Pieces - 1

101K 12.2K 202
                                    


Mondays are good for new beginnings
and fresh starts.

-Unknown-

Hari senin, adalah hari yang selalu dikeluhkan oleh banyak orang. Hari pertama memulai kerja setelah menikmati hari libur. Banyak orang yang menganggap Monday sebagai Monster Day, karena senin biasa di dominasi dari berbagai macam masalah, deadline kerja, email yang menumpuk, teman-teman yang sibuk, kemacetan dan Senin juga berarti harus menunggu 4 hari lagi untuk mengucapkan Thank God It's Friday.

Tapi banyak orang yang tidak menyadari bahwa Senin adalah hari yang paling baik untuk memulai sesuatu dan juga hari yang membuat diri lebih fresh setelah menikmati hari libur kemarinnya. Namun bagi Sirly, Senin artinya dia bisa mengistirahatkan tubuhnya setelah bertempur di hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Biasanya tidak ada meeting di hari senin, meeting biasa diadakan di hari Selasa. Senin adalah hari libur untuknya.

Sirly bekerja di sebuah wedding organizer yang juga merangkap menjadi wedding planner. Kalau wedding organizer bertugas untuk memastikan semua acara pada hari H berjalan lancar, maka wedding planner bertugas untuk merencanakan semuanya, dari mulai pertemuan keluarga, prewedding, acara adat sebelum pernikahan hingga hari H. Pekerjaan yang sangat dinikmati oleh Sirly sejak empat tahun yang lalu.

Alunan suara Charlie Puth menggema di kamar Sirly, dia yang terlelap merasa terganggu dengan nada dering ponselnya itu. Tangannya meraba-raba di bawah bantal di samping untuk menemukan ponselnya itu.

"Halo," sapa Sirly dengan suara khas orang yang bangun tidur.

"Sir, bisa ke kantor sekarang?" kata suara di seberang.

Sirly mengucek matanya. "Ada meeting, Teh?" Seingat Sirly meeting baru akan diadakan besok, bukan hari ini.

"Bukan, ini si Airin sakit, nggak bisa nemenin prewedding di Maribaya. Kamu bisa gantiin dia nggak?"

Sirly teringat, Airin—rekan kerjanya yang kemarin memang mengeluh tidak enak badan. Sirly melirik jam di dinding, pukul delapan pagi, artinya dia punya waktu setengah jam untuk sampai di kantornya. "Ya udah, aku mandi dulu Teh."

Terdengar helaan nafas lega dari Teh Vio—atasan Sirly. "Makasih ya, Sir."

Sirly bergumam lalu mengakhiri panggilan itu. Dia beranjak dari ranjang untuk membersihkan diri, dia harus membersihkan diri secepat mungkin. Sirly berdoa semoga pagi ini, jalanan Bandung tidak terlalu padat. Dia harus menempuh jarak sekitar lima kilometer dalam waktu kurang dari lima belas menit, rasanya agak mustahil.

Sirly mengoleskan pelembab pada wajahnya dan lipstik di bibir tipisnya, menggelung rambut hitam sepunggungnya dengan cukup rapi, tidak lupa menyemprotkan parfum ke bagian leher dan pergelangan tangan bagian dalam. Sirly memesan ojek, alih-alih membawa mobilnya sendiri, karena menaiki motor dalam kondisi seperti ini lebih menguntungkan ketimbang membawa Soluna 2002 miliknya. "Iya Pak, tunggu sebentar ya, saya lagi turun," kata Sirly pada ojek online yang dipesannya—yang ternyata mangkal di depan apartemennya.

Sirly menarik napas berusaha menertralkan napasnya yang berburu, dia tersenyum pada ojek online yang sudah menunggunya sambil mengambil helm yang di sodorkan oleh ojek itu. "Ke Cikawao ya, Teh?"

"Iya Pak, agak cepet ya, Pak," kata Sirly sambil terus melirik jam tangannya. Ojek itu mulai menembus jalanan Cihampelas, untungnya si Bapak Ojek cukup lihai menyalip kanan dan kiri namun caranya menyetir tetap aman, hingga dua puluh lima menit kemudian, Sirly bisa tiba di kantornya, walaupun memang tidak tepat waktu. Tentu saja Viola mengerti alasan dari keterlambatan Sirly ini. "Kamu langsung berangkat ya," kata Vio pada Sirly.

Sirly mengangguk dan masuk ke dalam mobil yang akan membawanya ke Maribaya. Hari ini dia akan memantau sesi foto prewedding salah satu klien mereka. Ya, butuh waktu satu jam untuk sampai ke sana, itu artinya masih ada waktu yang cukup bagi Sirly untuk melanjutkan tidurnya.

*****

Hal yang paling menyenangkan bekerja di WP adalah saat melihat raut bahagia wajah calon pasangan pengantin. Sudah ratusan pasangan yang disaksikan oleh Sirly mengikat janji sehidup semati. Rasanya ada perasaan bahagia melihat kebahagian orang lain. Walau kadang terlintas pertanyaan di dalam dirinya, kapan dia bisa merasa seperti itu juga?

Kalau pikiran itu mulai muncul di dalam otaknya, sebisa mungkin Sirly mengenyahkannya. Walaupun melihat banyak kebahagian dari para pasangan pengantin, tidak menghilangkan perasaan takut Sirly akan pernikahan. Sirly merasa euforia kebahagiaan itu hanya sementara, sebelum nanti akan hilang dan berganti dengan ratusan masalah yang harus dihadapi. Sirly tidak ingin terlibat dalam urusan yang membuat hidupnya semakin runyam. Dia bahagia menjalani hidup seperti ini dan belum berkeinginan untuk menghancurkan kebahagiannya itu.

Sirly mengambil beberapa foto pepohonan yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini—yang menjadi salah satu tempat pemotretan prewedding klien mereka. Saat ingin mengambil beberapa foto lagi, nama Reon menari-nari di layar ponselnya.

"Halo," sapa Sirly.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Reon, terdengar suara mesin printer sebagai latarnya.

Sirly lupa kalau hari ini dia belum memberi kabar pada Reon—pacarnya dua tahun terakhir ini. "Aku di Maribaya, lagi nemenin klien prewed."

"Loh, kok nggak bilang? Aku kira kamu libur hari ini."

"Iya, harusnya libur, tapi Airin sakit, jadi aku yang gantiin dia. Eh, kamu..." Sirly melirik jam tangannya, pukul setengah dua belas, "udah makan?" sambungnya.

"Bentar lagi. Kamu?"

"Sama, bentar lagi juga."

"Oh, ya udah. Kabarin aku kalau kamu udah pulang."

"Oke," kata Sirly lalu mengakhiri panggilan itu. Sirly memandangi wallpaper ponselnya yang memuat foto dirinya dan Reon, Sirly menghela napas, lalu memasukkan ponsel ke dalam handbag-nya.

"Teh Sirly, makan yuk," kata salah satu kru foto.

Sirly mengangguk dan bergegas mendekati kru yang lain yang bersiap untuk makan siang.

*******

Bab satu meluncur nih. Hahaha yang lain nanti aja deh.

Happy reading...

The Pieces of Memories (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now