Prolog

71.3K 2.7K 133
                                    

Vano memperhatikan dengan teliti seorang perempuan yang sedang berdiri di hadapannya. Kepala perempuan itu menunduk takut, tidak berani menatap sang Ketua Osis. Ya, Stevano Putra Velencia. Ia bukan hanya seorang most wanted di sekolahnya, tapi juga menjabat sebagai Ketua Osis.

"Dia siswa baru, tapi udah datang terlambat di hari pertamanya. " Ujar Dimas, salah satu anggota osis.

"Hukuman apa ya, yang pantas buat si cantik ini? " Balas Raka, anggota osis yang paling genit.

Mendengar ucapan-ucapan tersebut, perempuan itu semakin menunduk ketakutan.

"Vano, kok lo diam aja sih? Apa gue aja yang kasih dia hukuman? " Kata Dimas.

"Nggak perlu. Kalian urus aja acara pembukaan MOS nya, masalah ini biar gue yang urus. " Sahut Vano.

"Oke, deh. "

Kedua sahabat Vano tersebut langsung pergi meninggalkan tempat itu.

"Ikutin gue! " Perintah Vano dengan datar nya.

Perempuan tersebut menghembuskan nafasnya kasar. Ia mengikuti Vano yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Ini sudah menjadi resikonya, resiko karena ia datang terlambat dihari pertama MOS.

Karena keasikan menunduk, perempuan itu tidak sengaja menabrak punggung Vano yang sudah berhenti sejak tadi.

"Aww, " ringisnya.

Vano membalikkan tubuh nya. "Lo kalau jalan nggak bisa hati-hati? Kenapa harus nabrak punggung gue? "

"Maaf, kak. "

Vano tidak menghiraukan ucapan perempuan itu, ia langsung masuk ke dalam ruang osis. Ruangan yang menjadi tempat untuk membawa perempuan itu. Sedangkan perempuan itu masih diam dengan nyaman di posisinya. Tidak ada niatan untuk masuk menyusul Vano.

'Diam aja deh di sini, lagian kan dia juga nggak nyuruh masuk tadi. ' Batin perempuan itu.

"Lo mau berdiri di luar sana sampai lebaran monyet? Masuk?! " Teriak Vano dari dalam.

Perempuan itu tersentak mendengar perkataan Vano. Ia langsung masuk ke dalam. Perempuan itu melihat Vano yang sedang duduk dengan angkuhnya.

"Jadi apa? " Ujar Vano.

"Hah? Maksud nya apa kak? "

"Apa alasan lo datang terlambat? Bangun kesiangan, ada urusan mendadak, atau kejebak macet? " Cerocos Vano.

"Emm, saya. Saya bangun kesiangan, kak. " Balas perempuan itu.

"Nggak ada alasan lain apa? Gue bosan dengar alasan itu. "

Perempuan itu tidak membalas ucapan Vano. Alasan apa yang harus ia katakan? Ia kan benar-benar bangun kesiangan.

"Kenapa diam? " Ujar Vano yang entah sejak kapan sudah berada di hadapan perempuan itu.

Perempuan itu gugup bukan main, karena jarak nya dengan Vano sangat dekat. Ia langsung mundur secara perlahan saat Vano terus saja maju untuk mendekati nya. Sampai perempuan itu sudah tidak bisa mundur lagi, karena ada tembok yang menghalanginya.

Detak jantung perempuan itu sudah tidak karuan lagi. Vano terus saja menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Apalagi dengan jarak sedekat ini, hembusan nafas Vano bisa ia rasakan.

Perempuan itu baru menyadari jika Vano sangatlah tampan. Alis, mata, hidung mancungnya, dan juga bibir seksinya. Vano seperti titisan dari Dewa Yunani. Ingin sekali perempuan itu menyentuh wajah tampan laki-laki itu.

"Udah puas ngelihatin wajah gue? "

Ucapan itu langsung menyadarkan perempuan itu, ia langsung gelagapan. "Maaf, kak. "

Vano memberikan senyum mengerikan nya. "Gue akan kasih lo dua hukuman. Yang pertama, karena lo udah datang terlambat. Dan yang kedua, karena lo udah menikmati kegantengan gue. "

Perempuan itu membulatkan matanya tak percaya setelah mendengar ucapan Vano. Oke, ia terima jika ia di hukum karena datang terlambat. Tapi jika alasan kedua? Hanya karena menikmati wajah tampan Vano, apa ia harus di hukum? Ini benar-benar tidak masuk akal.

Baru saja perempuan itu ingin membalas ucapan Vano, tapi sudah terhalang. Terhalang karena ada bibir Vano yang sudah menempel lebih dulu di bibirnya. Ternyata tidak hanya menempel, laki-laki itu juga melumat dan menghisap bibirnya.

Manis, itulah yang di rasakan Vano saat mencium bibir perempuan itu. Perempuan itu tidak tinggal diam, ia berusaha memberontak. Ia memukul dan juga mendorong dada Vano. Tapi usahanya sia-sia saja, karena kekuatan nya tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Vano.

Vano memejamkan matanya, menikmati ciumannya. Perempuan itu mencengkram baju sekolah Vano saat laki-laki itu semakin memperdalam ciumannya. Ini ciuman pertamanya dan laki-laki yang ada dihadapannya mengambilnya begitu saja.

Vano melepas ciumannya saat merasakan perempuan itu mulai kehabisan nafas. Benar saja, karena perempuan itu langsung menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Vano memegang kedua bahu perempuan itu dengan lembut. "Itu hukuman karena lo udah datang terlambat. Dan hukuman karena lo udah menikmati kegantengan gue, lo harus jadi pacar gue. "

Perempuan itu hendak protes, namun lagi-lagi harus di potong oleh Vano.

"Gue nggak nerima penolakan. Mulai sekarang, Gita Nandini adalah pacar dari Stevano Putra Velencia. Mau nggak mau, suka nggak suka, ini udah jadi keputusan gue. "

. . . . . . . . . . . . . . .

Hai-hai 😊
Balik lagi nih di cerita kedua aku.

Baru prolog nya aja, gimana menurut kalian??

Kasih komentarnya ya .

Kecupan basah untuk kalian semua 😘😘😘😘😘

My Protective Boyfriend ✔  [ SUDAH TERBIT ]Where stories live. Discover now