Goresan 3

98 3 0
                                    

ARTA Pramandanu mengembuskan napas lega saat keluar dari dalam mobilnya. Pandangan matanya berkeliling, menyapu setiap bangunan yang terlihat di sekolah barunya, SMA TARUNA. Seragam putih abu-abunya dia rapikan sebelum menyampirkan tas di bahu kanannya. Dia mengambil napas panjang lalu mengembuskannya dan tersenyum lebar. Ini hari pertamanya bersekolah di tempat yang dulu dia impikan.

Arta berjalan membelah kerumunan siswa yang memandangnya dengan pandangan penasaran. Alis Arta terangkat tinggi ketika melihat seorang gadis berjalan perlahan mendekatinya. Gadis itu sudah berada di depan Arta, dia melihat banyak siswa yang sudah mengelilingi mereka berdua.

"Arya?"

Arta dapat mendengar gadis itu memanggil dirinya dengan nama saudara kembarnya, Arya Pramandanu. Dia mengerti, gadis ini salah paham. "Sorry?" kata Arta, menanggapi. "Kamu salah orang, aku bukan Arya."

"Bukan?" cicit gadis itu lirih.

Arta melihat name-tag di seragam kiri gadis itu, Feronicha Diandra. "Aku Arta, Arta Pramandanu," kata Arta, menjelaskan. Arta bisa melihat cairan bening berkumpul di sudut mata Feronicha. Dia mendengar Feronicha tertawa, miris. "Aku lupa, Arya sudah pergi," ucap Feronicha pada dirinya sendiri.

Arta berdehem. "Well, aku saudara kembar Arya, Arta Pramandanu, asal kamu tahu," kata Arta memberitahu.

Feronicha mendongak melihat Arta yang menaikkan bahu padanya, dia mengusap sudut matanya yang berair. "Sorry, Arta," ucap Feronicha. Feronicha merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol emosi ketika melihat Arta yang dia sangka adalah Arya. Apa sebegitu rindunya dia pada sosok Arya yang sudah pergi sejak dua tahun yang lalu?

"It's ok," Arta mengangguk mengerti. Dia melihat Feronicha dengan lekat, sekarang dia tahu siapa gadis itu. Feronicha adalah gadis yang selalu diceritakan Arya ketika dia mengunjunginya dulu. Akhirnya dia bisa bertemu gadis yang membuat saudara kembarnya jatuh cinta hingga dewa kematian datang menjemputnya.

Feronicha mengulurkan tangan pada Arta. "Aku Feronicha Diandra."

Arta tersenyum kecil dan membalas uluran tangan Feronicha. "Seperti yang kamu tahu, aku Arta," balas Arta. "Saudaraku banyak bercerita tentangmu, tentang gadis manisnya. Gadis yang membuatnya bertingkah konyol hingga ia kehilangan nyawanya."

Feronicha terkejut, kemudian tersenyum murung. "Andai waktu bisa kuputar, aku tidak akan membiarkannya pergi," gumamnya.

Arta menarik kembali tangannya, mengamati Feronicha dari bawah ke atas lalu sebaliknya dan menepuk pelan puncak kepala Feronicha. "Kalau aku jadi Arya, mungkin aku akan melakukan hal yang sama."

Mereka terdiam beberapa saat. "Dia sempat berbicara denganku sebelum dia... pergi(?)" gumam Arta ragu, menambahkan.

Feronicha tertawa hambar. "Ya, dia sudah pergi." Pergi dari sisinya, dari keluarganya, dan dari dunia ini untuk selamanya.

"Dia berbicara tentang gadis manisnya yang tidak bisa dia jaga lagi," kata Arta. "Dia menitipkanmu padaku."

Feronicha mendesah pelan. "Kemarin Alvero dan Didi yang mengucapkannya. Sekarang, saudara kembarnya mengucapkan hal yang sama," gumam Feronicha, lirih. "Aku baik-baik saja, Arta."

"Tapi, aku perlu melakukan permintaan saudaraku," bantah Arta, melihat Feronicha serius. "Sorry, itu permintaan pertamanya padaku," gumam Arta, lirih.

Feronicha menggeleng. "Aku mengerti. Tapi, aku baik-baik saja," ucap Feronicha, meyakinkan. "Sungguh."

"Kamu sungguh keras kepala," desah Arta, berjalan meninggalkan Feronicha. Arta bisa melihat tidak ada lagi kerumunan siswa yang mengelilinginya, hanya sekumpulan kecil dari penggosip yang masih penasaran dengannya.

Feronicha tertawa, melangkah mengikuti Arta. "Kamu orang ke dua yang mengatakan hal itu," kata Feronicha, berjalan disamping Arta.

"Oh, ya?"

"Ya."

"Siapa yang pertama?" tanya Arta penasaran.

Feronicha tertawa kecil. "Siapa lagi?" jawab Feronicha, seperti sebuah pertanyaan.

Arta mengalihkan pandangan dari Feronicha dan tersenyum simpul. "Sekarang aku mengerti alasan Arya menitipkan dirimu padaku," kata Arta datar.

Feronicha menoleh pada Arta dengan mata melebar. "Benarkah?"

"Ya."

"Apa alasannya?" tanya Feronicha.

Arta berhenti dan memandang Feronicha yang melihatnya dengan penasaran. "Karena kamu terlalu kacau untuk seseorang yang ditinggal pergi," kata Arta.

Feronicha memutus kontak mata mereka dan menunduk melihat ujung sepatunya. "Apa terlihat jelas?" tanya Feronicha lirih.

Arta menyentuh dagu Feronicha, mengangkatnya hingga dia bisa melihat mata indah Feronicha. "Arya tidak akan suka melihat wajah sendu dari gadis manisnya ini," kata Arta. "Karena itu, Arya menitipkanmu padaku agar aku bisa mengembalikan senyum manis milik gadisnya, karena kamu akan terlihat sempurna dengan senyum itu."

Feronicha tersenyum melihat senyuman Arta untuknya. "Terima kasih."

"Kembali kasih, little snail." Balas Arta.

Feronicha menaikkan alisnya tinggi. "What?"

"Well, panggilan sayang untukmu, maybe," kata Arta, mengangkat bahu acuh.

Arta tersenyum lebar melihat Feronicha tertawa kecil, menganggap panggilannya adalah sebuah lelucon. Dan di akhir bulan Juni sekaligus awal dimulai kelas baru SMA-nya, di sana Arta Pramandanu pertama kali bertemu dengan Feronicha Diandra.[]

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sepasang Pena UsangWhere stories live. Discover now