16. gelar frustrasi

5K 903 134
                                    

Di sisi lain, tepatnya di asrama Yunani, ada seorang lagi yang juga mencari-cari di mana Jaemin.

"Daphne, apa yang kamu lakukan?" orang-orang yang lewat tidak bisa tidak bertanya pada sosok prefek yang saat ini terduduk di depan pintu utama asrama. Dia Zhong Chenle, prefek kelas 1 Yunani. Dia sudah berjaga di pintu utama dari pukul 7 sampai sekarang sudah pukul 8. Iya, dia melewatkan sesi konsultasinya malam ini.

Chenle tidak begitu membalas tiap pertanyaan yang dilemparkan padanya. Sungguh, kalau dia menjawab satu persatu, tidak akan ada habisnya!

Tapi benar. Sebenarnya, apa yang dia lakukan di sana? Dia tampak seperti orang yang tidak punya kerjaan....

Yah, katakan apapun sesuka kalian, tapi Chenle ini salah satu tipe orang yang akan mengutamakan tindakan. Dia akan menunjukkan kepeduliannya dengan tindakan. Dalam kasusnya ini, dia sedang menunjukkan kepeduliannya dengan menunggu Jaemin yang tidak kelihatan sejak sekolah berakhir. Entah ke mana Jaemin pergi, tapi Chenle siap menjadi orang yang menyambut Jaemin pertama kali begitu dia kembali.

Jangan berani sarankan untuk menelfon atau apapun itu, karena Chenle sudah mencoba dan Jaemin tidak mengangkat. Sudah berapa kali dia mencoba? Jari tangan kalian sudah tidak bisa digunakan untuk menghitung.

"...Kak Jaemin...." Chenle berbisik sambil melempar pandangannya ke luar gedung asrama, ke jalan gelap. Dia terus berharap akan ada sosok yang ditunggunya itu muncul dari sana.

Sambil berharap dan bertanya, dalam kepalanya dia juga terus berusaha untuk tidak mengingat perbincangan macam apa yang terjadi di antaranya dengan Jaemin baru-baru ini.

Soal Haechan.

Tapi apa mau dikata. Chenle terlalu ingat jelas tentang itu, tentang dia yang berkata pada Jaemin tanpa pikir panjang, 'Aku curiga memiliki gelar adalah salah satu syarat bagi murid yang ingin mendaftar di tengah tahun ajaran, makanya alumni Aphrodite itu bisa jadi murid baru'.

Pada kata-katanya yang masih berupa terkaan belaka, Jaemin waktu itu menggelengkan kepalanya sekali, lalu dua kali. Dia paksakan tertawa, 'Tidak mungkin, karena Haechan tidak punya gelar'.

Chenle waktu itu benar-benar seolah diburui sesuatu, sampai-sampai dia tidak menangkap apa yang sebenarnya ingin disampaikan Jaemin dengan menyangkal omongannya. 'Bagaimana kalau kak Haechan bohong? Bagaimana kalau sebenarnya dia punya gelar?', adalah yang dikatakannya pada akhirnya.

Dia terus menjabarkan hal-hal yang dirasanya aneh dari Haechan. Haechan yang pada waktu tertentu terkesan tidak tahu apa-apa, lalu di waktu berikutnya tiba-tiba jadi seolah paham semuanya. Haechan yang entah kenapa bisa mendapat segala keistimewaan untuk menjadi murid dari dua jurusan.

'Kalau harus menebak, kurasa, gelarnya juga Aphrodite'.

Jaemin langsung terdiam dengan mata membulat waktu Chenle bergumam demikian dengan pikiran yang masih mencari-cari. Chenle masih tidak sadar bagaimana Jaemin waktu itu pundaknya langsung jatuh dan kakinya lemas -paling tidak, sampai Jaemin lagi-lagi menyangkal dengan gelengan, disusul ringisan. '...mustahil... Haechan bilang dia tidak dapat gelar...', katanya. '...dia bilang... dia bilang dia tidak dapat gelar...'.

"Ahh!" Chenle mengusak kepalanya, menyalahkan dirinya sendiri karena dia telah membuat senior-nya itu hampir menangis kalau dia tidak membujuknya berhenti sambil minta maaf dan memperbaiki omongannya.

Sekali pun Chenle tidak pernah merasa berlebihan tentang Jaemin yang kemarin menangis soal itu -Chenle tahu dialah yang salah di sana. Jaemin sudah mengkhawatirkan soal ini selama setahun, dan Chenle yang posisinya seharusnya tahu kalau itu adalah topik sensitif, malah dengan sengaja menyentuhnya.

Akademi Onct ¦¦ Noren, Markmin, SungleWhere stories live. Discover now