Cerita Keempat : Derap Kaki Diatas Tangga

71 1 0
                                    

Mungkin diantara kalian sering mendengar, membaca atau menonton hal ini di film. Tentang suara langkah kaki misterius dimalam hari.

Terutama bagi rumah-rumah berlantai ganda, sering sekali ada cerita tentang suara orang berjalan di tangga rumah pada malam hari.

Hal ini bahkan kutemui sendiri, karena nyatanya rumahku memang memiliki lantai dua. Diatas hanya ada dua buah kamar.

Kamarku berada dibawah, berada tepat di samping kamar kedua orang tuaku.

Entah dimulai sejak kapan, langkah kaki sering terdengar sewaktu malam dirumahku ini. Hal itu nampak lumrah dan terasa biasa.

Namun hari ini berbeda, aku harus keluar kamarku malam ini, kurasa bagian bawah tubuhku tak mampu lagi menahan air di kandung kemihku.

Jam menunjukkan 12 malam, aku memberanikan diri untuk bangun dari tempat tidurku. Sambil berusaha menahan hasratku untuk pipis.

Tap...tap...tap...

Itu dia!!

Terdengar suara kaki perlahan dari tangga rumah. Aku terhenti, tepat di depan pintu kamarku. Hingga membuatku tak tahan lagi, aku kembali membulatkan tekad.

Dengan berusaha berjalan sekuat tenaga aku menutup mataku dan berjalan kearah kamar mandi dibelakang, kulewati tangga itu.

"Kamu kenapa Hen?" seseorang memanggil namaku.

"Ah kakak!" ucapku lega.

"Kakak ngapain?" tanyaku ketika melihatnya mengambil beberapa potong kue dari lemari pendingin.

"Ngemil, lagian tiap malam juga gini kan," ucapnya polos, kakakku terlihat cukup cantik, rambut hitam terurai serta kulit seputih salju dan tatapan mata polos membuat siapapun yang memandangnya terpana.

"Hendra mau ngapain?" tanyanya sambil terus mengunyah kue itu.

"Mau pipis, ooh jadi selama ini suara kaki itu suara kakak?" kataku setengah tersenyum. Lega rasanya ternyata mitos suara kaki misterius itu ternyata hanya takhayul.

"Ah iya lah," dia menghabiskan potongan kue terakhirnya, sisa-sisa coklat terlihat melekat di bibir bawahnya.

"Eh kalau dah selesai pipis ambilin kakak jus dong," pintanya.

"Ah iya-iya," aku berjalan kearah kamar mandi.

"Oiya nanti kakak tunggu dikamar kakak yah hen," teriaknya.

. . .

Setelah puas, aku pun melakukan apa yang diperintahkan oleh kakakku.

Kubawakan jus itu perlahan ke kamar atas, bersebelahan dengan ruang seni ibuku yang memang seorang pelukis.

"Nih kak," aku menaruh jus itu di meja belajarnya, ruangan kakakku benar-benar ruangan seorang gadis, dinding bermotif bunga dan bau harum tercium dari dalam sana, beberapa boneka lucu dan sebuah tempat tidur kecil.

Kulihat kakakku hanya mengangguk, dan terlihat menulis sesuatu di sebuah buku di atas mejanya dengan serius.

Aku kembali kekamarku, dengan perasaan lega aku kembali tidur.

. . .

"Hendra, bisa tolong bantu ibu!" teriakan ibuku membangunkanku.

Hari ini libur, seperti biasa ibuku meminta diriku membantunya melukis.

"Tolong ambil beberapa penyangga kayu di gudang sebelah," pintanya.

"Baik bu."

Seketika aku terkejut, selama ini bukankah aku ini anak tunggal?.

Kulihat di kamar sebelah ruang kerja ibuku, hanyalah gudang dengan beberapa peralatan menulis.

Namun meja belajar tempat aku menaruh jus kemarin masih ada, terlihat selembaran kertas diatasnya.

"Terima kasih yah, Hendra!" tulisan itu adalah tulisan yang ditulis seseorang yang kukira kakakku.

Aku menoleh kearah lain meja itu. Dan seketika aku terkejut.

Sebuah lukisan gadis cantik, dengan rambut digerai hitam terlihat tersenyum manis di belakangku, berikut noda kue coklat yang terlihat di bibir bawahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kumpulan cerita 99 horrorWhere stories live. Discover now