengah dari tangan Mingyu.

"K-kau tahu?" Suara berat Mingyu membuat Tzuyu mengalihkan pandangannya kepadanya. "Tadi siang, Kyulkyung datang ke studioku."

Gadis itu tidak berkomentar, seakan-akan menunggu Mingyu melanjutkan ceritanya. Mingyu meletakkan kaleng birnya. Lalu ia memejamkan mata sambil memijat pelipisnya. "Padahal aku sudah bilang," Mingyu membuka matanya, pandangannya tertuju ke arah Tzuyu. "Kalau dia harusnya mencari pria lain."

"E-" Tzuyu membuka mulut untuk mengatakan sesuatu.

Mingyu mengangkat jari telunjuknya, "Ssh! Biarkan aku menyelesaikan ceritaku." Ia meneguk habis sisa birnya. "Kenapa harus aku? Padahal aku merupakan pria berengsek yang—SAMA SEKALI tidak romantis. Wanita seperti dia-- pasti dengan mudahnya mendapatkan pria yang jauh lebih baik daripada aku."

Setelah itu suasana di antara keduanya menjadi canggung karena tidak ada seseorang pun yang berbicara. Tzuyu merapatkan jaket tebalnya, dengan hati-hati diliriknya sosok tetangganya yang menyandarkan diri di kursinya sambil memejamkan matanya. Apakah dia tertidur? tanya Tzuyu dalam hati. Gadis itu mengembuskan nafas panjang. Siapa sangka kalau malam ini dia menghabiskan waktunya dengan menemani Mingyu minum soju dan maekju di depan mini market serta mendengarkan curahan hati pria yang dulu merupakan musuhnya ini? Yah, bukan musuh juga, sih. bantah Tzuyu sambil tersenyum tipis.

"Ya," Tzuyu kaget mendengar Mingyu bersuara. "Kau tidak mau berkomentar apa-apa?"

Mingyu menegakkan posisi duduknya lalu menatap gadis itu, membuat Tzuyu jadi tidak nyaman. "Aku tidak tahu harus mengatakan apa." ucap Tzuyu jujur.

"Astaga, paling tidak katakanlah sesuatu." Mingyu mengangkat botol serta kaleng yang ada di hadapannya satu per satu, mencari yang masih ada isinya. "Aish.. Kau membuat suasananya jadi canggung." sungut Mingyu pelan, namun masih terdengar oleh Tzuyu.

"Maaf, tapi aku tidak pernah berkencan dengan siapapun." Perkataan Tzuyu membuat Mingyu berhenti melakukan kegiatannya, "Apa?" tanya Mingyu kaget, sepenuhnya sadar dari mabuknya.

The Perfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang