01. Sekeping Hati

10.7K 274 17
                                    

"Tetaplah tersenyum! Karena sebuah senyuman adalah guru terbaik untuk sekeping hati."

***

Kalimat itu selalu terngiang merdu di telinga gadis cantik berambut hitam lurus yang tergerai indah.

Didengarnya dari seorang lelaki yang telah lama memberi kesan mendalam di setiap sudut relung hati. Dan, bertahun-tahun perasaan itu tak pernah berubah.

Bukan tanpa alasan, bait indah itu tetap bersarang di benaknya. Ia menyadari betapa rapuh hatinya dan sangat membutuhkan seorang pendamping hidup untuk menuntunnya menjadi wanita yang lebih baik dari saat ini.

Gadis cantik yang mampu menggetarkan hati setiap laki-laki itu sangat mengerti bahwa sekeping hati membutuhkan sosok guru untuk mengajarkan tentang kesabaran dalam hidupnya. Begitu penting menyiapkan hati untuk masa depan, untuk cita-cita yang teramat sederhana.

Kenapa harus hati? Tidak otak saja? Bukankah otak lebih berperan penting dalam hidup? Kita selalu diajarkan untuk berpikir dengan otak, lalu mengapa harus hati yang diperhatikan untuk masa depan dan cita-cita?

Tentu karena rapuh dan membutuhkan peraduan di saat ia ingin mengeluh, bersandar kala lelahnya menapaki jalan-jalan terjal dan curam kehidupan, yang kadang berliku dan berbatu, tak selamanya lurus dan mulus.

Cukupkah dengan pikiran?

Ia, mengingat jelas sebuah Hadits Nabi yang isinya:

"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati."(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Itulah alasan mengapa ia selalu mengingat bahwa senyuman adalah guru terbaik untuk sekeping hati.

Karena, hati mempunyai peranan sangat utama dalam baik atau buruk sebuah pikiran, bahkan masa depan.
Sangat berarti kata-kata lelaki yang dikaguminya, bukan sebatas kalimat penghibur tak bermakna, melainkan pengantar tentang cinta yang menjadikan diri dan masa depan akan menjadi lebih baik.

Namun, sudah hampir tujuh tahun ia memendam perasaannya. Sebagai seorang wanita hanya bisa menunggu pernyataan cinta.

Tapi, apakah mungkin lelaki itu mempunyai perasaan yang sama sedangkan bertemu saja sebatas menyapa. Tak pernah ada canda tawa, tak ada sedikit pun waktu dilalui bersama.

Akankah cinta hadir dengan sendirinya? Akankah Tuhan akan menakdirkan mereka bersama? Hanya doa yang menjadi penghulu rindunya.
Kepada Tuhan, ia mencurahkan isi hati. Tetapi, masihkah ia mampu menunggu demi keyakinan bahwa Tuhan akan menyatukannya dengan sang pujaan hati.

***

Puisi mana lagi yang mampu melukiskan
Resah gelisah tak menentu
Obsesi telah mengekang hidup
Laksana burung dalam sangkar bernyanyi
Orang ramai menikmati
Gundah tak ada yang mengerti
Hati pilu tak ada yang perduli
Aku menangis sendiri
Tiada yang menghapus air mata ini.
Illahi, kuatkanlah hati ini.

Dia nampak pucat memandangi kertas yang baru saja diisi beberapa kalimat ungkapan isi hati.

Namanya Habbibah Ainurrahmah, seorang mahasiswi fakultas ekonomi di Universitas Muria Kudus. Ia baru saja menyelesaikan skripsi dan telah dinyatakan lulus.

Satu minggu lagi adalah hari wisudanya tetapi entah mengapa ia tak terlihat bahagia. Malah murung, merenung di samping jendela kamarnya.

Habbibah sangat menyukai bunga, hampir seluruh halaman rumahnya ditanami bermacam-macam bunga. Dari jendela kamar, Habbibah dapat melihat bunga di halaman itu telah mekar berwarna-warni.

Mukadimah Cinta [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang