PROLOG - "The Day He Approached Him"

1K 136 11
                                    

"Dude, you are staring."


Kim Namjoon yang menumpukan satu lengannya di meja bar segera menegakkan tubuhnya ketika Jackson sahabatnya menegurnya untuk yang kesekian kali. Namjoon hanya mengangkat minumannya di depan Jackson, sebuah isyarat untuk menikmati saja selagi bisa.


Malam ini seperti malam di akhir pekan lainnya, WULF dipenuhi dengan para alpha, beta dan omega yang memilih untuk melepas penat dengan alkohol dan menari. Dan seperti biasa pula setiap Jumat malam Namjoon selalu pergi ke club malam milik salah satu relasinya ini dan menikmati hiruk-pikuknya bersama sahabat-sahabatnya.


Namjoon menikmati cognacnya sedikit demi sedikit, Rémy Martin XO yang disesapnya mengalir ke tenggorokannya yang haus rasa terbakar dan menyengat dari alkohol. Hari ini ia datang dengan Jackson sahabatnya yang sibuk menggoda para omega,  Taehyung dan matenya Jungkook yang sudah meliuk-liukkan tubuhnya di lantai dansa. Namjoon bukan jenis alpha yang menikmati malamnya dengan menari, jadi ia memilih untuk berdiri di dekat bar counter sembari memperhatikan sekitarnya.


Dan kedua manik tajamnya masih tak lepas dari figur seorang pria yang menyendiri di salah satu sudut bar dengan berbagai macam gelas di mejanya. Bukan tanpa alasan Namjoon terus memperhatikan pria yang ia yakin seorang omega, walaupun ia tak bisa mencium aromanya yang tersamar dengan aroma alkohol yang memenuhi ruangan. Pria yang selalu mengenakan turtleneck yang tak bisa menipu matanya untuk menutupi perban yang melingkar di lehernya.


Hari ini sudah ketiga kalinya Namjoon melihat pria itu di WULF seorang diri. Masih sama, duduk di tempat yang sama dengan gelas di tangannya. Masih sama cantiknya, dan masih terlihat sama hancurnya.


"Dude, kalau kau menyukainya, hampiri dia."


"Ku rasa tak akan semudah itu untuk mendekati orang yang datang kemari bukan untuk bersenang-senang."


"Well, benar sih. Kalau begitu cari saja yang lain, Joon. Kita datang untuk bersenang-senang."


"Aku bersenang-senang Jackson."


"Kalau begitu kau tak keberatan kan aku pergi duluan." Jackson mengerling pada omega pria yang menunggunya di samping tangga menuju lantai dua.


"Bersenang-senanglah, Jackson." Dengan lambaian tangannya Jackson segera pergi menghampiri omega pria yang Namjoon rasa akan menjadi teman berbagi ranjang dengan Jackson malam ini.


Rutinitasnya dulu juga tak jauh-jauh dari kegiatan seperti itu, namun sejak ia diserahi perusahaan keluarganya untuk ia urus Namjoon merasa ia tak bisa terus-terusan bermain-main. Tak baik bagi reputasinya dan ia tak mau mengambil resiko kalau-kalau ada saingan bisnis keluarganya yang ingin menjatuhkannya melalui skandal. Jadi cukup seperti ini saja, minum-minum dan memperhatikan sekitarnya selama ia tak dikuasai hormon masa rutnya dan tak ada omega yang cukup bodoh untuk mengalami heat di dekatnya.


Lagipula tiga minggu ini Namjoon sibuk memperhatikan pria yang kini sudah menelungkupkan wajahnya di dalam lipatan tangannya. Rasanya pertemuannya kali ini dengan pria itu menjadi puncak keterpurukan pria itu. Namjoon tak pernah melihatnya mabuk sampai seperti itu, pria itu selalu pergi sebelum ia tak kuat berdiri, dan kali ini nampaknya pria itu sudah di ambang batasnya.


Namjoon diam di tempatnya memperhatikan, sepuluh menit dan jika pria itu tak bergerak lagi ia akan menghampirinya.


Dengan sebaik mungkin Namjoon mencoba menutupi kegelisahannya dan mencoba mengawasi dengan tenang. Tiga menit, lima menit, satu dua orang mulai memperhatikan pria yang masih menelungkupkan wajahnya di meja. Tidak baik, pria itu lama kelamaan mulai menarik perhatian banyak orang. Maka tak sampai sepuluh menit, Namjoon beranjak dari tempatnya dan menghampiri pria itu.


"Hei," Namjoon mengguncang bahu pria itu yang ternyata lebih lebar dari dugaannya, tak sengaja pula ia menghirup aroma yang menguar dari pria itu. Omega, tepat seperti dugaannya. "Anda baik-baik saja?"


Pria itu hanya mengerang samar menjawab pertanyaan Namjoon. Okay, setidaknya pria ini masih sadar.


"Kau tidak baik, man. Akan ku panggilkan taksi untukmu, apa kau masih bisa berdiri?" Pria itu kini mengangguk, sayang sekali Namjoon tak bisa mengantarkan pria itu sendiri. Pria itu bisa ketakutan jika seorang alpha yang tak dikenalnya mengantarnya pulang.


Namjoon segera mengais ponselnya di dalam saku dan mencari aplikasi taksi yang ramah omega. Oh, dia butuh alamatnya. "Bisa kau beritahu alamatmu?"


Namjoon menajamkan pendengarannya ketika pria itu dengan lirih menyebutkan alamat rumahnya, setelah memastikan alamatnya telah benar dan ia telah mendapatkan taksinya, Namjoon membantu pria itu berdiri dan keluar dari WULF.


Saat memapah pria itu, Namjoon tak bisa mengelak betapa pria ini terlihat berkali-kali lebih menawan daripada saat Namjoon mengawasinya dari jauh. Meskipun terlihat jelas wajahnya yang pucat, lingkaran hitam di bawah matanya dan dari jarak sedekat ini pula ia bisa melihat perban yang melilit di leher pria itu. Perban itu jelas tak mengaburkan aroma morning dew yang mendominasi aroma lainnya dari pria ini. Aneh, meskipun aroma morning dew jelas mendominasi, tapi ada begitu banyak aroma yang tertangkap penciumannya. Begitu kompleks.


Setelah menunggu beberapa menit, taksi yang dipesannya datang dan Namjoon segera membantu pria itu memasuki kursi belakang. "Tolong antar dia sampai unit apartemennya, akan kuberikan tips nanti."


Begitu mendapatkan anggukan dari omega yang menjadi supir taksi itu, Namjoon membiarkan mereka pergi mengantar pria itu ke apartemennya.


Okay, dia dapat alamatnya tapi dia tak mendapatkan namanya. Namjoon juga yakin, pria itu tak akan mengingat Namjoon.


Namjoon melihat lagi alamat yang didapatkannya di ponselnya. Semoga saja mereka dapat bertemu lagi.




TBC


a/n: Well, Hello! Have a nice lunch~


A Wild Flower [NAMJIN]Where stories live. Discover now