Bab 6 Aku menghubungi Kejora

6.3K 217 6
                                    

          Aku pura-pura tidak tahu kalau itu adalah Panjul, tapi Panjul tidak tahan dicuekin dan langsung berdiri di depanku.

          "Bunda Cinta... aku tampan tidak?" tanya Panjul.

          Pertanyaan Panjul membuatku ingin tertawa, tapi aku tahan, karena jika aku kelepasan tertawa, takut ada tetangga yang melihat dari balik jendela, aku tidak menjawab pertanyaan Panjul, aku kembali ke dalam rumah. Aku mencoba mengabarkan Kejora, Ibunya Panjul.

           "Ra... anakmu ada di rumahku," tulisku dalam SMS.

           "Iya Bun, kemarin Panjul cerita, dia sudah ijin, katanya ingin membantu Bunda, barangkali ada serangan gaib," balas Kejora.        

           "Mungkin Panjul kangen sama Simba, Ra," balasku berbohong.

           Rupanya Panjul sudah semakin baik ibadahnya dan sangat peka, atau mungkin diam-diam Panjul sering main ke rumahku, tapi aku tidak pernah tahu.

           Kehadiran Panjul mengingatkan aku pada Kuntri, akhirnya aku menyuruh Panjul ikut mengajarkan anak-anak Tamrin. Dan Panjul bersedia dan sangat senang, apalagi anak Tamrin, banyak yang perempuan. Aku tidak ikut campur lagi masalah mereka, mau main, mau berkumpul, terserah saja, semua punya kehidupan masing-masing.

           Dua anak jin korban dari perilaku manusia yang menyimpang. Menghasilkan anak Jin dari Manusia. Sebenarnya bukan hal yang baru, ini terjadi sudah dari jaman dulu. Jika manusia memiliki iman yang tipis, pikiran sempit dan mau di perdaya jin, maka bisa terjadi hubungan antara keduanya.

           Aku mengajarkan Panjul dan Anak-anak Tamrin agar tidak menyukai atau jatuh cinta pada manusia. Alam mereka berbeda, sekuat apapun rasa kita kagum pada paras Jin, jangan sampai kita di perdaya nafsu dan mencintai jin.

           Aku mulai ingat anak Tamrin yang masih bandel dan tidak mau masuk islam. Aku manfaatkan kehadiran Panjul untuk membantuku. Panjul memiliki ilmu yang lumayan tinggi, saat dia terkurung bertahun-tahun dalam botol, Panjul bertapa dan mengolah tubuhnya sendiri menjadi jin yang kuat.

           Panjulpun rupanya di didik sosok yang berilmu tinggi agar Panjul tidak mudah di tangkap manusia yang tidak bertanggung jawab. Panjul aku bawa ke tempat sebagian anak Tamrin, yang tidak mau di Islamkan, aku berharap Panjul bisa merayu mereka yang sebagian jin perempuan.

           Panjul beraksi dengan gayanya. Panjul menyapa salah satu anak Tamrin yang bernama Kuntri yang paling galak, persis Ibunya. Panjul yang banyak tebar senyum langsung berkenalan.

          "Namamu siapa?" sapa Panjul

          Kuntri melihat Panjul langsung tertarik dan menjawab, "Kuntri... "

          Merekapun ngobrol, aku tidak tahu mereka membicarakan apa. Tapi Panjul berhasil membuat Kuntri nurut dan mau masuk Islam, Kuntri memberi syarat, asal selalu ikut kemanapun Panjul pergi.

          Kuntri jatuh cinta pada Panjul, namun Panjul rupanya belum mengerti tentang mencintai perempuan. Panjul anak yang baik dan humoris, dia lebih banyak senyum dan menghilang. Kuntri menyadari berhadapan dengan Panjul yang wajahnya tampan, Kuntri mulai ikut merubah wajahnya, yang tadinya berwajah amat menyeramkan, merubah dirinya cantik seperti peri. Kuntri langsung mendekati Panjul.

          "Panjul, aku ikut kemanapun kamu pergi, jangan tinggalkan aku, ya?" pinta Kuntri

          Melihat Kuntri berubah cantik seperti itu, Panjul justru tertawa, Panjul melihat Kuntri menjadi gadis yang amat cantik. Kuntri marah melihat Panjul tertawa, dan mengejar Panjul, mereka berlari dan terbang sampai Kuntri menangkap Panjul.

          Tapi Panjul memang usil, setelah tertangkap Kuntri, Panjul langsung diam, disaat Kuntri terus menerus memandangi wajah Panjul dan kagum pada Panjul, Panjul  merubah wujudnya seperti semula, dengan wajah jeleknya bertaring dengan telinga panjang, membuat Kuntri marah dan menghina Panjul.

          "Kurang ajar! ternyata kamu  jelek, rupamu buruk Panjul!" teriak Kuntri.

          Panjul tidak menjawab dan terus tertawa terbahak-bahak, dan Kuntripun ingin menarik telinga Panjul, namun Panjul lari dan merekapun kejar-kejaran lagi.

          Pemandangan yang lucu, Kuntri tidak sadar, kalau dia sendiri berwajah jelek, tapi malah menghina Panjul buruk rupa. Panjul tetaplah anak baik, meskipun dihina si buruk rupa, Panjul tetap tersenyum.

          Kuntri tidak perduli wajah Panjul seperti apa, Kuntri merasa nyaman bersama Panjul. Tapi Panjul malah menghilang dan meninggalkan Kuntri. Kuntri bersedih dan menangis, tangisan ini membuat telingaku seperti ingin pecah.

***

Pertemuan Jin Panjul dan Kuntri (Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang