Chapter 32

1.5K 65 10
                                    

Dito: Malam ini gue ke rumah lo.

Aura yang tengah sibuk memainkan ponselnya tiba-tiba dikejutkan dengan pesan yang  dikirimkan Dito. Dia akan kerumah nya? Apa itu artinya Dito sudah  keluar dari lomba teater itu? Secepat itukah Dito mengambil keputusan?

Karena penasaran, Aura akhirnya membalas pesan itu. Padahal sebenarnya dia tidak berminat sama sekali untuk membalasnya. Karena pesan ini menurutnya penting dan perlu dibahas Aura akhirnya menjawab.

Aura: Kan aku udah bilang jangan temuin aku kalo kamu masih jadi peserta lomba itu.

Butuh waktu lama untuk Aura mendapat pesan balasan dari Dito. Bahkan sampai menit ke sepuluh pun Dito belum membalasnya juga.

"Kok nggak dibalas sih? Dibaca juga enggak. Apa Dito benar-benar keluar dari lomba itu?" Aura bertanya pada dirinya sendiri.

Ditempat lain, Dito tengah melajukan mobilnya dengan kelajuan sedang menuju rumah Aura. Malam ini dia dan Aura harus berbaikan. Dito juga akan memberi tau Aura bahwa dia tidak perlu keluar dari lomba hanya untuk menjauhkannya dengan Salsa karena mulai sekarang Aura lah yang akan menggantikan peran Salsa sebagai Cinderella. Tapi masalahnya apa Aura akan setuju dengan semua ini? Kalau tidak?  Semoga saja semuanya bisa berjalan seperti harapannya.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih lima belas menit, Dito akhirnya sampai dirumah Aura.

Malam ini, rumah Aura ramai. Mungkin Tante Dian sedang banyak pasien, pikir Dito.

Dito melangkahkan kaki memasuki gerbang rumah Aura, hal pertama yang harus dilakukannya sebelum menemui Aura yaitu menemui Tante Dian di kliniknya terlebih dulu

Tok tok tok.

Dito mengetuk pintu klinik Dian yang letakknya disamping rumah Aura. Pintu kliniknya dibuka tapi tetap saja Dito harus mengetuknya terlebih dulu.

"Eh Dito, kenapa?" tanya Dian yang melihat Dito berdiri diambang pintu kliniknya. Tanpa pikir panjang, Dian pun berjalan menghampiri Dito.

"Kata teman-teman Aura sakit, emang benar Tante?" tanya Dito yang sebenarnya formalitas.

"Iya benar," jawab Dian.

"Emang Aura sakit apa?" tanya Dito lagi.

"Loh emang Aura nggak cerita sama kamu?" bukannya menjawab, Dian malah balik bertanya.

"Enggak Tante, dia lagi ngambek," jawab Dito jujur, Dian tertawa renyah mendengarnya.

"Aura emang kebiasaan ngambek.
Harus ekstra sabar kalo ngadepin dia. Tante aja gitu," jelas Dian. Sebenarnya tanpa Dian memberi tahunya, Dito sudah tau sifat buruk Aura yang satu ini.

"Hehe iya Tante," kata Dito bingung harus menjawab apa.

"Kamu kesini mau nemuin Aura kan? Yaudah sana temuin dulu, Tante juga mau lanjut kerja," suruh Dian yang mengerti maksud kedatangan Dito.

"Iya Tante, maaf ya saya udah ganggu waktu kerja Tante," jawab Dito tidak enak.

"Ah, gapapa kok. Ya sudah sana temuin," suruh Dian lagi.

"Iya Tante, kalo gitu Dito permisi dulu mau nemuin Aura," pamit Dito, Dian mengangguk.

"Iya," setelah jawaban itu dilontarkan Dian, tanpa mengulur waktu lagi. Dito pun segera masuk untuk menemui Aura. Bukan masuk dari pintu klinik, melainkan dari pintu utama yang letaknya bersebelahan dengan klinik itu.

🔅🔆🔅

Dito: Gue udah diruang tamu. Sekarang lo turun. Gue tunggu.

Send.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang