Bagian 6

661 59 2
                                    


Mohon maaf untuk keterlambatan update :)
.
.
.
.
.

“Kau yakin mata-mata itu Valid?” tanya Raera meremehkan, “Seperti yang kita tahu Para Persia itu licik dan penuh tipu muslihat” lanjutnya.

Leonidas terbahak ditempatnya duduk, matanya menyipit menatap Raera “Jangan terlalu berlebihan membenci mereka Rae, sebagian darahmu adalah mereka” ucap Leonidas sambil terseyum meremehkan.

.
.
.
.
.
.

Pagi menjelang dengan sangat cepat,  utusan dari Iran telah tiba beberapa saat lalu dan kini mereka tengah beristirahat sejenak sebelum kembali berkuda.

Thabit termenung menatap orang terpercaya nya yang kini tengah tertidur beristirahat akibat pengaruh ramuan obat. Ia hanya tak menyangka bahwa Than dengan mudahnya mengkhianti dirinya.

Dirinya tentu masih ingat bagaimana ia menemukan Than, Kliaz, beserta Zhuan di rumah budak dengan tubuh kurus kering dan kelaparan.
Hari itu dirinya di bebas tugaskan dari latihan sebagai calon Immortal's kemudian ia memutuskan untuk berjalan-jalan di ujung perbatasan dan tanpa sengaja menemukan mereka tengah berlari keluar dari rumah budak dengan tubuh kurus kering.

Ia mengenal baik ketiganya Than yang pemeberontak dan pemarah, serta Zhuan yang pendiam dan Kliaz yang humoris, ia juga mengajarkan seluruh kemampuan yang di milikinya pada mereka tanpa imbalan sedikitpun.

Thabit menghela nafas panjang, bagaimana pun dirinya harus mencari tahu apa alasan Than sehingga berbalik mengkhianti dirinya.

“Pang... li..mahh” suara lemah di samping nya menyandarkan Thabit dari lamunannya, ia segera menunduk menatap Kliaz yang mencoba untuk duduk.

“Berbaringlah Kliaz kau masih lemah”

“Maafkan saya Panglima, seharusnya sebagai Immortal's saya tidak selemah ini” ucapnya serak

“Aku memaklumi mu Kliaz”

“Than.. beberapa hari sebelum kami berangkat mengantarkan Yang Mulia Ratu ia tampak aneh, dan juga tusukan yang dibuatnya tidak mengenai organ Vital, padahal saat itu saya tengah lengah dan tidak fokus”

“Sudah kuduga pasti ada maksud lain dibalik pengkhianatan nya, kau tenang saja dan beristirahat lah aku dan Zhuan akan mengurus semuanya”

...................

“Thabit..” suara lembut itu mengalun di belakangnya

“Yang Mulia Ratu”

“apa anak buahmu baik-baik saja?”  lanjutnya lagi

“Ia baik-baik saja Yang Mulia hanya perlu beristirahat beberapa waktu” balas Thabit sambil menunduk

“Baguslah” ucapnya sambil tersenyum. “Terima kasih Thab telah menjagaku selama ini, sebentar lagi aku akan berangkat ke Iran. Aku titipkan Altan padamu” lanjutnya lagi

“Tentu saja Yang Mulia, dan ini titipan dari Yang Muli Raja untuk anda, beliau berpesan bahwa gulungan ini jangan dibuka sampai ia kembali menjemput Yang Mulia Ratu setelah selesai perang” Thabit diam sejenak kemudian menarik nafas dalam sebelum melanjutkan “Dan jika Yang Mulia Raja tak kembali anda bisa membukanya saat itu juga”

“Apa maksudmu Thab, aku tak mau menerimanya kau kembalikan itu pada Rajamu”

“Yang Mulia... kita tak pernah tahu akhir dari perang seperti apa, hamba mohon terimalah”

Tanpa berkata apapun lagi Zaina segera merampas gulungan dari tangan Thabit dan berlalu pergi.

The General's [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now