Cerita Pertama : Sebuah Nama

109 7 0
                                    

Kau tahu, istilah nama dalam diri seseorang itu teramat penting. Sejauh mana orang bisa menyebutkan namamu, seperti apa dirimu dimata orang lain, dan sebanyak apa mereka mengenalmu.

Mungkin hal sepele mengatakan hal demikian. Dan kebanyakan orang jaman sekarang seakan masa bodoh dengan orang lain. Kalian mungkin paham istilah harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, sedangkan manusia? Tentu saja meninggalkan nama mereka.

Berarti seseorang yang telah kehilangan namanya bisa berarti mati.

Atau ini, orang mati akan tetap hidup jika dikenang oleh yang mengenal mereka, tetapi apakah orang hidup akan tetap hidup ketika tak ada yang pernah mengenal mereka.

Cerita ini bermula saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, di sebuah kota kecil tempatku tumbuh ini ada beberapa cerita yang beredar.

Awalnya tak terjadi apapun, Cuma saja desas desus orang desa cepat tersebar.

Kisahnya bermula saat dua orang pasangan muda menikah, mereka tak di karuniai seorang anak pun. Kabarnya sang istri kabur dan melarikan diri kerumah orang tuanya, dan sang laki-laki yang sebatang kara bahkan tak memiliki sanak saudara karena dia adalah anak tunggal dan kehilangan kedua orang tuanya.

Hidupnya jadi tak beraturan, terlihat berantakan. Hidup di sebuah rumah kecil yang ia beli dari seorang nenek tua beberapa bulan ini. Dia seperti tak bekerja, menghidupi dirinya dengan berjualan telur ayam yang ia pelihara.

Orang sini bahkan tak kenal dekat dengannya. Pria itu berangkat tiap pagi, dan kembali tak lama kemudian. Membawa beberapa lusin telur ayam kampung yang memang lebih mahal dari telur ayam biasa.

Tak pernah ada interaksi, bahkan gossip yang menceritakan lelaki muda ini cerai pun kini tak pernah terdengar. Seolah tak pernah terjadi apapun, namun aku sering melihat lelaki ini bercengkrama dengan ayam peliharaanya di depan halaman rumahnya.

Sesekali ketika malam aku melihat cahaya televisi menembus dari kaca depan rumahnya. Bahkan malam hari dia tetap berada di rumah itu.

Hingga suatu siang, aku melihat lelaki itu bersikap aneh, kulihat tubuhnya seperti perlahan tembus pandang.

Hari berikutnya aku melihat lelaki itu mulai terlihat samar-samar. Bahkan tetangganya seakan tak tahu bahwa lelaki itu tinggal di sebelahnya, mereka asik berbincang di depan rumahnya tanpa sadar lelaki itu memandang kedua tetangganya itu dengan tatapan melotot seperti geram.

Seminggu kemudian, tak ada pengumuman apapun. Rumah itu benar-benar sepi sepenuhnya. Tak ada lagi sosok pria muda berikut ayam-ayamnya. Orang sini pun bercerita tak pernah ada seseorang tinggal di rumah itu.

Hingga aku naik ke bangku SMP, kini tak terdengar lagi lelaki muda penjual telur ayam yang tiap pagi mengirim lusisan telur kepasar.

Namun ketika malam hari aku berjalan di sekitar rumah itu, sayup-sayup aku mendengar suara televisi dan cahayanya menembus jendela rumah itu. Bahkan sesekali aku mendengar suara kokok ayam di rumah itu.

Yang paling parah, aku bahkan tak mengingat nama orang yang pernah tinggal dirumah itu.

Kumpulan cerita 99 horrorWhere stories live. Discover now