9C

759 85 5
                                    

.
.
.
Keheningan masih terjadi didalam ruang kedap suara tersebut, sang lelaki pun hanya menatap layar laptopnya dengan beberapa arti seraya mencatat beberapa hal diatas kertas putih polos didepannya.

Sedangkan wanita itu terfokus akan buku tebal untuk ia pelajari, dengan pensil yang ia gunakan untuk menandai beberapa kalimat penjelas.

Tak ada suara yang berarti selain suara hembusan nafas teratur antara keduanya.

Jiyong pun melirik kearah kirinya dan kembali mengalihkan lirikannya pada layar bercahaya didepannya.

Suara jarum jam yang menandakan bahwa detik-demi detik tetap berjalan semana mestinya.

Tak terasa diluar sana langit yang tadinya cerah telah berganti menjadi gelap, bintang dan bulan pun mulai menghiasi didalam malam itu.

Keheningan terpecahkan saat suara dentuman jam arloji yang berbunyi dari atas meja CEO.

Sambil bergumam "akhirnya" ucap jiyong dan membereskan beberapa lembar kertas penuh dengan tulisan tangannya.

Sedangkan wanita dengan segera menutup buku tebal dan dimasukannya kedalam tasnya, lalu beranjak pergi.

Ia sempat melewati bosnya tapi tidak sedikitpun ia torehkan pandangan itu, kakinya tetap berjalan lurus untuk segera keluar dari penjara itu, dan membuka pintu sialan itu.

Dengan tatapan tajamnya jiyong mengikuti pergerakan wanita itu seraya tangannya memasukan beberapa dokumen kedalam tas kantornya, alisnya menyatu sambil menatap tajam wanita yang hanya lewat dihadapannya tanpa sedikitpun menyapanya.

"Apa aku tidak terlihat? Huh?" rancaunya saat sang sekretaris itu telah pergi dari ruangannya.

Ia pun menekan remote untuk mematikan segala penerangan diruangannya sebelum dirinya keluar dari ruang privatnya itu.

Sedangkan disituasi lain, dara pun dengan lega berjalan dikoridor kantor yang mulai sepi karna hanya beberapa karyawan saja yang lembur malam ini termasuk dirinya dan CEO di perusahaan ini.

Kaki jenjangnya memasuki satu pintu lift yang paling ujung, karna ia tidak mau ada seseorang yang ikut masuk kedalam sana.

Ia pun menekan tombol lift dan menutupnya, sebelum akhirnya satu pijakan kaki yang menghalangi pintu lift tertutup dan akhirnya terbuka kembali.

Jiyong.

Tatapannya terkunci pada lelaki berjas dan dengan tas yang ia bawa ditangan kirinya,serta remote mobil yang ia genggam ditangan kananya.

"Maaf"

Kedua mata dara pun terpaku menatap punggung datar itu dihadapannya, ya. Seseorang itu sekarang sedang menghalangi tubuh mungilnya dengan memunggunginya.

Bukan punggung itu yang menjadi masalahnya saat ini, tapi kata 'maaf' lah yang membuat dara mencoba berpikir.

"Kerja bagus hari ini"

Dara pun melongo mendengar ucapan kedua dari seseorang yang berdiri tepat dihadapannya.

Sedangkan orang itu masih mencoba menahan ketawanya karna pancaran ekspresi yang diberikan dara terpantul dari dinding lift itu.

"Kuharap, kerjamu ini ada hasilnya" kalimat terakhir yang ia katakan untuk wanita itu sebelum kakinya melangkah panjang keluar dari lift yang baru saja terbuka.

Kaki dara pun terhenti dan menatapi punggung itu yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Dia bicara dengan siapa?" tanya dara terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

The best choiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang