Moving On

1.9K 264 13
                                    

Aroma kopi yang menyeruak tajam bercampur dengan udara sore musim semi, sebuah hobi baru yang Mingyu lakukan akhir-akhir ini rupanya berhubungan dengan si minuman hitam pekat yang membuat candu. Rasanya sungguh keren jika pria tampan berpadu dengan kopi dan tumpukan buku-buku sastra maupun pengetahuan umum yang terkesan berbobot. Ini bukan sebuah pencitraan dari seorang Kim Mingyu, hanya saja ia masih terbawa arus di sungai kenangan yang ia ciptakan sendiri. Hobi baru Mingyu hanya buku, tentang kopi ia sudah jauh lebih dulu menyukainya, menjadi semakin suka saat kekasihnya dulu selalu merajuk minta diajak kencan ke kedai kopi, alasannya sederhana.

"Kedai kopi itu sangat tenang Mingyu, aku bisa membaca buku tanpa merasa terganggu."

Mengingat itu, senyuman Mingyu tak henti-hentinya merekah. Membuat sebuah lengkungan sempurna serupa pelangi yang terbit ketika hujan reda. Tak ada yang istimewa pada tiap kencan yang ia lalui bersama kekasih manisnya. Hanya makan bersama, menonton film seharian di apartemen, membicarakan isi buku yang baru saja dibacaㅡini hanya ulah kekasihnya, karena Mingyu cuma bisa menjadi pendengar setia, hingga mengunjungi kedai kopi dengan tujuan lagi-lagi untuk membaca buku. Mingyu tidak pernah menyesali tiap momen kencannya yang terbilang biasa-biasa saja. Dalam lima tahun hubungannya, mereka hanya pernah satu kali berlibur tiga hari di salah satu resort di tepi pantai dan wisata kuliner di luar kota. Mingyu tidak pernah menuntut apapun dan kekasihnya bukan tipikal orang yang menyukai kerumitan. Lagi-lagi memori itu berputar di kepalanya, perihal merelakan mungkin Mingyu sudah melaluinya hanya sekadar itu, tidak benar-benar setelah rela lalu lupa.

Harapan masih seringkali menghampiri hatinya. Tentang berbagai macam pengandaian jika saja suatu hari nanti mereka bisa bersama kembali. Jangan salah, Mingyu tidak pernah mengusik kehidupan baru kekasihnya, karena mengetahui kabarnya sedikit pun tidak. Ia hanya mengenang untuk dirinya sendiri. Mingyu akan hiking ke atas bukit dekat kampusnya yang pernah ia singgahi dulu bersama kekasihnya jika rindu tiba-tiba datang mendera. Atau pergi ke kedai kopi favorit mereka dulu, Mingyu akan memesan segelas penuh iced americano dan banana milkshake, iya Mingyu memesan dua macam minuman, satu untuknya, satu lagi kesukaan kekasihnya. Jangan mengejek Mingyu, jangan bilang bahwa perilakunya itu menyedihkan. Salah besar, nyatanya Mingyu masih menjalani hidupnya baik-baik saja, mengelola perusahaan kecilnya yang bergerak di bidang arsitektur. Mingyu akan menghabiskan waktu berdiam diri dan membaca di perpustakaan kota dan duduk di sudut ruangan favorit Wonwooㅡkekasihnya. Mingyu hanya memiliki cara sendiri untuk mengenang kekasihnya itu. Jangan ditertawakan ya.

Gemerincing bel pada pintu kedai kopi tiba-tiba saja mengusik atensi Mingyu pada keheningan yang sedang ia geluti dalam sebuah buku bacaan. Matanya menangkap siluet yang masih sangat ia kenal dengan baik. Sebuah punggung sempit dengan pinggang yang begitu ramping, rema hitam pekat berponi, serta kulit putih pucat dengan semburat merah pada pipinya. Sweater rajut merah muda yang lembut dengan celana denim berwarna putih membungkus tubuh tinggi itu dengan sempurna. Meski dari belakang, Mingyu yakin bahwa siluet itu adalah sosok yang ia rindukan selama sepuluh tahun belakangan ini. Dugaannya diperkuat dengan segelas banana milkshake dalam genggaman sosok manis itu. Jika boleh besar kepala, mungkin sosok itu juga sedang merindukan Mingyu, desir halus Mingyu rasakan pada indra pendengarannya ketika suara itu keluar dengan nada terkejut.

"Mingyu?!" Kedua mata rubah yang sipit itu membeliak, membuat Mingyu gemas melihatnya.

"Ehm, hai Wonie-ya." Mingyu tersenyum kikuk ketika kedapatan sedang menatapi dengan penuh puja sosok di depannya. Ya bodohnya, tadi Mingyu tanpa sadar beranjak dari kursinya untuk berjalan menghampiri sosok yang sedang memesan minuman di order table dan berdiri di belakang pria manis yang ia panggil Wonie tadi.

"Eh, kau masih saja memanggilku begitu." Wonwoo menepuk pelan lengan Mingyu. "Apa kabar Mingyu? Bagaimana perusahaanmu? Sudah terwujudkah?"

"Apa kau masih ingat mimpiku yang dulu? Membangun sebuah perusahaan?" Mingyu bertanya dengan raut penasaran.

Moving On [Meanie] ✓Where stories live. Discover now