Emp(a)t

1.5K 190 19
                                    

Haneul menghela nafasnya pelan sebelum benar benar memejamkan matanya. Perdebatan antara dirinya dan suaminya tadi sebelum keberangkatannya itu sukses membuatnya pusing bukan main.

"Gwaenchana, semua akan baik baik saja" bisik sebuah suara sebelum kemudian gadis itu benar benar terlelap.

.

Sebuah usapan yang ia rasakan di puncak kepalanya itu sukses mengusiknya hingga terbangun.

"Sudah sampai?" Tanyanya yang diangguki oleh pria sang pemilik tangan yang mengusap kepalanya itu.

"Ne, kajja" sahut pria itu yang disahuti dengan anggukan oleh Haneul di iringi dengan gadis itu yang mulai bangkut berdiri.

Sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel tempat mereka menginap di iringi dengan perbincangan ringan juga beberapa candaan yang muncul di antara keduanya.

Melihat keakraban diantara keduanya, sang supir seolah tak mau tinggal diam dan mulau mengajukan pertanyaan kepada kedua penumpangnya itu.

"You are a couple?" Tanya supir itu yang membuat wajah Haneul menjadi datar. Bosnya itu tau, jika anak buah yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu pasti kembali mengingat suaminya itu.

"No, we are going for bussiness" ucap bos Haneul mewakili.

"Oh, sorry i don't know about that. But you looks perfect if being a couple" ucap sang supir lagi yang hanya dibalas dengan seulas senyuman oleh pria itu.

"Don't be sad, i'll be there for you" bisik sang bosnya itu yang hanya diangguki dengan sebuah anggukan pelan oleh Haneul tanpa ekspresi sedikit pun di wajahnya.

Lagi lagi pria yang tengah duduk tepat di samping gadis itu di dalam taksi yang akan mengantar mereka itu hanya dapat menghela nafasnya pelan. Ia hanya ingin gadis di sampingnya itu kembali ceria dan secerewet dulu. Ia begitu merindukan segalanya yang berada dalam tubuh gadis itu sebelum semua hal buruk ini terjadi.

.

"Mwo?! Amerika?! Kau tidak boleh ikut!" Ucapnya dengan nada suara yang cukup keras membuat hati gadis di hadapannya itu tercubit begitu dalam. Ia benci jika seseorang membentaknya, mungkin karena jarang juga orang yang membentaknya kecuali kakaknya ketika ia memiliki sebuah kesalahan. Namun ini? Ia bahkan tak memiliki sebuah kesalahan berarti dan justru hanya meminta ijin. Bukankah jika ia tidak meminta ijin barulah sebuah kesalahan?

"Wae? Beri aku alasan yang jelas" sahut gadis itu dengan tangannya yang telah tergenggam erat.

"Kalau ku bilang tidak boleh ya tidak boleh Haneul-ah!" Bentak pria itu lagi yang membuat gadis bernama Haneul itu mati matian berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh.

"W-wae?! Aku butuh alasan!" Ucap Haneul yang akhirnya juga ikut menaikkan nada bicaranya itu yang juga semakin menyulut emosi pria di hadapannya.

"Kau pasti akan pergi dengan bosmu itu kan?! Aku tidak suka!" Bentak pria itu yang membuat Haneul tak percaya ketika mendengarnya.

'Apa pedulimu padaku' batin Haneul mengingat saat saat dimana pria itu tk pernah menganggap keberadaannya.

"Wae?! Kau tidak suka?! Lalu bagaimana menurutmu jika aku terus saja melihatmu bersama wanita lain?! Apa kau kira aku suka?!" Kali ini kesabaran Haneul benar benar habis, ia sudah tidak tahan lagi dengan sifat Jungkook padanya selama ini.

"Terserah padamu Jungkook-ssi, aku tidak peduli dengan laranganmu, dan aku akan tetap berangkat ke Amerika untuk melakukan tugasku. Kau di sini baik baiklah dan bersenang senanglah dengan wanitamu itu"

BLAM

Haneul pun menghilang dari balik pintu di iringi dengan suara bantingan pintu yang cukup keras.

.

Sebenernya pada tertarik nggak sih sama cerita ini? :(

NEVER ENDING ●JjkWhere stories live. Discover now