Chapter 25 (END)

17.6K 753 67
                                    

"Louis-san?" Panggil Saiki saat Louis masih duduk diam di sofa.

Louis menoleh pada Saiki yang duduk di sampingnya.

"Kamu sudah tenang?" Tanya Saiki sambil meremas pelan bahu Louis.

Louis mengangguk. "Tapi aku masih tidak sanggup melihat Reishi... melihat dia sesak nafas tadi... hatiku sakit sekali rasanya..."

Saiki menghela nafas. "Perjuangan kalian berat sekali, bahkan kalian belum setahun bersama."

"Apa kami bisa bertahan sampai akhir?" Tanya Louis pelan.

"Jangan pesimis begitu. Kalian pasti akan bersama sampai akhir hidup kalian."

"Saiki-san, terima kasih." Louis menatap Saiki yang tersenyum.

"Iya, sama-sama."

"Kamu benar-benar sahabatku yang terbaik." Kata Louis memeluk Saiki dengan erat.

"Hehehe, jadi malu. Keita juga membantu lho."

"Iya, Senpai sangat baik, tangannya sampai terluka karena Reishi."

"Keita dan Senpai sebenarnya dulu dekat, lho. Mereka juga satu SMA, tapi sejak semester baru ini karena sama-sama sibuk jadi jarang bersama."

"Benarkah? Kenapa Reishi tidak pernah cerita padaku?"

"Hmm.... tidak sedekat kita sih, tapi sering juga pergi dengan teman-teman yang lainnya, dan Louis-san... ada yang ingin aku katakan padamu."

"Apa itu?"

"Keita, dia juga mempelajari psikologi. Dan melihat Senpai tadi, Keita memberi penjelasan padaku bagaimana kondisi psikis Senpai," kata Saiki pelan.

"Kondisi psikis? Reishi?" Tanya Louis kaget.

Saiki mengangguk. "Begini, sepertinya Senpai tidak bisa mengendalikan emosinya, baik itu marah, sedih, atau bahagia dan cinta. Seperti tadi, aku yakin kalau Keita tidak menahannya, Senpai pasti sudah membunuh Mizuki. Ada beberapa orang yang memiliki psikis seperti Senpai, mungkin kamu bisa merasakannya selama bersama dia kan?"

Louis menatap Saiki tidak percaya. Kemudian mengingat bagaimana Reishi selama ini. Ya. Reishi begitu mencintainya dan selalu mengutamakannya. Ketika Louis di Osaka, Reishi seperti tertekan dan saat bertemu dengannya Reishi tak hentinya memeluk dan menciumnya, mengungkapkan kata-kata mesra padanya. Dan tadi, dia sampai tidak bisa bicara. Dan kena serangan panik.

"Louis-san, yang ditakutkan adalah, kalau kamu meninggalkannya, dia bisa... jiwanya bisa terganggu... rasa cintanya padamu tidak bisa dia kendalikan, begitu pula kekecewaannya bila kalian berpisah. Kamu harus menjaganya baik-baik."

"Kamu tidak bercanda kan Saiki-san?" Tanya Louis meremas bahu Saiki.

"Saiki tidak bercanda, itu benar Louis-san. Reishi-san sangat rentan. Dan setauku, ini tidak bisa diobati, seperti gen, menurun dan susah untuk dihilangkan. Jadi caranya hanya satu, jaga perasaan Reishi-san. Setelah ini, misalnya ada masalah lagi, cepat tenangkan dia. Sekarang saja psikis Reishi-san sedang terguncang. Dia butuh beberapa hari untuk menenangkan diri, dan kemungkinan dia akan trauma dengan kejadian seperti ini, maksudku kalau dia melihat seseorang memegang pistol, di depannya atau di film, dia pasti akan panik." Kata Keita yang ikut duduk bersama Louis dan Saiki.

"Senpai, aku harus bagaimana? Kasihan Reishi..." kata Louis dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu hanya perlu terus bersamanya, dan jadi kekuatannya. Dan semua akan baik-baik saja." Jawab Keita sambil tersenyum.

How To Say I Love You (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang