CHAPTER 35 [OH GOD]

5.3K 253 27
                                    

"Terkadang, lo cuma perlu nangis dan teriak sekeras-kerasnya buat nyalurin semua yang lo rasain ketika gak ada lagi satu hal yang bisa lo lakuin."

Setiap orang pasti mempunyai masalah. Entah itu besar ataupun kecil. Mereka yang mempunyai masalah terkadang lebih suka menyendiri atau membagi masalah mereka dengan orang terdekat.

Begitupun dengan gue. Saat ini, gue lagi berada di ruang rawat bunda. Menatap kosong ranjang bunda dari daun pintu tanpa beranjak sedikitpun sejak limabelas menit yang lalu. Gue masih bimbang. Antara cerita ke bunda, atau tetap memendamnya sendiri. Kalo gue cerita, gue takut bunda bakal kepikiran masalah gue di alam bawah sadarnya. Karena dari yang gue baca di internet, meskipun seseorang dalam keadaan koma, otak orang itu akan aktif bekerja dan tetap mencerna apa yang didengarnya dari luar. Walaupun samar.

Tapi kalo gue gak cerita, gue gak yakin kalo gue bakal kuat buat sekolah besok. Nampakkin muka gue dihadapan orang-orang yang udah gue bikin kecewa.

Tap...

Akhirnya gue melangkah. Memilih mencurahkan semua masalah gue pada bunda. Karena selain bunda, gue gak punya lagi tempat buat mengadu.

"Bunda.." gue berkata lirih. Gue duduk di kursi lalu meletakkan ransel di samping kursi. Sebelah tangan gue menggenggam tangan bunda erat.

"Bunda.. Vey mau cerita. Bunda.. Vey capek. Dari kemarin masalah terus dateng..." gue menjeda ucapan gue. Lalu kembali melanjutkannya. Agak ragu buat melanjutkan cerita gue. Soalnya ini tentang cowok.

"...Vey lagi marahan sama pacar Vey,.. Iya bun. Pacar. Vey udah punya pacar. Udah dua bulan pacaran. Bunda pasti ledekin Vey mulu kalo tau Vey punya pacar. Hehe....." gue kembali menjeda. Menarik nafas panjang ketika merasakan sesak yang tiba-tiba menyerang.

"...belakangan ini, banyak gosip beredar kalo dia punya hubungan khusus sama Nata. Sahabat Vey. Awalnya, Vey gak mau percaya. Tapi semakin hari, Vey malah dapetin banyak bukti kalo dia emang selingkuh... Bunda.. Vey gak mau dia selingkuh. Vey udah nyaman dan sayang sama dia. Dia yang buat Vey move on dari Sammy, walaupun belum sepenuhnya.." gue menjeda kalimat untuk sejenak menatap wajah damai bunda. Lalu, gue meletakkan kepala gue di sisi ranjang dengan tangan bunda yang gue letakin diatas kepala dan membuat gerakan mengelus-elus. Gue tersenyum tipis. Rasanya nyaman. Walaupun elusan ini gue yang buat, gue tetap bahagia. Seenggaknya gue masih bisa ngerasain usapan tangan halus bunda lagi. Sebelum terbuai dengan kenyamanan yang gue buat sendiri, gue pun melanjutkan cerita gue. Kali ini, senyum di bibir gue memudar.

"...tapi, itu bukan masalah besarnya. Masalah Vey sama Rion gak ada apa-apanya. Bunda.. Vey berantem sama Vio dan Mila. Vey gak mau kehilangan mereka. Vey gak siap dan gak pernah siap kalo mereka ninggalin Vey. Apalagi dalam waktu yang bersamaan. Bunda..hiks.. Kalo gak ada mereka, Vey ngerasa sendirian di dunia ini.. Hiks... Vey.. Vey gak mau sendirian... Vey kesepian bunda..hiks." ucap gue dengan isakkan tertahan. Mata gue terasa panas. Dan pandangan gue blur karena air mata yang menggenang di pelupuk mata gue. Saat gue berkedip, air mata gue menetes jatuh dan gue pun menangis terisak di depan bunda.

Cengeng?. Mungkin iya. Gue gak bisa nahan semua keluh kesah gue dihadapan bunda. Air mata yang gue tahan sejak lama gue tahan, meluruh begitu saja.

Beberapa kali gue menyeka air mata gue tapi tetap aja air mata gue terus mengalir. Gue gak mau kelihatan lemah di depan bunda. Gue gak mau bunda sedih karena ngelihat gue sedih.
Gue menekan wajah gue ke permukaan ranjang untuk meredam isak tangis gue.

I'm Troublemaker ✅Where stories live. Discover now