E X T R A : Part [End]

145 30 120
                                    

"Ahhhh!!!"

Teriakan yang nyaring itu terdengar bergema bersama kepakan sayap burung dan kelelawar malam sehingga memecahkan suasana. Mereka yang sedang asik dengan dunianya dibuat berdiri cemas ketakutan.

"Eh! Suara apa itu?" ucap Riska yang langsung memeluk Gery dari belakang.

"Yaa! Gue juga denger," ucap Ros cepat, tubuhnya jadi bulan-bulanan kedua temannya di kala ketakutan. Ia hanya pasrah diapit kedua temannya yang tak seberani dirinya.

Eggi langsung berdiri melindungi Yenada yang berlindung di belakang tubuhnya. "Jangan panik!" walau kepanikan masih menghantuinya, Eggi tetap berusaha menenangkan teman-temannya agar tidak bertidak berlebihan menghadapi situasi.

Kalau tiba-tiba terjadi hal seperti ini, pasti Atta yang maju tanpa rasa takut sedikitpun, Pikiran itu merasuk ke dalam kepala Gery. "Biar aku yang check! Kalian tunggu disini!" Dia memberanikan dirinya dengan melepas pelukan Riska.

"Gak usah kemana-mana! Lagian kalo kamu pergi sendiri ntar kenapa-napa!" larang Riska yang menarik tangan Gery menahannya pergi.

"Tapi, siapa tau itu orang yang lagi butuh bantuan!" Pantang mundur Gery menahan rasa penasaran itu.

"Kamu juga gak tau siapa itu kan? Kalau kamu pergi, hanya Eggi yang menjaga kami disini!" Paksanya agar Gery mengurungkan niatnya.

Benar! Aku tak seberani dirimu Atta, apalagi saat mengambil keputusan. Rasa ini menghancurkan mentalku, Gery membatin.

Gery yang terus mempertimbangkan langkah yang harus ia ambil, akhirnya membuahkan jawaban. Ia memutuskan untuk menetap dan menjaga mereka.

***

"WOOF! WOOF!"

Aleta berlari sekencang-kencangnya menerobos hutan menjauhi binatang buas yang sedang kelaparan itu. Hingga keseimbangannya terganggu lantaran rasa takut yang memberatkan langkahnya, namun ia tetap berusaha melangkahkan kakinya.

Hutan mulai terasa menghimpit dada, pohon-pohon mengepungnya dengan cabang dan ranting yang menyebar kering. Jalan setapak pun hilang dari penglihatan. Namun, binatang buas tersebut tetap mengejarnya.

Aleta berusaha berlari lebih kencang, namun apalah daya ia menoleh, binatang buas itu sudah berada tepat di belakangnya. Kemudian binatang itu melompat dan menerkamnya dari belakang.

Sempat! sungguh sempat ia menghindar ke arah pohon di sebelah kiri, namun karena keseimbangannya sudah kacau, ia malah hampir menghantam batang pohon yang menyilang dan cabangnya meledes pahanya dan membuat celananya robek. Lalu ia terjatuh dan tak sanggup lagi ia berdiri karena luka dan rasa sakit di pahanya itu.

"WOOF! WOOF!"

Ia menoleh ke arah gonggongan itu, tepat di hadapannya sosok serigala buas kelaparan yang dari tadi tak henti mengejarnya. Serigala itu berlari hendak menerkam untuk kedua kalinya. Aleta yang tak mampu lagi menghindar hanya memejamkan matanya karena ketakutan dan membayangkan satu kata dalam kalbunya.

"BUGH!!!"

  Serigala itu terpental cukup jauh. Aleta membuka matanya dan melihat sosok pria yang berdiri membelakanginya, menghalangi cahaya bulan ke matanya. Ia menoleh ke arah serigala yang kembali bangkit lalu membuatnya cemas.

Bukannya kapok, sekarang Serigala itu malah mengalihkan targetnya ke arah pria yang menendangnya tadi. Ia pun berlari menerkamnya. Tak gentar pria itu menunggu terkamannya. Serigala itu melompat dengan mulut berlendir terbuka lebar dan taring tajam haus darah. Sebelum dilahap lebih dulu dengan cepat pria itu menendang tepat di bagian lehernya membuat binatang itu terpelanting kesakitan, kemudian pergi menjauh ketakutan.

Kertas Bahasa HatiWhere stories live. Discover now