Bab 13

104K 6K 181
                                    

ya ampun gak sampai 1 jam commentnya udah 40 hahahahha padahal ingin lanjutin besok tapi demi reader setia aku lanjutin ah malam ini.

****

Aku berjalan keluar meninggalkan ruang kerja Revon, dengan kaki gemetar, flashback semuanya memutar dikepalaku. Pertemuan pertama Revon, Suri, Bagas dan aku dikamar inap ketika Revon sakit selesai operasi.

Revon memperkenalkan Suri sebagai tunangannya, padahal Suri istri dr. Bagas, dan dr. Bagas dikenalkan kepada Suri sebagai tunangan Revon padahal dr. Bagas suami Suri. Arghhhhh pusing, pelan –pelan Runna, pelan – pelan merangkai semuanya.

Aku terduduk disofa, ternyata ini konspirasi yang dibicarakan Suri. Kehamilanku ini semua tanggung jawab mereka bertiga, Revon, Bagas dan Suri, tapi kenapa… kenapa mereka melakukan itu. Revon sungguh tega kamu melakukan ini, apa salah aku.

Suri kamu sahabat aku, tapi tega menusukku dari belakang, apa kamu lupa siapa yang membuatmu sukses seperti sekarang. Aku….. aku, tapi kamu tega!!!. Aku harus meminta penjelasan mereka.

Aku memegang foto itu dan memasukkannya kedalam kado tadi dan menunggu Revon pulang dari kantor, aku juga menyimpan sebilah pisau cutter, jika aku tau dia ayah bayi ini aku akan bunuh dia.

Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam, belum ada tanda – tanda kepulangan Revon. Dengan sabar aku menunggunya. Semua semakin jelas, mereka bersengkokol membodohiku dan merusak hidupku.

Cklek…

Aku mendengar bunyi pintu masuk dibuka, itu dia bajingan itu sudah pulang. Sabar Runna nanti dulu, rayakan ulang tahunnya mala mini dulu, ulang tahun terakhirnya.

“malam Beb, udah makan belum ini aku bawakan sate pesanan kamu tadi pagi” dia melihatkan bungkus sate kearahku.

Aku tersenyum tipis, jijik melihat wajahnya. Wajah penuh kebohongan dan aku tertipu dengan semuanya.

“aku masak untuk merayakan ulang tahun kamu, surpriseeee… suka kan kejutannya” kataku dingin.

“kamu tau aku ulang tahun hari ini, makasih ya beb” dia mendekatiku dan menciumku. Ciumlah karena ini ciuman terakhir buat kamu.

“ayo makan nanti makanannya dingin, setelah itu kita potong kue dan buka kado” kataku sambil duduk.

Revon ikutan duduk didepanku dan senyum gak berhenti tersungging di bibirnya. Cih senyum penuh kebohongan, aku benci dan jijik.

“enak gak rendang buatan aku?” tanyaku

“enak banget beki dimana?” tanyanya

“aku bikin sendiri tapi resep dari mami” jawabku

“wah makin hebat ya kamu sekarang masak, rasanya sama persis dengan masakan mami” katanya bangga.

“iya aku belajar tadi, enak ya? Nikmatin selagi kamu bisa” kataku menyindirnya

“ya bisa lah kamu kan udah bisa masaknya, kalo aku mau aku minta kamu masakin lagi, bisa kan?’

“gimana ya aku gak janji bisa masakin lagi, takut gak punya waktu lagi”

“emang mau kemana” tanyanya

“gak kemana-mana disini saja” kataku pendek.

“nah makan udah, sekarang potong kue lagi, ayo nyanyi” kataku kearahnya sambil menyalakan api di lilin.

Kamipun bernyanyi dan dia meniup lilin dan memanjatkan doa dengan khusuk.

“apa doanya von? Boleh aku tau?”

5. Mencari Ayah AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang