BAB 5

38.7K 2.7K 50
                                    

Yang katanya nunggu cerita ini update, ditunggu vote dan komentarnya ya mentemen😊

Give me support through your vote and comments, and I will be happy to say thank you❤

---

Mendatangi pesta petunangan sendirian itu memang bukan hal yang bagus mengingat jika kebanyakan orang akan datang secara berpasangan. Nadia menghela napasnya berat. Jika dia tidak akrab dengan si pemilik acara, ia bahkan akan dengan senang hati menghabiskan malam minggunya di resto. Apalagi Farah, adik Bosnya itu berkali-kali mewanti-wanti dirinya untuk hadir ke pesta sahabatnya ini, pesta pertunangan Alya dan Faiz.

Suasana ballroom hotel ini begitu ramai. Kebanyakan orang tentunya tidak Nadia kenali. Karena dia hanya mengenal pasangan yang tengah berbahagia itu.

Dress code acara ini adalah putih. Tepat seperti warna kesukannya hingga membuat Nadia tak kebingungan harus mencari pakaian yang akan dikenakannya, toh hampir seluruh lemari pakaiannya berwarna putih. Selain putih, Nadia juga menyukai warna hitam dan abu. Dan ya ... semua barang yang ia miliki tak pernah jauh dari tiga warna itu. Farah bilang, jika selera Nadia membosankan mengingat perempuan itu selalu menyukai warna apapun, termasuk merah. Warna yang paling tidak disukai Nadia. Entahlah, rasanya ... Nadia tak pernah merasa percaya diri ketika memakai pakaian berwarna merah.

Nadia melangkahkan kakinya lebih jauh untuk menghampiri pasangan yang tengah berbahagia itu. Keduanya memancarkan sinar kebahagian yang sangat jelas tercetak di raut wajahnya membuat Nadia yang melihatnya pun ikut tersenyum. Awal Nadia mengenal Alya itu karena Farah. Dikarenakan mereka yang sering keluar masuk resto bahkan sering mengajaknya untuk bergabung bersama membuat Nadia mengenal Alya dengan baik, sosok perempuan yang asyik diajak bicara.

"Selamat atas pertunangannya Mbak, Mas," ucap Nadia yang disambut baik oleh kedua mempelai.

"Ahhh Nadi... makasih udah dateng. Aku pikir kamu nggak bakalan dateng," seru Alya dengan antusias.

"Datenglah Mbak, masa nggak," jawab Nadia yang kemudian terkekeh kecil.

"Sama siapa? Sendiri aja?" tanya Faiz dengan usil yang hanya dibalas tawa oleh Nadi. Tak hanya dekat dengan mempelai wanita, karena Nadia pun mengenal mempelai pria.

"Yakin sendiri Nad?" tanya Alya membuat Nadia mengangguk. "Iyalah Mbak. Suka ngledekkan nih."

Alya maupun Faiz pun tertawa. Hingga beberapa menit kemudian Nadia memutuskan undur diri. Menikmati beberapa jamuan yang telah disiapkan. Masih melenggang seorang diri.

Begitu Nadia tengah mencari tempat duduk, terdengar seseorang yang memanggil namanya membuat dia menoleh. Dilihatnya, Farah yang tersenyum serta melambaikan tangan ke arahnya juga menginstruksikan supaya dia menghampirinya.

"Sendirian Mbak?" tanya Nadia seraya mendaratkan bokongnya di kursi, tepat di samping Farah. Satu meja ini terdiri dari empat kursi dengan meja bundar.

"Si Abi sok sibuk," gerutu Farah membuat Nadia mengulum senyumnya.

"Lo sendirian Nad?"

Nadia mendengkus pelan. Kenapa malam ini rasanya ia sering mendengar pertanyaan seperti ini. "Bisa Mbak liat sendiri," jawab Nadia yang kemudian mengangkat bahunya acuh. Lama-lama dia jadi kesal sendiri.

"Eh iya, tadi gue ketemu sama si Ghani. Lo masih inget dia kan?"

Nadia terdiam sejenak. Dia mencoba mengingat, apakah benar dia mengenal laki-laki yang bernama Ghani.

"Temen gue itu lho Nad yang pernah minta nomor lo," jelas Farah yang seketika membuat Nadia membulatkan mulutnya kemudian mengangguk.

"Tadi gue ketemu sama dia. Dan lo tahu nggak? Dia nanyain elo!"

Nadia's LifeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt