1. Jumpa

4.5K 204 13
                                    

Namaku Arindi, aku seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris yang duduk di semester 3 di Malang. Ahh sayangnya status sebagai mahasiswa Bahasa Inggris akan berakhir, karena aku mau memindahkan otakku untuk belajar Akuntansi. Semester ini adalah semester terakhirku di Malang. Kalau ditanya, kamu pindah kok gampang banget? Gak sayang uangnya? Tak sekali yang memberondongiku pertanyaan seperti itu. Bisa apa? Passionku bukan di situ, aku lebih nyaman berkeluarga dengan angka - angka yang kata orang menyebalkan itu.

Mohon izin memperkenalkan mayor, ini rekanita saya ....

Aku membaca status whatsapp temanku dengan menggelengkan kepala. Terkadang aku bingung, mengapa banyak sekali perempuan di luar sana yang sangat mengagumi para sosok lelaki berseragam. Seakan - akan, mereka enggan untuk mengencani lelaki yang bukan dari Prajurit. Padahal menjadi kekasih atau bahkan istri seorang abdi negara adalah bukan perkara yang mudah.

Bukannya aku mengutuk untuk tak mendapat kekasih seorang Abdi negara, aku tak bisa memungkiri kalau suatu saat takdirku akan sama seperti mamaku. Hanya saja, ketika aku melihat pengorbanan orang tuaku dalam mempertahankan sangatlah besar. Meninggalkan anak istri demi negara, untung saja zaman sekarang sudah ada ponsel canggih yang dapat melakukan video call, lah apa kabar zaman dulu? Apa yang mereka lakukan saat berjauhan seperti itu? Kata mama dan ayahku, dulu hanya bisa saling berkirim surat. Ahh aku tak habis pikir, mereka kuat sekali dan aku tau, itu tidak akan membuat rindu hilang dengan cepat, tidak.

30 menit aku berada di ruangan Dosen Pengamat Akademik kelasku, mendapatkan pertanyaan - pertanyaan yang memang harus aku jawab, lama sekali, mana dosen PA ku sangatlah perfectionist. Akhirnya, setelah bernegosiasi dan memberikan alasan demi alasan beliau memberiku jalan.

Berakhir di ruang UKM Kepenulisan adalah kebiasaanku ketika aku mulai mengenal dunia kepenulisan. Sekalian perpisahan mungkin. Perpustakaan? Bukan pilihan, aku hobby membaca, hanya saja tidak untuk tumpukan buku mata kuliah yang ada di perpustakan fakultas.

Seseorang melalui ruangan ini, dan aku rasa dia melihatku. "UKMP ada acara?" tanyanya.

"Enggak Mas, masih ngurusin SPJ acara kemarin, ada mungkin bulan depan."

Dia menganggu pelan, "lalu ngapain kamu?"

"Aelah, berisik Mas. Mau semedi di sini aku, siapa tau nemu wangsit yang super," jawabku sembari tertawa puas.

Dia hanya tertawa sembari melempar potongan penghapus yang ia bawa, tepat di atas hidungku. "Tak tinggal Rin, awas pojok kanan."

Seketika porsi humorku menurun. Aku mengambil ponsel yang ada di tas karena berbunyi. Satu pesan dari ayah.

Pulang kak? Gak ada acara kan di kampus?

Begitulah isi pesan yang masuk dari Ayah, selalu menanyakan apakah aku pulang atau tidak setiap hari Jum'at. Aku selalu berusaha untuk pulang, paling tidak kalau satu minggu sekali tidak bisa pulang ya maximal dua minggu sekali, bukan karena jaraknya tidak seberapa jauh, tetapi aku tidak akan pernah tahu, berapa lama lagi aku dapat menghabiskan waktu bersama keluarga? Mengingat pekerjaan Ayah yang ... ah kalian pasti tau lah. Resikonya besar.

Pulang yah. Ayah pulang jam berapa?

Mendapat tumpangan ketika pulang adalah hal yang menyenangkan, meskipun tak mendapat tumpangan langsung dari Terminal Arjosari, tetapi lumayan lah, Surabaya - Mojokerto mendapat kendaraan gratis. Aku tidak perlu berdiri di dalam bus hanya untuk menunggu tempat duduk kosong, apalagi di hari jum'at, bus selalu saja ramai. Pulang dan berangkat sendiri adalah menjadi rutinitasku. Selagi bisa sendiri? Why not.

Far ?Where stories live. Discover now