MCBF 21

1.2K 136 9
                                    

Senja Kita

Gadis berkacamata itu keluar dari toilet, kemudian merogoh sakunya ketika merasakan getar dari ponsel.
Naya mengerutkan kening saat mendapat pesan singkat dari saudarinya.

Agata: Gue pulang duluan, makasih lo udah sekongkol sama Gio

Begitu membacanya Naya langsung terkejut. Dari kalimat pesan singkat Agata, sepertinya gadis itu tidak menyukai rencananya. Apa Agata menolak Gio? Tidak mungkin. Naya langsung menggeleng, mana mungkin Agata menolak pemuda tampan dan tajir itu. Menurutnya Gio adalah siswa Starga yang cukup memesona.

Sesaat sebelum membalas pesan Agata, Naya terlebih dulu menerima pesan dari Gio. Dia langsung membukanya.

Gio: Nay, naik sini

Gadis itu terdiam, memikirkan apa yang kemungkinan sudah terjadi. Pasti pemuda itu butuh teman untuk menemaninya karena Agata pulang.
Tentu, jika gadis itu menerimanya pasti mereka melihat senja bersama. Sepertinya Agata benar-benar menolak Gio, itu keputusan yang salah menurut Naya.

Tanpa berpikir panjang, dia langsung melangkah pergi ke bukit. Ingin sekali dia mengetahui apa yang sudah terjadi. Apa pemuda itu baik-baik saja? Naya tahu betul kalau Gio menyukai Agata sudah lama, bahkan sering sekali pemuda itu membelikan kembarannya barang-barang favorit. Hari-harinya juga sering Gio gunakan untuk merecoki Agata, lalu bagaimana perasaan pemuda itu jika Agata menolak perasaannya? Semoga saja tebakannya salah, semoga saja Agata menerima hati Gio yang lembut dan tulus, pikirnya.

Saat Naya sampai di atas bukit, gadis itu membenarkan kacamatanya yang sedikit miring karena sedikit berlarian tadi. Gio tengah duduk di depan sana, dekat dengan tenda buatannya.

"Yo!" pekik Naya. Dia langsung duduk di sebelah Gio yang sedang melihat ke arah matahari yang hampir tenggelam.

"Gimana?" tanya Naya tanpa ba-bi-bu, membuat pemuda itu menoleh.

"Baik."

"Apanya yang baik? Agata nerima kamu?"

Gio menggeleng, membuat Naya langsung menghela napas berat, dia yakin Gio memang sudah ditolak.

"Terus?" Naya bertanya lagi.

"Gue baik, bahkan sangat baik. Gue tau, Nay, cinta itu enggak boleh dipaksa, karena itu cuma akan mendatangkan rasa sakit," cerocos Gio lalu tersenyum manis pada Naya.
Aneh, itulah yang terlintas di pikiran Naya, saat melihat pemuda itu terlihat sangat baik-baik saja, tidak seperti orang yang baru saja ditolak oleh seorang gadis. Apa Gio hanya pura-pura?

"Kamu baik-baik aja?" tanya Naya kembali membuat pemuda itu terkekeh, malah kali ini tergelak.

"Baik Nayaaa, gue merasa baik-baik aja, karena gue jadi tau, kalau gue enggak perlu lagi berusaha buat bikin Agata luluh."

"Kok, jadi putus asa, sih? Agata mungkin sekarang belum bisa nerima kamu, tapi aku yakin, Agata pasti bisa nerima kamu nanti setelah dia sadar, kalau kamu terlalu ganteng dan baik buat ditolak."

Seketika Gio menatap wajah gadis itu, dan langsung saja dia tertawa lepas. Naya sangat berusaha menghiburnya, meski dia sama sekali tidak sedih.

"Kenapa ketawa?" protes Naya bingung dengan tingkah Gio yang tengah terbahak konyol. Tuhan, jangan bilang Gio sudah gila.

"Jadi lo ngakuin kalau gue ganteng dan baik?" Gio menaikturunkan alisnya seraya memasang wajah songong.

My Coolkas Boyfriend | ENDWhere stories live. Discover now