4. PAGI ITU by Zaenal Arifin

36 5 0
                                    


TITTLE : PAGI ITU
AUTHOR :  Z A E (donatbertaburwijen / ZaenalArifin08 )

👻👻👻

Kamis 30 Agustus 2018,

Pagi itu aku sedang bersiap menulis cerpen untuk lomba tingkat grup whatsapp. Keringat mengucur deras di wajahku, karena aku belum menulis satu patah kata pun. Kemudian aku coba memperhatikan sekelilingku, kerena siapa tahu ada hal lucu yang bisa aku tulis.
Sial! Nggak ada yang lucu di kamar ini. Otakku terus berpikir dan berpikir, apa yang harus aku tulis? Apa aku harus menulis cerita tentang kisah cinta tokek dan naga? Atau kisah Aisah yang jatuh cinta pada jamilah? Damn! Itu nggak lucu. Ok, kalo aku gak dapet inspirasi di sini, pasti di luar sana banyak inspirasi.
Kemudian aku berjalan ke arah jendela untuk melihat situasi dan kondisi di luar. Setelah berada di depan jendela, aku buka jendela itu dan boom, apa yang aku lihat? Aku melihat tukang somay sedang mendorong gerobaknya.

“Astagfirullah gak lucu. Masa harus nulis tukang somay dorong gerobak,” ucapku.

Aku terus memperhatikan secara detail tukang somay itu. Dimulai dari celana yang ia pakai, topi yang ia gunakan untuk menutupi botaknya, dan bajunya.
Tunggu dulu, itu dia bajunya. Mataku kini tertuju pada baju yang ia kenakan.

“Abang somay. Apa abang tahu perasaan somay-somay yang abang dorong? Mereka bahagia karena abang selalu mendorong mereka, mereka bahagia karena mereka yakin bahwa abang sangat mencintai mereka. Tapi kenapa? tapi kenapa mang malah pake baju bertuliskan cilok is my life? Kenapa bang? Kenapa? mereka tuh gak bisa abang gituin,” teriakku sambil menangis. Sementara abang somay itu melihat ke arahku, sembari memperlihatkan senyuman tanpa dosa.

“Bang, abang jahat sama somay somay itu!” bentakku kepada abang itu.

“Memangnya, somay somay itu siapa? Apakah mereka pantas aku hargai?” sahut abang somay itu.

“Abang, mereka telah menganggapmu sebagai saudara, dan merekalah yang membuatmu bisa bertahan hidup sampai saat ini!” teriakku dari jendela.

“Kalau begitu, aku akan memutuskan ikatanku dengan mereka!” balas abang somay.

“DASAR! Abang somay!” teriakku.

“ Bocah sableng!” teriak abang somay.

“Abang somay!” teriakku kembali.

“Bocah sableng!” balasnya.

“Rasengan!” teriakku sembari melompat.

“Chidori!” sahutnya sembari melompat juga.

Pertarunganpun tak bisa di hindari , aku dan abang somay saling balas serangan. Dia mencoba memukul kepalaku, tapi untung saja aku masih bisa menangkisnya, dan kini giliranku untuk coba memukul kepala abang somay, tapi sayang, pukulanku hanya mengenai topinya.

Setelah serangan pertamaku gagal, kemudian aku berlari menjauh darinya, sembari memikirkan rencana serangan berikutnya.

“Ternyata kemampuanmu boleh juga, Nak,” ucapnya sembari tersenyum.

“Aku?” tanyaku padanya.

“Iya kamu, bego!” bentaknya.

“Jadi duta shampo lain?” balasku sembari tertawa terbahak bahak.

“Anjir, dasar bocah sableng!” bentaknya.

Kini kami saling berhadapan di atas genteng. Tapi ketika otakku terus berpikir bagaimana cara mengalahkannya, tiba tiba aku ingat, kalau cerpen yang aku tulis itu cerpen lucu bukan cerpen aksi.

“Kenapa aku baru ingat sekarang,” rintihku dalam hati.

"Hey bocah sableng, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya abang somay.

Aku kemudian menjelaskan kepada abang somay, kalau aku sedang menulis cerpen lucu bukan cerpen aksi.
Mendengar penjelasan dariku abang somay kemudian berjalan menghampiriku, “Hey bocah sableng, kenapa kau tidak bilang dari awal?” tanya abang somay.

“Habisnya aku terlalu terbawa suasana bang,” jawabku sambil menundukan kepala.

“Kalau begitu, mari kita duduk dan mencari ide untuk cerpen lucumu,” pinta abang somay.

Akhirnya, aku dan abang somay pun duduk di atas genteng sembari mencari bahan lucu untuk cerpen yang aku buat.

“Bagaimana kalau bahas kepala abang yang botak?” tanya abang somay.

“Bahas kepala botak sepertinya gak akan lucu bang,” jawabku lemas.

“Hmm ... sebenarnya, abang punya rahasia di balik kebotakan abang,” ucap bang somay.

“eh, rahasia apa bang?” tanyaku dengan penuh rasa penasaran.

”Sebenarnya .... Abang masih punya tiga helai rambut di kepala abang,” terang abang somay sambil menunjukan kepalanya.

“Anjir, sumpah itu gak lucu abang botak!” bentakku.
Tak terasa hari semakin sore, dan aku masih belum menemukan ide apapun untuk aku jadikan cerpen.

“Dek, menurut abang kamu hanya perlu menulis apa yang kamu pikir lucu. Abaikanlah selera humor orang lain, kamu harus berusaha dan jangan pantang menyerah.”

Mendengar perkataan abang somay semangatku kembali tumbuh, aku tidak akan pernah menyerah untuk menyelesaikan cerpen lucu ini.
Akhirnya sore itu aku kembali ke dalam kamar, dan abang somaypun kembali berjualan.
“Pertarungan tadi membuat badanku bau keringat, kalau begini tadi harus bagai mana lagi? Aku harus mandi,” gumamku dalam hati.

Tapi tiba tiba .... “Kring! Kring! Kring!” bunyi alarm di hpku.

“Astagfirullah,” ucapku dengan kaget. “Tadi aku mimpi? “ tanyaku sembari melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 07:00.
Rupanya yang aku alami tadi hanyalah sebuah mimpi. Ya, mungkin itu karena semalam aku terus kepikiran tentang lomba cerpen di grup whatsapp.
Aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan ke arah jendela. Disana, aku melihat tukang somay yang ada dalam mimpiku tadi. Tapi tidak seperti dalam mimpi, kali ini baju yang ia kenakan hanyalah baju hitam polos tanpa ada tulisannya. “huh, syukurlah ...,” gumamku dalam hati.

Selesai.....

👻👻👻

Jika kalian menyukai cerita ini silakan di Vote ya, atau kirim ke laman pesan saya dengan format
(KETIK) REG (SPASI) NAMA AUTHOR (SPASI) JUDUL CERPEN.

INI CHALLENGE CERPEN, TOLONG PARTISIPASINYA YAAA..

KUMPULAN CHALLENGE CERPEN BULANAN MEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang