ep 9

16 7 0
                                    







Hari Minggu ini aku menghabiskan waktu di rumah sakit. Menemani Hyunjin yang kemarin lusa sudah bangun dari tidur panjangnya.

Melihat beberapa bagian tubuhnya yang dilapisi perban dan plester membuatku miris, tak kuat merasakannya apabila aku menjadi Hyunjin. Walaupun kami kembar bukan berarti aku ingin menggantikan posisinya yah, walaupun dia dalam keadaan seperti ini aku penyebabnya.

" Sakit ?," Hyunjin sedikit menolehkan wajah kepadaku karena lehernya belum pulih benar, "Nggak, cuma kayak digigit semut betina aja," kenapa masih bisa receh juga,sih.





" Tunangan lo nggak jenguk gue ? ".

" Tadi kamu tidur waktu dia nganterin aku ke sini".

" Oh, gue kira hari Minggu masih acting ".

" Ck, kamu istirahat aja, baru bangun juga. Udah ngurusin orang aja ".

" Yang gue urusin calon kakak ipar, bukan orang lain. Itu juga kalau nanti jadi ".

" Dasar ba—," belum juga menyelesaikan ucapanku, pintu ruangan terbuka dan menampakkan seseorang yang membuat Hyunjin menyeringai sok misterius.






" Woy, brother," aku berdiri dari tempatku memberi ruang untuk Lucas agar lebih leluasa bicara dengan Hyunjin.

" Lo kalau mau balik bilang dulu kali. Jadi, nggak ketemu gue kondisi begini ".

" Otak lo geser apa ? Emang musibah bisa di rencanain," tumben Lucas benar.

" Senggaknya lo nggak lihat gue sekarat ".

" Hustt Hyunjin," aku menatap datar adik gilaku itu, masih saja hidup dan matinya dibuat lelucon.

" Hehehehe, maaf kakak ku antik. Janji deh diulangin nanti," dasar bebal, aku mengacuhkan mereka berdua dan memilih duduk di sofa yang ada di ruangan ini.

Mereka berdua terus berbicara absurd bahkan dari sini aku hanya bisa menggelengkah kepala mendengar topik yang dibahas tidak ada satu pun yang waras. Sampai dokter dan perawat masuk menghentikan obrolan gila itu.

Lucas menghampiriku dengan senyuman yang menampakkan semua giginya, sepertinya dia sedang senang.





" Apa ?," tanyaku saat dia sudah duduk dan bersandar di bahu kanan ku.

" Nggak apa-apa. Lagi senang aja," aneh —pasti ada yang tidak beres.

" Khei ".

" Hehehehe, rahasia dong sayang, " aku menghela napas sejenak jika Lucas sudah seperti ini, aku hanya bisa diam dan melihat nanti apa yang akan dia lakukan.

Aku kembali fokus pada Hyunjin yang mendapat berbagai ceramah pagi dari dokter yang melakukan operasi pada dirinya dua minggu lalu. Aku menahan tawaku saat melihat wajah Hyunjin yang terima tidak terima harus menjauhi hal-hal yang dia sukai termasuk mengendarai motor kesayangannya, humpftt.








Pagi ini aku kembali menjalani rutinitas ku untuk ke sekolah. Dan sepertinya aku tak ingin berangkat ke sekolah karena tunanganku bertekad untuk berangkat bersama setelah malam sebelumnya hampir dua jam kami berdebat. Sungguh tidak bermanfaat sekali malam ku kemarin.

Aku duduk berhadapan dengan Jaehyun oppa dan Seungmin —mereka berdua menikmati sarapan dan tidak saling bicara membuatku juga diam seribu bahasa.

Kebiasaan kami semua saat makan adalah diam dan menikmati makanan karena kata Ayah itu termasuk hal yang mensyukuri nikmat yang kita terima selama hidup.

Setelah menenggak air putih hingga setengah gelas, aku beranjak dan mengambil tasku yang berada di sofa ruang santai. Lalu, kembali ke ruang makan untuk berpamitan dengan Jaehyun oppa.





" Hati-hati, nanti pulang chat kakak aja. Nanti kakak jemput sekalian," ucapnya ketika aku hendak melangkah meninggalkan pintu ruang makan, " Iya, nanti aku kabarin".

Ketika membuka pintu utama seperti yang kuduga dia sudah bersandar santai di motor yang dia tumpangi sambil bermain ponsel yang aku yakini sedang bertarung dengan Haechan.

" Game-nya terusin nanti kalau udah sampai. Tiga puluh menit lagi masuk nih," dia mengangkat kepalanya saat menyadari keberadaanku dan dia tersenyum, membuat wajah tampannya semakin tampan saja.












" Morning fiance ".

















CUT

;)

i love my scenarioOnde histórias criam vida. Descubra agora