12

658 19 0
                                    


New York City

"Siapa kalian ?" terdengar nada dingin  seorang lelaki paruh baya yg masih saja terlihat tampan. Dirinya sedikit bingung namun disembunyikan dengan ekspresi dingin andalannya.

Diam

"Dimana ini ?" tanya seorang wanita paruh baya disebelahnya.

"New York" jawab seseorang yg baru saja memasuki ruangan itu dengan santai dan wajah datarnya.

"What ?"

"Apa ?"

"Da..daddy ?" pekik lelaki paruh baya itu kaget melihat seseorang yg telah lama tak dilihatnya.

Tak jauh beda dengan wanita di sebelahnya yg juga terkejut.
Sedangkan dua lelaki yg duduk tak jauh dari mereka  mengernyit bingung sekaligus sedikit terkejut.

"Kau masih mengingat ku son. Ku pikir kau melupakan ku" jawab lelaki tua itu menyeringai.

"A..apa maksud semua ini ? Ap..apa yg daddy lakukan ? Kenapa kami bisa ada di sini ? " tanya lelaki paruh baya itu terbata bata karna masih syok.

"Oh ayolah son. Aku ini daddy mu. Tentu aku merindukanmu. Karna itu aku membawa kalian semua ke sini. Apa kau tidak merindukan daddy mu ini anak pembangkang ? " jawab lelaki tua yg masih tampak berwibawa itu dengan menekankan pada kata terakhirnya.

"Apa maumu ?" tanya lelaki paruh baya itu mulai tersalut emosi.

"Wow... tenangkan dirimu son. Apa kau tidak merindukanku ?" jawab lelaki tua itu sambil mendaratkan bokong nya di sofa seberang.

"Tidak perlu basa basi dad. Apa maumu ?" tanya nya to the point

lelaki tua itu terkekeh geli.
"Kau tidak berubah son, tidak suka basa basi."

Lelaki tua itu melarikan kembali pandangannya pada dua sosok pemuda tampan dihadapannya.
"Kau sungguh kejam son. Aku mempunyai dua cucu yg tampan sepertiku, tapi kau tidak mengenal kan nya padaku." lanjutnya tersenyum kecut.

"Aku rasa daddy tidak menginginkan anak anakku mengingat bagaimana dulu daddy menentang hubunganku dengan istri ku. " jawab lelaki paruh baya yg disebut son itu dingin, berusaha mengontrol suaranya agar terdengar santai.

"Ya, kau benar. Tapi bukan berarti aku juga menolak cucuku. Aku membutuhkan mereka sebagai penerusku. Dan lagi pula kau adalah satu satunya putraku. Tidak mungkin aku menolak darah dagingku sendiri." ujar lelaki tua itu tersinggung dengan ucapan putranya.

"Bryaan anakku...." seru seorang wanita tua yg baru saja menuruni tangga.
Wanita itu berlari dan berhampur memeluk putranya sambil menangis.

"Mommy...." lirih pria paruh baya itu dengan suara bergetar.

"Kemana saja kau nak. Apa kau tidak merindukan mommy ?" ucap wanita tua itu masih dengan air mata kerinduannya.

"Maafkan aku mom. Aku juga merindukanmu."ucap pria itu lirih, menatap penuh kerinduan pada sang ibu.

"Kau jahat sekali nak. Kenapa tidak pernah mengunjungi mommy ?" ucapnya sambil membelai rambut putranya. Kemudian ia menoleh ke arah sofa lain.

"me..mereka cucuku ?" tanyanya terbata bata. Lagi lagi air mata haru luruh di pipinya yg sedikit terdapat kerutan kecil.

"Iya mom. Mereka anak anak ku. Cucumu." jawab Bryan

"Cucuku...." wanita itu beralih pada dua pria muda tampan yg adalah cucunya. Dia menangis sambil memeluk erat dan menciumi kedua cucunya.

NathaniaWhere stories live. Discover now