06

87 22 6
                                    

meskipun tugas mereka sudah selesai, yebin ataupun chan tidak berniat untuk segera pergi dari cafe.

sejujurnya chan ingin pulang tapi dia tidak tega meninggalkan yebin yang sedari tadi diam menatap gelas minumannya yang sudah hampir habis. dia tau yebin sedang memikirkan sesuatu, chan ingin bertanya tapi dia takut terkesan mencampuri urusan orang lain.

"you can tell me," ucap chan membuat atensi yebin teralihkan.

yebin bukanlah tipikal orang yang mengatakan 'gapapa' disaat dirinya tidak baik-baik saja. tapi dia juga bukan orang yang mudah menceritakan masalahnya kepada orang lain.

"gue.." yebin terlihat ragu untuk melanjutkan perkataannya. sementara itu chan memfokuskan perhatian pada yebin, bersiap untuk mendengarkan apa yang ingin dia katakan.

mata mereka bertemu, entah kenapa rasanya yebin ingin menangis saja.

"gue gatau, apa semua cowok memang ga menghargai pacarnya atau gimana.." yebin menarik nafas panjang, "apa dia ga merasa cukup hanya memiliki satu pacar? kenapa harus mendekati perempuan lain? emangnya dia ga mikirin perasaan pasangannya?"

sebenarnya chan tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh yebin. dia tau yang dibutuhkan yebin adalah seorang pendengar, oleh karena itu chan hanya diam tak berkomentar meskipun dia ingin sekali mengatakan bahwa masih ada laki-laki yang setia dan menghargai pasangannya.

"gue ngerasa bersalah padahal gue ga salah," lirih yebin, "gue harus apa?"

"tarik nafas dulu, terus lo cerita pelan-pelan. coba jelasin supaya gue ngerti, siapa tau gue bisa ngasih solusi," kata chan seraya memberikan air mineral untuk yebin minum.

"pacarnya temen gue tuh ngedeketin gue terus, chan. dia emang pernah ngejar gue waktu smp, dan pas sma udah engga. tapi pas kuliah, dia malah ngedeketin gue lagi padahal dia udah punya pacar."

chan berusaha menangkap apa yang diceritakan oleh yebin meskipun perempuan itu berbicara cepat sekali. jadi intinya adalah pacar dari salah satu teman yebin terus mendekati dan mengganggunya.

"gue udah ngeblock semua akun cowok itu, tapi dia malah buat akun baru lagi."

"masalahnya, cewek dia itu temen deket gue," ucap yebin lirih.

chan menatap yebin yang menundukkan kepalanya, "temen lo tau kalo pacarnya ngedeketin lo?"

yebin mengangguk, "dia emang tau kalo pacarnya pernah suka sama gue.. bahkan kalo gue lagi bareng sama dia, cowoknya suka minta video call buat ngeliat muka gue."

"dan temen lo mau ngeliatin lo ke pacarnya?"

"iya.. mereka juga sering berantem gara-gara gue, di depan gue sendiri. ya meskipun berantemnya lewat telepon karena mereka ldr."

brengsek, maki chan dalam hati.

"temen gue padahal cantik banget. gue ga ngerti kenapa cowoknya malah kegenitan sama cewek lain."

"tapi temen lo ga pernah marah sama lo kan?" tanya chan dan dijawab oleh gelengan yebin.

"gapernah. kita deket banget, kayaknya dia bakal lebih milih gue daripada pacarnya."

chan mengangguk paham.

"gue ngerasa bersalah."

"kenapa lo harus ngerasa bersalah, padahal lo gapernah ngeladenin itu orang," timpal chan.

"mereka berkali-kali putus dan gue salah satu penyebabnya."

"lo kan juga merasa risih dan berusaha menghindar, tapi cowok itu keras kepala dan tetep ganggu lo. jelas salah dia lah, bukan salah lo."

"tapi kalo bukan karena gueㅡ"

"it's not your fault. stop blaming yourself."

yebin berniat untuk merahasiakan masalah ini, menyimpannya sendiri. tapi entah kenapa dia malah menceritakan semuanya kepada chan.

dan yebin tidak menyesalinya.

in(complete) | yebin, yuchan ✔️Where stories live. Discover now