1. Tere & Aura

73 11 2
                                    

EVEN IF I HAVE WINGS AND ESCAPE, I WOULD STILL BE TRAPPED BY MY OWN MIND


"Kamu masih bisa berlari, Aura?"

Seorang gadis berusia 12 tahun menggeleng pelan. Air matanya terus menurun dengan deras. Dia bukan menangis karena rasa sakit pada kakinya, tapi karena situasi mereka sekarang.

"Seharusnya Kakak saja yang pergi. Kakak tidak perlu membawaku serta," isak Aura dengan kencang.

"Bicara apa kamu!" Tere, sang Kakak balas membentak. "Meskipun harus menggendongmu melewati pasak-pasak besi, pasti akan kakak lakukan."

"Kakak ...."

Tere menepuk kepala Aura dan menyodorkan punggungnya. Setelah menghapus air matanya, Aura memasang wajah tegar dan naik ke punggung saudaranya yang lebih tua 5 tahun. Tangannya melingkari leher Tere dengan erat, seakan takut berpisah dengan kakaknya itu.

"Jangan terlalu erat, kamu bisa bunuh kakak tahu." Tere mencoba tertawa, tapi justru suaranya seperti orang kehabisan napas.

"Ma-maaf, Kak."

Tere hanya tersenyum maklum. Aura dan dirinya baru saja melarikan diri dari Pusat Penelitian. Namanya memang wajar, penelitian yang berarti meneliti sesuatu yang akan terus dikembangkan hingga menjadi sebuah hasil. Tapi itu hanya permukaan saja. Jauh di dalamnya benar-benar terdapat kegelapan dari 'penelitian'.

Mereka berdua hanya salah satu dari ribuan kelinci percobaan pemerintahan OE. Setiap harinya ada sekitar lima anak Non-Esper dan Esper yang datang ke Pusat Penelitian untuk menjalani serangkaian uji coba sebelum masuk ke kegelapan yang sebenarnya.

Tere dan Aura hanya anak Esper miskin yang tertangkap saat inpeksi malam di luar dinding. Mereka datang sekitar 5 tahun yang lalu. Uji coba yang mereka katakan itu hanya berupa tes-tes akademik, fisik, dan potensi. Jika lolos, maka neraka-lah yang menunggumu. Jika tidak ada yang lolos? Siapa yang tahu ... karena sejak lolos uji coba Tere dan Aura telah memasuki neraka.

"Nomor 013! Nomor 07!"

"Menyerahlah baik-baik."

"Ini peringatan. Masuk ke dalam Zona Hitam, maka kami akan membunuh kalian."

Tere semakin mempercepat larinya ketika mendengar peringatan tersebut. Kali ini yang mengejar mereka bukan lagi penjaga Pusat Penelitian, melainkan para Tentara OE. Badan keamanan yang mengejar mereka nampaknya hanya kelas 3. Jika yang mengejar mereka kelas 2, mereka pasti sudah terkepung. Dan mereka akan langsung mati tanpa peringatan jika itu kelas 1.

"Tere!" Aura dengan panik memanggil nama kakaknya.

"Ya, kita akan masuk ke Zona Hitam."

"Tapi—"

"Omong kosong soal neraka kematian. Bukankah selama ini kita sudah berada di tempat itu, jadi mana yang lebih buruk?"

Aura terdiam. Dia membenamkan diri di bahu Tere dan mengepalkan tangan.

Tere bisa merasakan emosi adiknya. Dia pun juga merasakan hal yang sama. Apa pun yang berada di Zona Hitam serta rumor-rumor menakutkannya, Tere tidak peduli. Baginya Pusat Penelitian jauh lebih mengerikan. Menyerah pada OE sama saja dengan kembali mati. Saat ini mereka sedang berpegang pada setitik harapan, jadi bukan waktunya untuk kalah.

Zona Merah saat mereka berada saat ini adalah reruntuhan pemerintahan lama, saksi dari masa-masa sebelum Kebangkitan terjadi. Zona ini dikenal sebagai Zona Pengampunan, tempat para kriminal dengan catatan 'kelas terberat' menjalani sisa hidup mereka. Di balik pagar besi yang dilapisi tegangan listrik satu juta volt adalah Zona Hitam, tujuan Tere dan Aura untuk melarikan diri. Zona itu satu-satunya tempat yang aman dari jangkauan para tentara OE. Setidaknya hanya beberapa orang penting saja yang bisa melewati dan bertahan di sana. Karena itu orang-orang yang nekat melewati Zona Hitam tidak pernah kembali.

NIGHTMAREWhere stories live. Discover now